NEWS UPDATE :
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Masalah Pendidikan Di Indonesia Saat Ini

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikandi Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globslisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kiata seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.
Setelah kita amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanak pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dinaggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunya kelebihan di bidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan di bidang sosial dan dipaksa mangikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

EFISIENSI PENGAJARAN DI INDONESIA

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaiman dapat meraih stendar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbiara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kami lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan Negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, Karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisienfi pengajarn yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah costbiaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

STANDARDISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
Tinjauan terhadap sandardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.

KI HAJAR DEWANTORO



Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.

Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.

Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar dikelas dengan jumlah dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding tidak ada ), tetapi konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar. Belajar bukan sekedar teori dan praktek disekolah, tetapi juga belajar menghadapi realitas dunia. Sekolah dan Dunia menurut konsep ini berarti tidak terpisah. Dengan itu diharapkan para guru mengajarkan ilmu teori serta praktek di dunia dan juga kepada siswa jika tidak sungkan-sungkan menanyakan apa saja hal yang tidak diketahuinya tentang dunia kepada guru mereka masing-masing. Tujuan dari konsep ini, agar para lulusan sekolah dapat mampu hidup dan bisa berbuat banyak setelah lulus dari sekolah. 
Pandangan selanjutnya ialah Pandangan Ki Hadjar Dewantara Terhadap Pendidikan. Menurut beliau, pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri agar tidka tergantung kepada orang lain baik lahir maupun batin. Ada beberapa falsafah yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu :
1.Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya.
2.Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai hidup tertib dan damai.
3.Adat istiadat sifatnya selalu berubah (dinamis).
4.Untuk mengetahui karateristik masyarakat saat ini diperlukan kajian mendalam tentang kehidupan masyarakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan dating pada masyarakat tersebut.
5.Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain, hal ini terjadi karena pergaulan antar bangsa.

Dewantara, K.H. (2004). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dewantara, K.H. (1994). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Kedua: Kebudayaan. Cetakan kedua. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Rahardjo, S. (2009). Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat 1889-1959. Yogyakarta: Garasi.
Sjamsudin, H. (1993). Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Contoh Judul Skripsi Kependidikan, Desain Penelitian, dan Teknik Pengumpulan Data

A. Judul: Pemanfaatan Sumber Belajar Untuk Menunjang Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Purworejo
       1. Desain Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. observasi
b. wawancara
c. angket
d. dokumentasi

B.  Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Geografi SMA Di kabupaten Bantul
1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dalam hal ini mendeskripsikan peranan MGMP Geografi dalam meningkatkan kompetensi professional guru Geografi SMA di Kabupaten Bantul 
            2.Teknik Pengumpulan Data
a.       Angket

b.      Wawancara

c.       Dokumentasi
C. Presepsi Siswa Kelas XI IPS Terhadap Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 1 Muntilan, Magelang, Jawa Tengah 
1.      Desain Penelitian 
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kajadian yang terjadi pada saat sekarang
2.      Teknik Pengumpulan Data
a.       Angket

b.      dokumentasi


C.    Pembelajaran Geografi Dengan Metode Make A Match dan Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA N 1 Mlati Tahun Ajaran 2012/2013
 
      1. Desian Penelitia
      Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan komunikatif. Penelitian  ini menggunakan dua kelompok yang diajar dengan menggunakan metode yang berbeda. Kelompok pertama dengan menggunakan metode Make a Match dan kelompok kedua dengan menggunakan metode Think Pair Share 
      2. Metode Pengambilan Data

a.       Tes

b.       Dokumentasi

c.       Lembar observasi

Evaluasi Kegiatan Peserta Didik



Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan aswan zain, 2002;57), evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuati. evaluasi hasil belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siawa baik yang berupa kegian kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstra-kurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan hasil belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, 2002;58), menyatakan sebagai berikut.

