NEWS UPDATE :

Papua – Pulau Dengan Pegunungan Begitu Panjang


Sejarah terbentuknya pulau Papua
Papua dengan daratan yang bergunung–gunung, memiliki daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Jajaran pegunungan Papua terbentuk sebagai hasil tabrakan Lempeng Australia??? dengan Lempeng Pasifik yang begitu dahsyatnya pada akhir zaman mesozoikum. Tabrakan lempeng dengan energi yang begitu besar membentuk jajaran pegunungan yang sangat panjang, melebihi panjang Pegunungan Alpen.
Sejarah geologis Papua dimulai pada masa Eocene, sekitar 59 juta tahun yang lalu. Terdapat dua dataran yaitu Australia dan Melanesia. Menurut teori geundatory dari Van Bemmelen, naiknya daratan sekitar benua tersebut membentuk sebuah geosinklinal (circum Australian geosyncline). Proses tersebut berjalan terus, dengan mengendapkan kapur.
Pada zaman Oligo Miocene sekitar 27-39 juta tahun yang lalu, bagian tengah tersebut terangkat karena desakan magma di dalam bumi. Gerakan ini mengakibatkan terbentuknya suatu punggungan, yaitu inti dari Pegunungan Tengah. Bersamaan dengan itu, tepi dari daratan Melanesia terangkat pula hingga zaman Miocene.
Sementara kedua inti punggungan pegunungan tersebut terus terangkat, magma dari dalam bumi mencapai permukaan yang mengakibatkan proses vulkanis. Maka terlipatlah lapisan–lapisan endapan neogene dan paleogene karena gaya beratnya dan mengakibatkan terangkatnya punggungan pegunungan di sebelah utara.
Pada zaman Plio Pleistocene yaitu 13 juta tahun yang lalu, gerakan tektonis semakin kuat. Proses pengangkatan Pegunungan Tengah berjalan terus hingga ribuan meter di atas permukaan laut. Juga gerak turun dari Digul Depression berjalan terus dengan diimbangi gerak naik pengangkatan Pegunungan Tengah. Dataran Melanesia yang turun mengakibatkan goncangan–goncangan kuat di Papua. Pegunungan Cyclops dan Baugenville dapat dianggap sebagai dataran yang tertinggal dari tepi daratan Melanesia yang turun. Selain itu dataran pegunungannya pun tampak bergelombang akibat tekanan Lempeng Australia??? dan Lempeng Pasifik.
Lapisan pegunungan ini masih tergolong muda dan masih dalam tahapan pembentukan, sehingga sering menimbulkan gempa bumi yang sering kali cukup kuat. Ini disebabkan pula karena ia menjadi tempat bertemunya dua sistem deretan pegunungan dunia, yang keduanya masih dalam taraf pembentukan.  Dengan begitu pegunungan di Papua secara geologis termasuk pegunungan yang muda dan tanahnya pun tergolong labil. Namun Papua merupakan pulau dengan batuan tertua di Indonesia.

