NEWS UPDATE :
Tampilkan postingan dengan label vulkanologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label vulkanologi. Tampilkan semua postingan

Papua – Pulau Dengan Pegunungan Begitu Panjang


Sejarah terbentuknya pulau Papua
Papua dengan daratan yang bergunung–gunung, memiliki daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Jajaran pegunungan Papua terbentuk sebagai hasil tabrakan Lempeng Australia??? dengan Lempeng Pasifik yang begitu dahsyatnya pada akhir zaman mesozoikum. Tabrakan lempeng dengan energi yang begitu besar membentuk jajaran pegunungan yang sangat panjang, melebihi panjang Pegunungan Alpen.
Sejarah geologis Papua dimulai pada masa Eocene, sekitar 59 juta tahun yang lalu. Terdapat dua dataran yaitu Australia dan Melanesia. Menurut teori geundatory dari Van Bemmelen, naiknya daratan sekitar benua tersebut membentuk sebuah geosinklinal (circum Australian geosyncline). Proses tersebut berjalan terus, dengan mengendapkan kapur.
Pada zaman Oligo Miocene sekitar 27-39 juta tahun yang lalu, bagian tengah tersebut terangkat karena desakan magma di dalam bumi. Gerakan ini mengakibatkan terbentuknya suatu punggungan, yaitu inti dari Pegunungan Tengah. Bersamaan dengan itu, tepi dari daratan Melanesia terangkat pula hingga zaman Miocene.
Sementara kedua inti punggungan pegunungan tersebut terus terangkat, magma dari dalam bumi mencapai permukaan yang mengakibatkan proses vulkanis. Maka terlipatlah lapisan–lapisan endapan neogene dan paleogene karena gaya beratnya dan mengakibatkan terangkatnya punggungan pegunungan di sebelah utara.
Pada zaman Plio Pleistocene yaitu 13 juta tahun yang lalu, gerakan tektonis semakin kuat. Proses pengangkatan Pegunungan Tengah berjalan terus hingga ribuan meter di atas permukaan laut. Juga gerak turun dari Digul Depression berjalan terus dengan diimbangi gerak naik pengangkatan Pegunungan Tengah. Dataran Melanesia yang turun mengakibatkan goncangan–goncangan kuat di Papua. Pegunungan Cyclops dan Baugenville dapat dianggap sebagai dataran yang tertinggal dari tepi daratan Melanesia yang turun. Selain itu dataran pegunungannya pun tampak bergelombang akibat tekanan Lempeng Australia??? dan Lempeng Pasifik.
Lapisan pegunungan ini masih tergolong muda dan masih dalam tahapan pembentukan, sehingga sering menimbulkan gempa bumi yang sering kali cukup kuat. Ini disebabkan pula karena ia menjadi tempat bertemunya dua sistem deretan pegunungan dunia, yang keduanya masih dalam taraf pembentukan.  Dengan begitu pegunungan di Papua secara geologis termasuk pegunungan yang muda dan tanahnya pun tergolong labil. Namun Papua merupakan pulau dengan batuan tertua di Indonesia.

Pulau misterius
Hasil dari tabrakan lempengan tersebut membentuk Kordilera Tengah (Central Cordillera) yang dilapisi salju di puncak–puncaknya. Terlihatnya salju ini pertama kali dilaporkan oleh Jan Carstensz ketika melintasi pulau ini. Ia heran melihat dataran salju di Papua mengingat letaknya di katulistiwa yang hangat. Banyak orang tidak percaya dengan hasil temuannya tersebut. Namun berita tersebut tersebar luas hingga menarik para petualang untuk berkunjung ke sana.
Salju katulistiwa hanya ada di tiga tempat saja di dunia. Salah satunya adalah Papua.
Papua merupakan pulau misterius. Dengan wilayah terbagi dua (bagian barat menjadi wilayah Indonesia dan bagian timur menjadi negara sendiri, Papua New Guinea), Papua merupakan salah satu daerah yang sangat terasing. Masih sedikitnya data–data tentang pulau ini membuat semakin besar keingintahuan orang.
J.L. Gresit yang merupakan penjelajah gunung di banyak kawasan di Papua pun menulis bahwa Papua merupakan sebuah pulau yang fantastis, unik dan memesona3. Hal ini tidaklah berlebihan. Dengan bermacam keanekaragaman yang dimilikinya, Papua menjadikan dirinya sebuah dataran yang luar biasa dilihat dari berbagai sisi. Mulai dari penduduk, bentang alam, flora fauna, panorama hingga batuan, semua tersaji dengan amat memesona dan menciptakan misteri bagi para ilmuwan.
Sangat mungkin ini disebabkan oleh alam Papua yang sangat liar dan juga ganas. Hingga saat ini, menembus pedalaman Papua tidaklah mudah. Hutan bakau dan rawa-rawa yang menyulitkan, hutan hujan tropis yang sangat lebat dan rapat, hingga suhu dingin pegunungan yang ekstrim menjadikannya daerah terliar di muka bumi ini. Daerah terpencil dan ganas ini memaksa penduduk aslinya terus bekerja keras untuk mendapatkan kebutuhannya.
Papua pun memiliki perubahan zona vegetasi yang ekstrim. Dari batas titik terendah hingga batas tertinggi perubahannya tergolong sangat terjal. Dari pantai yang tropis hingga pegunungan salju yang dingin hanya berjarak kurang lebih 80 km. Maka, perubahan vegetasinya pun sangat cepat. Papua merupakan daratan dengan perubahan zona vegetasi tercepat di dunia.
Daerah yang belum di jamah pun masih membentang luas. Keindahan alam pun belum sepenuhnya diketahui. Masih banyak misteri alam yang belum terjawab di pulau ini. Diperlukan semangat petualangan untuk menjelajahinya. Ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagaimana Papua –dengan segala keterasingan anugerah dari yang Maha Kuasa– dapat dipelajari dan telusuri.
Sampai saat ini, para petualang asing terus memelopori pencapaian prestasi di dalam pendakian dan pemanjatan gunung–gunung di Papua. Bahkan bukan hanya petualang saja, para peneliti dan ilmuwan asing pun berdatangan ke pulau ini. Sangat sayang jika pemilik Tanah Air ini tidak berbuat apa–apa. Ini merupakan ketukan dan tantangan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Pegunungan Sudirman
Banyak yang tidak mengetahui, bahkan baru mendengar nama Pegunungan Sudirman itu sendiri. Di manakah letaknya? Di pulau manakah itu? Seringkali terdengar pertanyaan reaktif orang–orang apabila ditanya mengenai pegunungan ini. Memang nama Pegunungan Sudirman ini asing dan tidaklah seterkenal Pegunungan Jayawijaya. Namun sebenarnya puncak tertinggi Indonesia berada di jajaran Pegunungan Sudirman!