       1.      Tujuan umum dari evaluasi peserta didik adalah:
a.       Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b.      Memungkinkan pendidik/guru menilai kativitas/pengalam yang didapat.
c.       Menilai metode mengajar yang digunakan.
        2.      Tujuan khusus dari evaluasi peserta didik adalah:
a.       Merangsang kegiatan peserta didik
b.      Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegiatan belajar peserta didik.
c.       Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
d.      Untuk memperbaiki mutu pembelajaran/cara belajar dan metode belajar.
Berdasarkan tujuan penilaian hasil belajar tersebut ada beberapa fungsi penilaian yang dapat dikemukakan antara lain:
     1.      Fungsi Selektif
Dengan mengadakan evaluasi, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya. Evaluasai dalam hal ini bertujuan untuk: memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu, memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, memilih siswa yang seharusnya berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
      2.      Fungsi diagnostic
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memnuhi persyaratan, dengan melihat hasilnya, guru akan dapat mengetahui kelemahan peserta didik, sehingga lebih muadh untuk mencari cara mengatasinya.
      3.      Fungsi Penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan peserta didik adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan.
     4.      Fungsi menukur keberhasilan program
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan non tes. Dalam penggunaan alat evaluasi yang berupa tes, hendaknya guru membiasakan diri tidak hanya menggunakan tes subyektif saja tetapi juga diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seseorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.
Dalam suatu kelas, tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur keberhasilan peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur keberhasilan peserta didik, ada juga tiga jenis tes, yaitu:
      1.      Tes diagnostic
Tes diagnostic adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelamahan peserta didik sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Kedudukan diagnosis adalah dalam menemukan letak kesulitan belajar peserta didik dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar.
      2.      Tes formatif
Tes formatif atau evaliasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Jenis penilaian ini juga berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
      3.      Tes sumatif
Tes sumatif atau evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhir pemberian sekelompok program atau pokok bahasan. Jenis penilaian ini berfungsi untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar peserta didik.
Hasil evaluasi terhadap peserta didik tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik. Ada dua kegiatan dalam menindaklanjuti hasil penilaian peserta didik, antara lain sebagai berikut.
       1.      Program Remidial
Belajar tuntas merupakan kriteria keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Maksud utama konsep belajar tuntas adalah upaya agar dikuasainya bahan secara tuntas oleh sekelompok peserta didik yang sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas. Tingkat ketuntasan ini bermacam-macam dan merupakan persyaratan (kriteria) minimum yang harus dikuasai peserta didik. Batas minimum ini kadang-kadang dijadikan dasar kelulusan bagi peserta didik yang menepuh bahan tersebut. Biasanya dipersyaratkan penguasaan bahan pelajaran bergerak antara 75% sampai 90%.
Biasanya penanganan masalah kesulitan belajar, secara metodologi dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial, bimbingan dan peyuluhan, psikoterapi atau dengan pendekatan lainnya. Dalam hal pengajaran remedial, kegiatan ini dilakukan dengan beberapa alasan antara lain:
     a.       Masih banyak peserta didik yang menunjukkan belum dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
      b.      Guru bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan, yang berarti bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui pencapaian standar kompetensi yang diharapkan.
       c.       Pengajaran remedial diperlukan dalam rangka melaksanakan program belajar yang sebenarnya, yaitu sebagai proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
       d.      Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan peyuluhan melalui interaksi belajar mengajar.

