NEWS UPDATE :
Tampilkan postingan dengan label Rumah Adat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumah Adat. Tampilkan semua postingan

RUMAH ADAT NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Di Nusa Tenggara Barat ini pun juga memiliki beberapa rumah adat dari masing-masing suku asli daerahnya. Seperti di Sumbawa memiliki rumah adat bernama “Dalam Loka Samawa” dan di Lombok sendiri bale jajar, bale-bale, bale kodong, dan bale gunung rata. Berikut pengertian dari setiap rumah adat tersebut :

Rumah Adat : Dalam loka samawa


Rumah kuno tersebut terbuat dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (sekitar tahun 1885 M). Saat ini digunakan/dimanfaatkan sebagai "Museum Daerah Sumbawa" tempat penyimpanan benda-benda sejarah Kabupaten Sumbawa. Istana ini merupakan dua bangunan kembar ditopang atas tiang kayu besar sebanyak 99 buah, sesuai dengan sifat Allah dalam Al - Qur'an (Asma'ul Husna). Di Dalam Loka ini kita dapat melihat ukiran motif khas daerah Samawa, sebagai ornamen pada kayu bangunannya. Miniatur Dalam Loka ini dapat dilihat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
Sebelum Dalam Loka dibangun di atas lokasi yang sama pernah dibangun pula beberapa istana kerajaan pendahulu. Diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia. Istana-istana ini telah lapuk dimakan usia bahkan diantaranya ada yang terbakar habis di makan api. Sebagai gantinya, dibangunlahsebuah istana kerajaan yang cukup besar ukurannya beratap kembar serta dilengkapi dengan berbagai atribut. Istana yang dibangun terakhir ini bernama Dalam Loka.
   Tidak jauh dari Istana Tua, sekitar 500 meter kearah utara pada tahun 1934 dibangun sebuah istana modern oleh Belanda.Hingga kini istana yang lebih populer disebut Wisma Praja atau Pendopo Kabupaten itu masih berdiri kokoh. Wisma Praja ini sempat menjadi kantor terakhir Sultan Sumbawa, dibagian depannya ada sebuah bangunan bertingkat tiga yang juga sangat unik. 

Bangunan ini dikenal dengan " Bale Jam " atau rumah lonceng, karena dilantai 3 bagunan ini tergantung lonceng berukuran besar yang khusus didatangkan dari Belanda. Genta ini setiap waktu dibunyikan oleh seorang petugas, sehingga semua warga mengetahui waktu saat itu. Sekarang tidak lagi terdengar suara lonceng, Setelah itu keluarga Sultan Kaharuddin III pindah ke Bala Kuning, ini adalah sebuah rumah besar ber-cat kuning didiami sultan Sumbawa hingga beliau wafa

Orang Lombok mengenal beberapa jenis bangunan tradisional untuk tempat tinggal, seperti bale jajar, bale-bale, bale kodong, dan bale gunung rata. Dari sekian jenis bangunan tempat tersebut bale jajar-lah yang paling banyak dipergunakan, baik di kota maupun pedesaan.
Bale jajar biasanya bertiang delapan atau dua belas dengan bubungan sepanjang dua meter pada bagian atas yang disebut semeko (Bantek), bungsu (Kuranji). Sedangkan dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang di Desa bantek disebut dinding.
Sedangkan orang Sumbawa dan Bima kebanyakan bangunan tempat tinggalnya berbentuk rumah panggung yang disebut uma panggu. Sebuah rumah panggung dapat bertiang enam, sembilan maupun dua belas dengan tinggi kolong 1,5 meter dari tanah.
Rumah orang Bima dan Sumbawa terdiri atas beberapa bilik, yaitu bagian depan yang digunakan tempat menerima tamu. Jendela terdapat di bagian kiri dan kanan. Tempat masak dibuat dari tanah liat. Tanah tempat tungku disebut sarah.

RUMAH ADAT NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.

Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki bermacam macam rumah adat yang unik yaitu Mbaru Niang dan rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara.
Dan berikut penjelasan dari setiap rumah adat yang sudah disebutkan :

Mbaru Niang


 
Mbaru Niang adalah rumah adat yang memiliki 5 tingkat yang ada di Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. Keunikan rumah adat ini karena bentuknya yang tak biasa, yaitu mengerucut di bagian atap hingga hampir menyentuh tanah. Biasanya, atap Mbaru Niang terbuat dari daun lontar yang sudah kering.
Tingkat satu merupakan tingkat yang langsung kita temui didalam rumah atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua adalah ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lobo.

Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar, Anda bisa melihat banyak benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat 4 juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil. Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang disebut hekang kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur



SAO RIA TENDA BEWA MONI



Selain Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur masih memiliki rumah adat lain yang tak kalah unik, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara namanya. Rumah ini cukup unik karena memiliki atap ilalang kering dan hampir mencapai tanah.

Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara terdapat di Desa Koanara, Kelimutu, NTT. Rumah adat ini cukup unik dan menarik perhatian karena atapnya yang khas. Atap rumah adat ini terbuat dari ilalang dan mencapai tanah.

Ada tiga jenis rumah Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, yaitu rumah baku, rumah tinggal dan lumbung padi. Rumah baku adalah rumah yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang milik leluhur. Sudah ada 13 keturunan yang tulangnya di simpan di rumah ini. Salah satu rumah ada yang memiliki atap hingga menyentuh tanah, inilah rumah penyimpanan hasil panen sawah.

Jika melihat ada kepala kerbau terpampang di depan pintu rumah, itu tandanya Anda telah berada di rumah tinggal.

Secara umum, pengertian rumah menurut kamus Oxford, house is as building for people to live in, ussually for one family (rumah adalah bangunan tempat tinggal orang, biasannya untuk tinggal satu keluarga). Dari definisi rumah tersebut maka akan jelas fungsi vital sebuah rumah bagi suatu keluarga, yakni sebagai tempat tinggal. Jadi, sangat tergantung dari penghuni masing-masing. Rumah adat atau sa'o ria sesungguhnya bukan sekadar tempat tinggal saja melainkan mempunyai makna filosofi yang teramat dalam. Rumah adat sa'o ria adalah tempat hidup dan berinteraksi komunitas masyarakat Lio karena hidup pada prinsipnya keseimbangan antar manusia dengan manusia, serta keseimbangan antar manusia dengan alam semesta, yang mana Sang Pencipta adalah equilirium hidup manusia. Rumah adat bukan sekedar tempat tinggal anggota keluarga saja, melainkan juga "berkumpulnya" nilai-nilai estetika, religi, norma dan budaya. Setiap detail rumah adat selalu mengandung filosofi dan cerminan perilaku arif suku Lio.

Berikut ini, macam-macam rumah adat beserta fungsinya yang dapat ditemui diwilayah Lio (Flores tengah);

1. Sao Ria.
Tiga mosalaki tinggal di rumah ini dan mereka memiliki tugas dan peran yang berbeda, seperti:
-Laki Puu; tugas menjadi Tokoh Adat (Pemimpin Adat), mempertahankan adat reservoir beras itu, terlibat dalam membangun pilar Rumah Adat, pertama untuk penanaman dalam satu hari, menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.
-Laki Turu Tena Nata Ae; tugas untuk menyambut tamu, menjaga dan pisau mengiris kayu mulai program adat upacara adat, dll.
-Laki RUU Tuu jaga tau Rara; bertugas saat ada upacara adat yang akan diadakan dan setelah itu, mosalaki ini akan mengumumkan aturan yang ada dilarang dan tugas adat lainnya.

2. Sao Labo.
Ini merupakan rumah tinggal oleh Mosalaki / Laki Puu. Dia memiliki tugas untuk memberkati Tokoh Adat, menggali dan menanam pilar adat Rumah, menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.

3. Sao Meko
Ini merupakan rumah tinggal Laki Koe Uwi. Tugasnya adalah untuk mengeluarkan singkong (uwi) dari tanah, memberikan penawaran pada tempat suci atau Kanga, untuk mematahkan leher ayam untuk peramalan panen, penanaman dalam satu hari dll.

4. Sao Tua.
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Nua Ulu. tugas-Nya untuk menjaga pintu gerbang masuk, tanam dalam hari pertama, yang menyatakan dilarang peraturan, dll.