Fakta Sejarah
Papua memiliki jajaran pegunungan yang sangat panjang di tengahnya yang disebut Central Cordillera atau Pegunungan Tengah. Jajaran pegunungan tersebut sambung menyambung dari pegunungan Weyland di sebelah barat hingga pegunungan Owen Stanley di sebelah timur.
Jajaran pegunungan tersebut melintasi dua wilayah negara, yaitu Indonesia dan Papua New Guinea (PNG). Perbatasannya berada di garis 141º Bujur Timur. Di bagian wilayah Indonesia hingga perbatasan PNG, jajaran pegunungan tersebut memiliki nama Maoke (peta nasional terbitan Ganaco Bandung)1. Sebuah nama yang kurang tepat karena ia lahir dari kesalahan lafal orang Belanda untuk kata ‘Merauke’.
Di antara jajaran Pegunungan Maoke tersebut, terdapat lembahan yang sangat besar dan seolah–olah memisahkan jajaran pegunungan ini. Lembah tersebut adalah Lembah Baliem dimana Sungai Baliem mengalir berkelok-kelok dan memotong Pegunungan Tengah. Archbold menyebutnya Grand Valley2. Tetapi pada zaman kolonial, jajaran pegunungan tersebut belumlah mendapatkan penamaan yang jelas, dikarenakan bentangan Pegunungan Tengah ini begitu panjang dan masing–masing mempunyai nama yang beraneka macam. Para penjelajah pun belum berhasil menjelajahi pegunungan tersebut. Sehingga belumlah jelas batas–batas masing–masing pegunungan ini. Namun dari beberapa referensi ada yang menyebutkan bahwa pegunungan sebelah barat Lembah Baliem diberi nama Nassau Range (dalam bahasa Belanda), dan pegunungan di sebelah timur Lembah Baliem dinamakan Star Mountains Range.
Setelah pengambilalihan kekuasaan dari pemerintahan kolonial Belanda, Indonesia melakukan perubahan nama untuk menggantikan nama–nama asing tersebut. Presiden Sukarno pun menggalang ‘Ekspedisi Tjendrawasih’ untuk menggapai puncak tertinggi di Papua (waktu itu masih disebut Irian). Tak lama kemudian Nassau Range diganti namanya menjadi Pegunungan Sudirman dan Star Mountains Range beralih nama menjadi Pegunungan Jayawijaya. Bersamaan dengan itu,  puncak tertinggi pada saat itu diberi nama Puncak Sukarno. Bahkan pada saat itu, ibukota propinsi Irian Barat pun bernama Sukarnopura!
Rentetan pergantian orde di Indonesia menimbulkan perubahan nama lagi. Sukarnopura beralih nama menjadi Jayapura, dan Puncak Sukarno berubah nama menjadi Puncak Jaya. Lama kemudian Irian kembali berganti nama menjadi Papua. Namun sejak timbulnya nama Puncak Jaya tersebut terjadilah kesalahan penyebutan lokasi. Puncak Jaya di-salahkaprah-kan berada di jajaran Pegunungan Jayawijaya. Bila melihat peta saat itu seakan terjadi dualisme penamaan. Tidak jelas di mana Pegunungan Sudirman dan dimana Pegunungan Jayawijaya berada.
Namun setelah kembali dilakukan penelusuran sejarah ditemukan bahwa pegunungan sebelah barat Lembah Baliem itu tetap bernama Pegunungan Sudirman dan sebelah timur Lembah Baliem adalah Pegunungan Jayawijaya. Maka letak Puncak Jaya (4.864 mdpl) dan Carstensz Pyramid (yang merupakan puncak tertingginya, 4.884 mdpl) berada pada jajaran Pegunungan Sudirman dan puncak tertinggi di Pegunungan Jayawijaya adalah Puncak Mandala (4.640 mdpl).
Melewati berbagai perubahan nama tersebut, Pegunungan Tengah tetap terus menarik para wisatawan petualang dunia, karena keberadaan Carstensz Pyramid yang merupakan salah satu dari tujuh puncak benua di dunia (seven summits of the seven continents, biasa disebut sebagai ‘Seven Summits’ saja).
Penjelajahan Pegunungan Sudirman
Sirkuit pendakianSeven Summits sudah menjadi milik dunia. Maka, walau terletak di pedalaman dan sulit dijangkau, Pegunungan Sudirman tetap dikunjungi oleh para wisatawan petualang, baik lokal maupun mancanegara. Untuk menjaga kelestarian dan keutuhannya, pemerintah pada tahun 1997 pun membentuk Taman Nasional Lorentz yang mencakup pula wilayah Carstensz Pyramid.
Keunikan lain dari Carstensz Pyramid adalah bahwa ia merupakan satu–satunya puncak tertinggi dari Seven Summits yang berada pada sebuah pulau. Hal ini dimungkinkan karena Papua berada di Lempeng Australia-Oceanesia (???).Maka bila Everest merupakan puncak tertinggi di dunia, Kilimanjaro  gunung tertinggi di Afrika, maka Carstensz Pyramid merupakan puncak tertinggi benua yang berada di sebuah pulau!
Namun, seiring dengan melambungnya nama Carstensz Pyramid, seolah–olah penjelajahan alam Papua berjalan hanya di sana. Berbanding terbalik dengan Carstensz yang selalu dikunjungi oleh para wisatawan petualang dunia, maka daerah sekitarnya seolah–olah terabaikan. Masih sedikit sekali wilayah lain di Pegunungan Sudirman ini yang telah terjelajahi.  Heinrich Harrer, petualang asal Austria yang melakukan ekspedisi pada tahun 1964 telah menjelajahi 31 puncak di Pegunungan Sudirman, itupun hanya area Carstensz atau Pegunungan Sudirman sebelah timur dari Grasberg. Baru satu puncak yaitu Puncak Idenburg yang didaki oleh Harrer di sebelah barat Pegunungan Sudirman dan penjelajahannya tersebut belumlah usai. Masih tersisa banyak puncak lain yang belum didaki dan daerah lain yang belum tereksplorasi.
Daerah lain di Pegunungan Sudirman sama sekali bukannya tidak menarik. Khususnya di bagian barat yang hampir tidak tersentuh oleh para penggiat alam bebas Indonesia. Padahal tidak sedikit tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Keindahan dan keunikannya sangat menakjubkan dan memberikan sensasi tersendiri. Sedikitnya data–data mengenai Pegunungan Sudirman menjadikan bagian baratnya seakan-akan tidak ada dan akhirnya luput dari penjelajahan.