Pengajaran remedial mempunyai arti  terapeutik, maksudnya dalam proses pengajaran remedial secara langsung maupun tidak langsung juga menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan yang berkaitan dengan kualitas belajar. Pengajaran remedial adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau keseluruhan kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik. Adapun tujuan pengajaran remedial adalah:
a.       Secara umum pengajaran remedial bertujuan agar peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses penyembuhan atau perbaikan, baik dalam segi kepribadian peserta didik maupun segi proses belajar mengajar.
b.      Secara khusus pengajaran program remedial bertujuan agar peserta didik:
1)      Memahami dirinya sendiri, hal ini menyangkut prestasi belajarnya dari segi kekuatan, kelemahan, jenis dan difat kesulitannya.
2)      Dapat mengubah/memperbaiki cara-cara belajar kearah yang lebih sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya.
3)      Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat
4)      Dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya
5)      Dapat mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan yang baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
6)      Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dlam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan yang logis dari usaha diagnostic kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah dalam pengajaran remedial, antara lain:
             a.       Penelaahan kembali kasus dan permasalahannya
             b.      Menentukan alternative pilihan tindakan
             c.       Melaksanakan layanan bimbingan dan penyuluhan/psikoterapi
             d.      Melaksanakan program remedial
             e.       Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
             f.       Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Sasaran akhir kegiatan remedial identik dengan pengajaran biasa (pada umumnya) yaitu membantu setiap peserta didik dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan tertentu, sekurang-kurangnyasesuai dengan batas kriteria keberhasilan yang dapat diterima. Secara empiric sasaran strategis tersebut tidak selamanya dapat tercapai dengan pendekatan sistem pengajaran secara konvensional, sehingga perlu dicari upaya pendekatan strategis lainnya. Ada dua strategi yang bisa dilakukan dalam pendekatan remedial, yaitu:
       a.      Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat kuartif
Tindakan ini dapat dikatakan kuartif apabila dilakukan setelah selesai program pembelajaran utama diselenggarakan. Hal ini dilakukan atas dasar bahwa ada seseorang atau beberapa orang atau keseluruhan peserta didik dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses belajar-mengajar yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Pendekatan pengajaran yang dapat diterapkan, antra lain sebagai berikut:
1)      Pengulangan
Pengulangan dapat dilakukan pada setiap akhir jam pertemuan pada setiap akhir unit (satu bahan) pelajaran tertentu, dan pada akhir setiap satuan program studi (triwulan, semester, tahunan). Pelaksanaan layanan pengejaran remedial ini dapat diberikan dan diorganisasikan dengan cara:
a)      Perorangan (individu), apabila peserta didik yang memerlukan bantuan jumlahnya terbatas.
b)      Kelompok (peer group), apabila terdapat sejumlah peserta didik yang mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama, bahkan bisa juga terjadi dalam bidng studi tertentu dialami oleh peserta didik dalam satu kelas secara keseluruhan.
Waktu dan cara pelaksanaannya dapat distur sedenikian rupa sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, seperti contoh di bawah ini.
a)      Diadakan pada jam pertemuan biasa, apabila sebagianatau seluruh anggota kelas mengalami kesulitan yang serupa, dengan cara:
i)                    Bahan pengajaran dipesentasikan kembali dengan penjelasannya
ii)                  Diadakan latihan/penguasaan/soal kembali yang bentuknya sejenis tugas soal terdahulu
iii)                Diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil peningkatannya kea rah kriteria keberhasilan yang diharapkan
b)      Diadakan di luar jam pertemuan biasa dengan cara:
i)                    Diadakan jam pelajaran tambahan pada hari, jam, tempat tertentu apabila yang mengalami kesulitan hanya seseorang/sejumlah peserta didik tertentu (misal sore hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat, dan sebagainya)
ii)                  Diberikan kembali dalam bentuk pekerjaan rumah dengan diperiksa kembali oleh guru hasil pekerjaanya.