Pulau misterius
Hasil dari tabrakan lempengan tersebut membentuk Kordilera Tengah (Central Cordillera) yang dilapisi salju di puncak–puncaknya. Terlihatnya salju ini pertama kali dilaporkan oleh Jan Carstensz ketika melintasi pulau ini. Ia heran melihat dataran salju di Papua mengingat letaknya di katulistiwa yang hangat. Banyak orang tidak percaya dengan hasil temuannya tersebut. Namun berita tersebut tersebar luas hingga menarik para petualang untuk berkunjung ke sana.
Salju katulistiwa hanya ada di tiga tempat saja di dunia. Salah satunya adalah Papua.
Papua merupakan pulau misterius. Dengan wilayah terbagi dua (bagian barat menjadi wilayah Indonesia dan bagian timur menjadi negara sendiri, Papua New Guinea), Papua merupakan salah satu daerah yang sangat terasing. Masih sedikitnya data–data tentang pulau ini membuat semakin besar keingintahuan orang.
J.L. Gresit yang merupakan penjelajah gunung di banyak kawasan di Papua pun menulis bahwa Papua merupakan sebuah pulau yang fantastis, unik dan memesona3. Hal ini tidaklah berlebihan. Dengan bermacam keanekaragaman yang dimilikinya, Papua menjadikan dirinya sebuah dataran yang luar biasa dilihat dari berbagai sisi. Mulai dari penduduk, bentang alam, flora fauna, panorama hingga batuan, semua tersaji dengan amat memesona dan menciptakan misteri bagi para ilmuwan.
Sangat mungkin ini disebabkan oleh alam Papua yang sangat liar dan juga ganas. Hingga saat ini, menembus pedalaman Papua tidaklah mudah. Hutan bakau dan rawa-rawa yang menyulitkan, hutan hujan tropis yang sangat lebat dan rapat, hingga suhu dingin pegunungan yang ekstrim menjadikannya daerah terliar di muka bumi ini. Daerah terpencil dan ganas ini memaksa penduduk aslinya terus bekerja keras untuk mendapatkan kebutuhannya.
Papua pun memiliki perubahan zona vegetasi yang ekstrim. Dari batas titik terendah hingga batas tertinggi perubahannya tergolong sangat terjal. Dari pantai yang tropis hingga pegunungan salju yang dingin hanya berjarak kurang lebih 80 km. Maka, perubahan vegetasinya pun sangat cepat. Papua merupakan daratan dengan perubahan zona vegetasi tercepat di dunia.
Daerah yang belum di jamah pun masih membentang luas. Keindahan alam pun belum sepenuhnya diketahui. Masih banyak misteri alam yang belum terjawab di pulau ini. Diperlukan semangat petualangan untuk menjelajahinya. Ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagaimana Papua –dengan segala keterasingan anugerah dari yang Maha Kuasa– dapat dipelajari dan telusuri.
Sampai saat ini, para petualang asing terus memelopori pencapaian prestasi di dalam pendakian dan pemanjatan gunung–gunung di Papua. Bahkan bukan hanya petualang saja, para peneliti dan ilmuwan asing pun berdatangan ke pulau ini. Sangat sayang jika pemilik Tanah Air ini tidak berbuat apa–apa. Ini merupakan ketukan dan tantangan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Pegunungan Sudirman
Banyak yang tidak mengetahui, bahkan baru mendengar nama Pegunungan Sudirman itu sendiri. Di manakah letaknya? Di pulau manakah itu? Seringkali terdengar pertanyaan reaktif orang–orang apabila ditanya mengenai pegunungan ini. Memang nama Pegunungan Sudirman ini asing dan tidaklah seterkenal Pegunungan Jayawijaya. Namun sebenarnya puncak tertinggi Indonesia berada di jajaran Pegunungan Sudirman!