5. Sao Ndoja
Rumah ini hidup dengan: Laki Tunu Nasu. Tugasnya adalah untuk memasak daging ketika adat ceremonials, mendistribusikan daging, tanam di hari ketiga, dll.

6. Sao Leke Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ria Bewa. tugas-Nya untuk menjadi hakim adat, penanaman pada hari kedua, dll.

7. Sao Ndoka Ame
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. tugas-Nya adalah untuk membawa / menyalakan api, mendistribusikan daging mentah, penanaman dalam tiga hari, dll.

8. Sao Pemo Roja
Rumah ini hidup dengan: Laki Pama Nggo Lamba. Tugasnya adalah untuk menjaga alat musik, penanaman dalam tiga hari, dll.

9. Sao Gamba Jati
Rumah ini hidup dengan: Laki Gao Lo Kaka Taga. Tugasnya adalah untuk menyentuh nasi adat, membuat ketan, tanam di hari ketiga, dll.

10. Sao Wewa Mesa
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Enga Ae Ulu Nanga Mau. Tugasnya adalah untuk menyimpan air dan danau, rasa jagung, tanam di hari ketiga, dll.

11. Sao Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk menyampaikan berita atau pesan, mendistribusikan daging ke Sao Ria, penanaman dalam dua hari, dll.

12. Sao Watu Gana
Rumah ini hidup dengan: Laki Bei Nggo Lamba Wangga. tugas-Nya adalah untuk membawa alat musik, mencari udang, pengukuran hutan ketika membuat rumah (Sao Ria).

13. Sao Embu Laka
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk menjaga garis perbatasan desa, tanam di hari kedua, memutar musik adat, mendistribusikan daging mentah, dll.

14. Sao Tana Tombu
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani.

15. Sao Mberi Dala
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani. Tugasnya adalah untuk memberikan sirih dan pinang bila ada tarian adat atau Gawi untuk penari dan tamu.

Dari macam-macam jenis rumah adat ini, Jhon mansford Prior akhirnya memberikan gambaran pandangan mistik yang mencoba menujukan unsur keseluruhan berdasarkan tafsiran realitas:

-Sepasang batu, di mana yang lebih tinggi melambangkan pria sang penghubung langit dan bumi sedangkan yang agak rendah melambangkan perempuan, tempat persembahan kepada para leluhur.
-Atap, terbuat dari alang-alang, menjulang dari langit ke bumi dan tanpa jendela, menghubungkan liru dan tana sekaligus membagi dunia luar dan dunia dalam serta terang dari kegelapan.
-Keduabelas tiang, tingginya lebih kurang satu meter dari tanah, tiap tiang berdiri di atas tanah yang diratakan.
-Ruangan manusia, ditempatkan di atas tiang-tiang dasar. Balok-balok tidak bersambungan dengan tiang-tiang dasar di bawahnya atau dengan balok-balok atap. Pada bagian bawahnya (kolong rumah) menjadi tempat hewan khususnya babi dan ayam. Babi melambangkan dimensi kehidupan manusia yang mengikatnya dengan bumi, tanah; unsur makhluk dunia, kesuburannya, perjuangannya untuk hidup makmur.
-Ruangan langit, berada di bawah loteng, di atasnya ditempatkan dua tiang panjang, mangu tempat diletakkannya bubungan atap sebagai simbol sumber kehidupan yang mengalir dari generasi ke generasi melalui para ibu dan anak perempuan.
-Tiga ruangan vertikal, yaitu terdiri dari ruangan bumi, ruangan manusia, dan ruangan langit. Masing-masing berdiri sendiri namun terbuka (‘sadar’ bahwa ada yang lain).
-Tiga ruangan horisontal, terbagi dari depan ke belakang rumah yaitu bale-bale (maga-lo’o), tempat untuk istirahat sejenak dan menarik napas; ruang tengah (maga-ria), tempat untuk menerima tamu, pembicaraan keluarga, dan berbagai ritus berhubungan dengan pertanian, penentuan belis, dan perundingan sesudah kematian; dan one’ adalah ruangan paling belakang dan gelap sebagai rahim rumah. Masing-masing bagian diletakkan pada sepasang tiang dasar.