c)      Diadakan kelas remedial (khusus bagi peserta didik) yang mengalami kesulitan belajar tertentu, dengan cara:
i)                    Peserta didik lain belajar dalam kelas biasa, sedangkan untuk peserta didik tertentu dengan mendapat bimbingan khusus dari guru yang telah ditunjuk sampai yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan tertentu sehingga dapat bersama-sama lagi dengan teman sekelasnya.
ii)                  Diadakan ulangan secara total, apabila peserta didik yang bersangkutan prestasinya sangat jauh dari batas kriteria keberhasilan minimal dalam hampir keseluruhan program (bidang studi), secara konvensional desebut dengan tinggal kelas.
2)      Pengayaan dan pengukuhan
Layanan pengayaan ditujukan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ringan. Materi program pengayaan dalam hal ini dapat bersifat:
a)      Ekuivalen (horizontal) dengan PBM utama, sehingga bobot nilainya dapat diperhitungkan oleh peserta didik yang bersangkutan.
b)      Suplementer saja terhadap program PBM uatma, dengan tidak menambah bobot nilai tertentu yang penting dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan bagi peserta didik yang relative lemah, dan membrikan dorongan serta kesibukan bagi peserta didik yang cepat belajar untuk mengisi kelebihan waktunya disbanding dengan teman sekelasnya.
Teknik pelaksanaan kegiatn pengayaan dan pengukuhan dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a)      Berupa tugas/soal pekerjaan rumah bagi peserta didik yang lambat belajar.
b)      Berupa tugas/soal yang dikerjakan di kelas pada jam pelajarn tersebut juga (sementara peserta didik yang lain menerjakan program PBM utama) bagi peserta didik yang cepet belajar.
3)      Percepatan
Alternative lain adalah memberikan layanan kepada kasus berbakat tetapi menunjukkan kesuliatn psikososial atau ego emosional, dengan jalan megadakan akselerasi atau promosi kepada program PMB utama berikutnya yang lebih tinggi. Ada dua kemungkinan pelaksanaannya, antara lain:
a)      Promosi penuh status akademisnya ketingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya, apabila peserta didik menunjukkan dengan luar baisa (dilakukan dengan placement test dari tingkat yang akan dia masuki)
b)      Maju berkelanjutan (continous progress) tidak diartikan sebagai promosi status akademisnya secara keseluruhan, tetapi pada beberpa bidang studi tertentu dimana kasus sangat menonjol dapat diberikan layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi sebatas kemampuannya, status akademiknya tetap sama dengan teman sekelasnya.
       b.      Strategi dan pendekatan pengajaran yang bersifat preventif
Teknik layanan pengajaran yang digunakan adalah:
1)      Layanan kepada kelompok belajar homogeny
2)      Layanan pengajaran individual
3)      Layanan pengajaran secara kelompok dengan dilengkapi kelas khusu remedial dan pengayaan
        c.       Strategi pendekatan pengajaran yang berdifat pengembangan
Dalam pengajaran remedial diperlukan adanya pengorganisasian proses belajar mengajar yang siatematis dalam bentuk sistem pengajaran berprogram, sistem pengajaran modul, dan sebagainya. Sasaran utama dari strategi ini adalah agar peserta didik dapat segera mengatasi hambatan atau kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dengan mengacu beberapa uraian diatas maka terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial antara lain:
1)      Metode pemberian tugas
2)      Metode diskusi
3)      Metode tanya jawab
4)      Metode kerja kelompok
5)      Metode tutor teman sebaya 
6)      Pengejaran individual

            2.      Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta didik kelompok cepat seghingga peserta didik tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan ketrampilannya atau lebih mendalami bahan pengajaran yang sedang mereka pelajari. Tujuan dari kegiatan pengayaan adalah agar peserta didik yang sudah menguasai bahan lebih dahulu dari teman-temannya tidak brhenti perkembangannya, dengan mengisi waktu kelebihaanya dengan melakukan kegiatan lain. Strategi kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a.       Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok
b.      Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topik modul pokok
Kegiatan pengayaan untuk dapat efektif mencapai tujuan, maka perlu diadakan kegaiatan penilaian, melalui dua cara yaiyu:
a.       Digabungkan dengan nilai modul pokok, dihitung dalam satuan kredit atau bobot tertentu
b.      Dipisahkan dengan nilai pokok sehingga terdapat dua nilai.

SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