Fakta Sejarah
Papua memiliki jajaran pegunungan yang sangat panjang di tengahnya yang disebut Central Cordillera atau Pegunungan Tengah. Jajaran pegunungan tersebut sambung menyambung dari pegunungan Weyland di sebelah barat hingga pegunungan Owen Stanley di sebelah timur.
Jajaran pegunungan tersebut melintasi dua wilayah negara, yaitu Indonesia dan Papua New Guinea (PNG). Perbatasannya berada di garis 141º Bujur Timur. Di bagian wilayah Indonesia hingga perbatasan PNG, jajaran pegunungan tersebut memiliki nama Maoke (peta nasional terbitan Ganaco Bandung)1. Sebuah nama yang kurang tepat karena ia lahir dari kesalahan lafal orang Belanda untuk kata ‘Merauke’.
Di antara jajaran Pegunungan Maoke tersebut, terdapat lembahan yang sangat besar dan seolah–olah memisahkan jajaran pegunungan ini. Lembah tersebut adalah Lembah Baliem dimana Sungai Baliem mengalir berkelok-kelok dan memotong Pegunungan Tengah. Archbold menyebutnya Grand Valley2. Tetapi pada zaman kolonial, jajaran pegunungan tersebut belumlah mendapatkan penamaan yang jelas, dikarenakan bentangan Pegunungan Tengah ini begitu panjang dan masing–masing mempunyai nama yang beraneka macam. Para penjelajah pun belum berhasil menjelajahi pegunungan tersebut. Sehingga belumlah jelas batas–batas masing–masing pegunungan ini. Namun dari beberapa referensi ada yang menyebutkan bahwa pegunungan sebelah barat Lembah Baliem diberi nama Nassau Range (dalam bahasa Belanda), dan pegunungan di sebelah timur Lembah Baliem dinamakan Star Mountains Range.
Setelah pengambilalihan kekuasaan dari pemerintahan kolonial Belanda, Indonesia melakukan perubahan nama untuk menggantikan nama–nama asing tersebut. Presiden Sukarno pun menggalang ‘Ekspedisi Tjendrawasih’ untuk menggapai puncak tertinggi di Papua (waktu itu masih disebut Irian). Tak lama kemudian Nassau Range diganti namanya menjadi Pegunungan Sudirman dan Star Mountains Range beralih nama menjadi Pegunungan Jayawijaya. Bersamaan dengan itu,  puncak tertinggi pada saat itu diberi nama Puncak Sukarno. Bahkan pada saat itu, ibukota propinsi Irian Barat pun bernama Sukarnopura!
Rentetan pergantian orde di Indonesia menimbulkan perubahan nama lagi. Sukarnopura beralih nama menjadi Jayapura, dan Puncak Sukarno berubah nama menjadi Puncak Jaya. Lama kemudian Irian kembali berganti nama menjadi Papua. Namun sejak timbulnya nama Puncak Jaya tersebut terjadilah kesalahan penyebutan lokasi. Puncak Jaya di-salahkaprah-kan berada di jajaran Pegunungan Jayawijaya. Bila melihat peta saat itu seakan terjadi dualisme penamaan. Tidak jelas di mana Pegunungan Sudirman dan dimana Pegunungan Jayawijaya berada.
Namun setelah kembali dilakukan penelusuran sejarah ditemukan bahwa pegunungan sebelah barat Lembah Baliem itu tetap bernama Pegunungan Sudirman dan sebelah timur Lembah Baliem adalah Pegunungan Jayawijaya. Maka letak Puncak Jaya (4.864 mdpl) dan Carstensz Pyramid (yang merupakan puncak tertingginya, 4.884 mdpl) berada pada jajaran Pegunungan Sudirman dan puncak tertinggi di Pegunungan Jayawijaya adalah Puncak Mandala (4.640 mdpl).
Melewati berbagai perubahan nama tersebut, Pegunungan Tengah tetap terus menarik para wisatawan petualang dunia, karena keberadaan Carstensz Pyramid yang merupakan salah satu dari tujuh puncak benua di dunia (seven summits of the seven continents, biasa disebut sebagai ‘Seven Summits’ saja).
Penjelajahan Pegunungan Sudirman
Sirkuit pendakianSeven Summits sudah menjadi milik dunia. Maka, walau terletak di pedalaman dan sulit dijangkau, Pegunungan Sudirman tetap dikunjungi oleh para wisatawan petualang, baik lokal maupun mancanegara. Untuk menjaga kelestarian dan keutuhannya, pemerintah pada tahun 1997 pun membentuk Taman Nasional Lorentz yang mencakup pula wilayah Carstensz Pyramid.
Keunikan lain dari Carstensz Pyramid adalah bahwa ia merupakan satu–satunya puncak tertinggi dari Seven Summits yang berada pada sebuah pulau. Hal ini dimungkinkan karena Papua berada di Lempeng Australia-Oceanesia (???).Maka bila Everest merupakan puncak tertinggi di dunia, Kilimanjaro  gunung tertinggi di Afrika, maka Carstensz Pyramid merupakan puncak tertinggi benua yang berada di sebuah pulau!
Namun, seiring dengan melambungnya nama Carstensz Pyramid, seolah–olah penjelajahan alam Papua berjalan hanya di sana. Berbanding terbalik dengan Carstensz yang selalu dikunjungi oleh para wisatawan petualang dunia, maka daerah sekitarnya seolah–olah terabaikan. Masih sedikit sekali wilayah lain di Pegunungan Sudirman ini yang telah terjelajahi.  Heinrich Harrer, petualang asal Austria yang melakukan ekspedisi pada tahun 1964 telah menjelajahi 31 puncak di Pegunungan Sudirman, itupun hanya area Carstensz atau Pegunungan Sudirman sebelah timur dari Grasberg. Baru satu puncak yaitu Puncak Idenburg yang didaki oleh Harrer di sebelah barat Pegunungan Sudirman dan penjelajahannya tersebut belumlah usai. Masih tersisa banyak puncak lain yang belum didaki dan daerah lain yang belum tereksplorasi.
Daerah lain di Pegunungan Sudirman sama sekali bukannya tidak menarik. Khususnya di bagian barat yang hampir tidak tersentuh oleh para penggiat alam bebas Indonesia. Padahal tidak sedikit tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Keindahan dan keunikannya sangat menakjubkan dan memberikan sensasi tersendiri. Sedikitnya data–data mengenai Pegunungan Sudirman menjadikan bagian baratnya seakan-akan tidak ada dan akhirnya luput dari penjelajahan.
Share On:
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

- Harap Komentar Sesuai dg Judul Bacaan
- Tidak diperbolehkan Untuk Mempromosikan Barang ato Berjualan
- Bagi Komentar Yg Menautkan Link Aktif di anggap Spam
Selamat Berkomentar dn Salam persahabatan

SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