Para leluhur menetapkan adat yang ditafsirkan secara kreatif oleh keturunananya pada setiap generasi. Setiap kejadian seperti penyakit, peristiwa alam disebabkan tingkah laku dan ulah manusia, baik yang masih hidup, roh leluhur, dll memainkan peranan dalam kehidupan anak-cucunya. Jadi kalau manusia mau hidup aman, makmur, atau hendak mencapai tujuan hidupnya mesti hidup selaras dengan alam yang ditatanya sendiri melalui adat kebiasaannya. Maka yang menjadi penekanannya di sini adalah manusia sebagai pelaku yang aktif dan kreatif, di mana seluruh kosmos dipengaruhi oleh tingkah lakunya harus selalu melestarikan budaya yang telah terwariskan.

RUMAH ADAT BALI

Dalam_mempelajari_adat_istiadat_dan_kebudayaan_Indonesia_termasuk_Bali,_tak_lepas_dari_mempelajari_rumah_adat_Bali.__Rumah_adat_di_Bali_dibangun_berdasarkan_aturan_yang_ada_di_dalam_kitab_suciWeda._Pembangunan_rumah_ini_harus_sesuai_dengan_aturan_asta_Kosala_Kosali_yang_mengatur_tentang_tata_peletakan_rumah._Aturan_ini_mungkin_hampir_mirip_dengan_aturan_feng_shui_yang_terkenal_di_china.


Rumah_Adat_Bali_dan_Filosofi_yang_Terkandung_dalam_Pendiriannya




Ada_filosofi_yang_terkandung_di_balik_pembangunan_rumah_adat_Bali._Rumah_adat_yang_ada_di_Bali_merupakan_cerminan_akan_kondisi_masyarakat_yang_ada._Ada_3_aspek_atau_nilai_yang_harus_dikandung_dalam_rumah_adat_di_Bali._Menurut_masyarakat_Bali,_keharmonisan_dalam_kehidupan_bermasyarakat_akan_terwujud_jila_seseorang_mampu_mewujudkan_hubungan_yang_sinergis_antara_pawongan_(penghuni_rumah),_palemahan_(lingkungan_dari_tempat_rumah_itu_berada),_dan_parahyangan._Pembangunanrumah_di_Bali_harus_memenuhi_ketiga_aspek_tersebut,_yang_biasa_disebut_sebagai_Tri_Hita_Karana. Kebanyakan_rumah_adat_Bali_selain_dibangun_atas_dasar_ketiga_aspek_tadi,_juga_dibangun_dan_dihiasdengan_pernak_pernik_seperti_ukir-ukiran_kayu_berwarna_kontras_namun_terkesan_alami._Dalam_setiap_hiasan_atau_pernak-pernik_yang_ada_di_sebuah_rumah_adat_di_Bali,_ada_filosofi_atau_makna_yang_dianut:_misalnya_adanya_patung-patung_yang_merupakan_simbol_pemujaan_mereka_terhadap_sang_pencipta,_atau_ucapan_terima_kasih_terhadap_dewa-dewi.


Cerminan_Budaya_Masyarakat_Bali

Masyarakat_Bali_merupakan_masyarakat_yang_sangat_menjunjung_tinggi_kebudayaan,_dan_itu_tercermindari_kebiasaan_sehari-hari_maupun_dari_arsitektur_bangunan_yang_ada_di_sana:_baik_itu_rumah_adat_Bali_yang_mereka_tempati,_gedung-gedung_umum,_tempat_peribadatan,_dan_lainnya._Dulunya,_setiap_rumah_adat_di_Bali_yang_ditempati_terdiri_dari_beberapa_bangunan_kecil_yang_disatukan_oleh_pagar_yang_mengitari_rumah_tersebut._Dengan_berkembangnya_model_arsitektur_rumah_dan_berkembangnya_jaman,_rumah_di_Bali_sekarang_tidak lagi_terdiri_dari_beberapa_bangunan_yang_terpisah. Seperti_yang_diulas_dalam_tulisan_di_atas,_pembangunan_rumah_adat_di_Bali_sangat_berpedoman_pada_lontar_asta_Kosala_Kosali_dan_sesuai_dengan_prinsip_Tri_Hita_Karana._Setiap_rumah_adat_yang_dibangun_di_sana_harus_memenuhi_prinsip_tersebut_karena_masyarakat_Bali_sangat_menjunjung_tinggi_pedoman_hidup_yang_terdapat_dalam_kitab_suci_dan_tuntunan_adat_turun_temurun._Setiap_hal_yang_tertulis_dalam_kitab_suci_selalu_ditati_oleh_masyarakat_Bali,_karena_masyrakat_Bali_terkenal_sebagai_warga yang_emnjunjung_tinggi_budaya_dan_adat_istiadat._Untuk_lebih_jelasnya,_mungkin_anda_bisa_mencari_beberapa_keterangan_mengenai_rumah_adat_Bali_dan_keterangannya_maupun_rumah_adat_Bali_dan_fungsinya._Adanya_rumah_adat_merupakan_bagian_dari_kekayaan_khasanah_budaya_bangsa_Indonesia.

RUMAH ADAT JAWA TIMUR

Rumah adat Jawa Timur Joglo dasar filosofi dan arsitekturnya sama dengan rumah adat di Jawa Tengah Joglo. Rumah adat Joglo di Jawa Timur masih dapat kita temui banyak di daerah Ponorogo. Pengaruh Agama Islam yang berbaur dengan kepercayaan animisme, agama Hindu dan Budha masih mengakar kuat dan itu sangat berpengaruh dalam arsitekturnya yang kentara dengan filsafat sikretismenya.



Rumah Joglo umumnya terbuat dari kayu Jati. Sebutan Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. Stilasi bentuk gunung bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung di dalamnya dan diberi nama atap Tajug, tapi untuk rumah hunian atau sebagai tempat tinggal, atapnya terdiri dari 2 tajug yang disebut atapJoglo/Juglo Tajug Loro. Dalam kehidupan orang Jawa gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan disakralkan dan banyak dituangkan kedalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang magis atau mistis. Hal ini karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa.
Pengaruh kepercayaan animisme, Hindu dan Budha masih sangat kental mempengaruhi bentuk dan tata ruang rumah Joglo tersebut contohnya:
Dalam rumah adat Joglo, umumnya sebelum memasuki ruang induk kita akan melewati sebuah pintu yang memiliki hiasan  sulur gelung ataumakara. Hiasan ini ditujukan untuk tolak balak, menolak maksud – maksud jahat dari luar hal ini masih dipengaruhi oleh kepercayaan animisme.
Kamar tengah merupakan kamar sakral. Dalam kamar ini pemiliki rumah biasanya menyediakan tempat tisur atau katil yang dilengkapi dengan bantal guling, cermin dan sisir dari tanduk. Umumnya juga dilengkapi dengan lampu yang menyala siang dan malam yang berfungsi sebagai pelita, serta ukiran yang memiliki makna sebagai pendidikan rohani, hal ini masih dalam pengaruh ajaran Hindu dan Budha.
Untuk rumah Joglo yang terletak di pesisir pantai utara seperti Tuban, Gresik dan Lamongan unsur-unsur di atas di tiadakan karena pengaruh Islam masuk. Melalui akultrasi budaya jawa yang harmoni, penyebaran Islam berbaur harmonis dengan budaya dan adat istiadat kepercayaan animisme, Hindu dan Budha. Islam pun mulai menjalar ke berbagai daerah di Jawa Timur, seperti di Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, dan sebagian Bojonegoro, sedangkan kota-kota di bagian barat Jawa timur memiliki kemiripan rumah adat Jawa Tengah, terutama Surakarta dan Yogyakarta yang disebut sebagai kota pusat peradaban Jawa.
Rumah Joglo juga menyiratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasarkan sinkretisme. Keharmonisan hubungan antara manusia dan sesamanya (“kawulo” dan “gusti”), serta hubungan antara manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya (“microcosmos” dan “macrocosmos”), tecermin pada tata bangunan yang menyusun rumah joglo. Baik itu pada pondasi, jumlah saka guru (tiang utama), bebatur (tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya), dan beragam ornamen penyusun rumah joglo.
Rumah Joglo mempunyai banyak jenis seperti
  • Joglo Lawakan
  • Joglo Sinom
  • Joglo Jompongan
  • Joglo Pangrawit
  • Joglo Mangkurat
Arsitektur rumah Joglo menyiratkan pesan-pesan kehidupan manusia terhadap kebutuhan “papan”. Bahwa rumah bukankah sekadar tempat berteduh, tapi ia juga merupakan “perluasan” dari diri manusia itu sendiri. Berbaur harmoni dengan alam di sekitarnya. Rumah Joglo pada umumnya sama pada bentuk global dan tata ruangnya.
Interior Rumah Joglo
Rumah adat joglo yang memiliki dua ruangan yaitu :
  • Ruang depan (pendopo) yang difungsikana sebagai :
    • tempat menerima tamu
    • balai pertemuan (karena awalnya hanya dimiliki oleh bangsawan dan kepala desa)
    • tempat untuk mengadakan upacara – upacara adat
  • Ruang belakang yang terdiri dari :
    • kamar – kamar
    • dapur (pawon)
Sedangkan ruang utama atau ruang induk pada rumah joglo dibagi menjadi 3 ruangan, yaitu :
  • sentong kiwo (kamar kiri)
  • sentong tengan (kamar tengah)
  • sentong tangen (kamar kanan)
Dan umumnya rumah joglo di bagian sebelah kiri terdapat dempil yang berfungsi sebagai tempat tidur orang tua yang langsung dihubungkan dengan serambi belakang (pasepen) yang digunakan untuk aktifitas membuat kerjinan tangan. Sedangkan disebelah kanan terdapat dapur, pendaringan dan tempat yang difungsikan untuk menyimpan alat pertanian.
Rumah adat Jawa Timur tidak hanya berbentuk Joglo saja sebenarnya, ada juga yang berbentuk limasan (dara gepak), dan bentuk srontongan (empyak setangkep).


RUMAH ADAT JAWA BARAT

Kembali lagi di negara Indonesia ini yang memiliki keanekaragaman seni serta budayanya.Dan terdapat banyak suku etnis yang terbagi-bagi dinegara ini,tapi kali ini saya tidak akan membahas semuanya ,kini disini saya akan membahas etnis Sunda yang dimana disini memiliki beragam keseniaannya Kali ini mari kita membahas rumah adat Sunda atau rumah tradisional suku Sunda yang mempunyai nama Imah. Suku Sunda sendiri merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia setelah suku jawa. Suku Sunda adalah etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa.

Rumah adat Sunda



pada umumnya mempunyai kolong dengan ketinggian 50 cm – 1 m  diatas permukaan tanah. Kalau rumah adat Sunda yang berumur cukup tua mempunyai kolong dengan ketinggian bisa mencapai 1,8 M. Biasanya Kolong rumah di gunakan untuk menyimpan peralatan bertani dan kandang binatang ternak. Kolong rumah tersebut mempunyai nama kolong Imah dan untuk masuk kedalam rumah terdapat tangga yang di beri nama Golodog.
Rumah adat Sunda sebagian besar terbuat dari kayu atau bambu, Rumah adat Sunda itu sendiri memiliki nama yang bermacam-macam jenis sesuai dengan bentuk atap dan pintu rumahnya.


  • Suhunan Jolopong
  • Tagong Anjing
  • Badak Heuay
  • Perahu Kemureb
  • Jubleg Nangkub
  • Buka Pongpok

Yang paling gampang ditemui adalah Rumah Adat Sunda berbentuk Suhunan Jolopong karena bentuknya yang paling sederhana, Rumah adat bentuk atau jenis  Suhunan Jolopong banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa jawa barat.
Ruangan rumah adat suku Sunda terbagi menjadi tiga bagian. bagian depan, tengah dan belakang. 

Rangkay Imah sebutan kerangka dari unsur pokok elemen rumah, elemen itu terdiri dari bagian atas yaitu atap disebut dengan istilah hateup, dan susuhunan atau bubungan. Hateup pada rumah tradisional sunda terbuat dari bahan ijuk atau daun kawung (enau).
Seluruh bagian dari rumah berdinding batang bambu yang dibelah. Dinding untuk sekat pada bilik-bilik di dalam rumah terbuat dari anyaman bambu yang disebut dengan giribig dan lantai terbuat dari papan kayu. Bangunan rumah adat Sunda menggunakan sistem paseuk / pasak (terbuat dari bambu) atau dengan tali terbuat dari ijuk ataupun sabut kelapa yang di pilin.
Ruangan bagian depan disebut dengan tepasémpérsosoro atau beranda. Berfungsi untuk menerima tamu dan untuk bersantai di lua. Bagi masyarakat Sunda yang memiliki tanah cukup luas, biasanya mereka membangun sebuah bangunan berupa kamar khusus untuk tamu yang sejajar dengan beranda.
Ruang dibagian tengah rumah disebut Tengah Imah. Pada bagian ini, terdapat pangkéng sebutan kamar tidur dan jumlah kamar tidur dibuat sesuai jumlah anggota keluarga dan ukuran tiap kamar disesuaikan dengan luas rumah. Ruang tidur orang tua, anak laki-laki dan perempuan terpisah. Terdapat pula ruang keluarga tempat berkumpulnya keluarga.
Bagian belakang rumah disebut juga Tukang Imah. Terdapat dapur dan ruang goah. Dapur berfungsi sebagai ruangan untuk memasak. Ruang Goah adalah ruangan dekat dengan dapur yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan, bumbu-bumbu masak, perabot-perabot dapur dan padaringan. Padaringan adalah gentong terbuat dari tanah liat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan beras. Hanya kaum perempuan yang boleh memasuki dapur dan ruang goa.
Bagian belakang luar rumah dibangun sumur sebagai sumber air. Tersedia pula tempat jemuran dan pancuran air.
Tradisi Sunda memandang tabu kaum laki-laki bila masuk ke dapur, dan itu dianggap tidak baik. Ruangan belakang ini suka dijadikan tempat menerima tamu perempuan. Sedangkan bagian beranda rumah, dikhususkan untuk menerima tamu laki-laki.

Leuit adalah bangunan tempat menyimpan hasil bumi. Biasanya digunakan sebagai lumbung padi. Dibangun terpisah dari rumah.

Saung Lisung adalah bangunan untuk masyarakat umum dan disediakan oleh masyarakat sekitar. Berfungsi sebagai tempat warga menumbuk padi ramai-ramai secara gotong royang dan penuh kebersamaan. Kegiatan menumbuk padi ini, di sebagian masyarakat Sunda disertai dengan nyanyian dan iringan ketukan lisung dan halu saling bersahutan.


Nilai filosofis yang terkandung didalam arsitektur rumah tradisional Sunda secara umum, nama suhunan rumah adat orang Sunda ditujukan untuk menghormati alam sekelilingnya. Ditilik dari material rumah adat Sunda itu sendiri terkesan tipis dan ringkih tentu hal ini tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan layaknya sebuah benteng perlindungan dari peperangan antar kampung, jadi masyarakat suku Sunda sangat menjunjung tinggi perdamaian dan kerukunan antar umat manusia. Rumah bagi orang Sunda semata sebagai tempat perlindungan dari hujan, angin, terik matahari dan binatang.


RUMAH ADAT JAWA TENGAH

Di Provinsi Jawa Tengah inilah banyak kita temukan budaya khas dan asli.Bukan saja di seni dan bermusiknya,tetapi dari dalam rumah adat khsnya yaitu Rumah Joglo inilah keragaman budaya banyak dikenal oleh bangsa Indonesia.Kali ini kita akan membahas keragaman tersebut dalam keunikan dan karakteristik dalam rumah adat Jawa Tengah Joglo, yang pastinya sudah sangat dikenal di seantero negeri. Rumah Joglo sudah sangat dikenal oleh banyak masyarakat, terutama masyarakat Jawa Tengah. Joglo adalah kerangka rumah yang membentuk rumah adat di Jawa Tengah yang berupa soko guru dan terdiri dari empat pilar atau tiang penyangga utama dan tumpangsari yakni susunan balok yang ditopang oleh soko guru.

Rumah Adat Jawa Tengah



Secara sosial, dulunya tidak banyak yang mempunyai rumah adat dikarenakan rumah ini merupakan lambang status sosial bagi orang-orang Jawa yang mempunya kemampuan ekonomi yang berlebih. Rumah Joglo adalah jenis rumah yang membutuhkan banyak bahan materi rumah yang mahal, terutama dari kayu. Umumnya pemilik rumah Joglo dulunya berasal dari kalangan ningrat atau bangsawan. Rumah jenis ini biasanya juga membutuhkan lahan yang luas dikarenakan beberapa bagian rumahnya digunakan untuk menerima tamu atau memuat banyak orang.

Bagian-bagian dalam Rumah Adat Jawa Tengah

Umumnya bagian rumah adat Jawa Tengah terdiri dari tiga bagian utama: pendhopo, pringgitan, dan omah ndalem atau omah njero. Pendhopo adalah bagian rumah yang biasanya digunakan untuk menerima tamu. Pringgitan adalah bagian ruang tengah yang digunakan untuk pertunjukan wayang kulit; berasal dari akar kata “ringgit” yang artinya wayang kulit. Bagian ketiga adalah omah ndalem atau omah njero, yang merupakan ruang keluarga. Dalam omah njero terdapat tiga buah kamar (senthong), yaitu senthong kanan, tengah, dan kiri.

Dilihat dari strukturnya, rumah adat Jawa Tengah mungkin terlihat lebih sederhana.  Pembangunan bagian rumah seperti pendhopo membutuhkan empat buah tiang penyangga guna menyangga berdirinya rumah. Tiang-tiang tersebut dinamakan soko guru, yang juga merupakan lambang penentu arah mata angin. Dari empat soko guru tersebut, terdapat juga tumpang sari yang merupakan susunan terbalik yang tersangga soko guru. Ndalem atau omah njero digunakan sebagai inti dari sebuah Joglo. Dilihat dari struktur tata ruangnya, bagian ndalem mempunyai 2 ketinggian yang berbeda. Hal ini bertujuan agar terdapat ruang sebagai tempat sirkulasi udara.


Joglo adalah jenis rumah adat suku Jawa yang terlihat sederhana dan digunakan sebagai lambang atau penanda status sosial seorang priyayi atau bangsawan Jawa. Rumah ini mempunyai keunikan atau kekhasan tersendiri dengan adanya tiang-tiang penyangga atau soko guru, beserta tumpang sari nya. Setiap bagian rumah merepresentasikan fungsi yang berbeda, yang dibangun di atas lahan yang luas juga; oleh karena itu, rumah ini hanyalah dipunyai orang dari kalangan berpunya saja.

RUMAH ADAT DKI JAKARTA

Ini dia Ibukota negara indonesia yaitu DKI Jakarta,yang memiliki keanekaragaman budaya dari muali seni tari,seni musik sampai adatnya. Jakarta atau biasa orang menyebutnya Ranah Betawi ini selain memiliki seni dan budaya khas ,disini terdapat 2 jenis bangunan asli khas betawi yaitu Rumah Bapang/Rumah Kebaya dan Rumah Gudang,untuk lebih jelasnya berikut penjelasannya :



1. Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya



Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.


2. Rumah Gudang



Sudah bisa di tebak dari namanya, Rumah adat betawi yang ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.
Rumah Tradisional Betawi

Rumah Betawi berstruktur rangka kayu atau bambu, sementara alasnya berupa tanah dan di tekel atau di semen. Keunikannya dan ciri khas dari rumah betawi terletak pada lisplank rumah ini adalah terbuat dari material kayu papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’ khas banget betawinya. Di bagian tengah dari rumah tersebut di pakai sebagai ruang tinggal di dalamnya ada kamar tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi dibatasi dinding kayu tertutup dan beberapa jendela untuk ventilasi udara, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah yang juga bermaterialkan kayu, genteng untuk atab rumah bermaterialkan tanah. Dinding bagian depan dari rumah ini biasanya bersistem knock down atau bisa di bongkar pasang berguna jika pemilik rumah menyelenggarakan hajatan yang membutuhkan ruang lebih luas.

SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