Mengapa Gunung Tertinggi Berada Di Katulistiwa Misteri Mengapa Gunung Tertinggi Berada Di Katulistiwa


Baru-baru ini para ilmuwan berhasil menguak misteri mengapa gunung-gunung tertinggi di dunia ini berada di rantai khatulistiwa. Disebutkan itu semua berkaitan dengan iklim. Mereka menyimpulkan iklim yang lebih dingin menyebabkan proses erosi menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang dahulu telah diketahui.

Sebagaimana diberitakan The Guardian pekan lalu, pada sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature, David Egholm dari Universitas Aarhus, Denmark menunjukkan bahwa ketinggian gunung lebih dipengaruhi oleh es serta cakupan sungai es dari pada sebuah kejadian tektonik.

Gunung terbentuk akibat tabrakan antar lempengan kontinental yang mendorong daratan naik. Tumbuhnya sebuah gunung terjadi sebesar 10 mm per tahun di tempat-tempat seperti New Zealand dan sebagian di Himalaya, tetapi biasanya pertumbuhan terjadi sebanyak 2-3 mm per tahun.

Pada iklim yang lebih dingin, jumlah salju pada gunung bergerak turun dan mengakibatkan terjadinya erosi di ketinggian yang lebih rendah. Pada tempat yang lebih dingin jauh dari garis khatulistiwa, ia menemukan erosi yang diakibatkan oleh salju dan es menyamai pertumbuhan yang diakibatkan oleh benturan lempengan bumi.

Analisis tersebut menyebutkan gunung memiliki wilayah daratan yang tertutup oleh lapisan salju, setelah lapisan salju tersebut terkikis, pada umumnya gunung hanya tumbuh sekitar 1.500. Jadi ketebalan dari lapisan ini sangat bergantung dengan keadaan iklim dan garis lintang yang menentukan ketinggian mereka.

Pada ketinggian yang lebih rendah, di mana kondisi atmosfir lebih hangat dan lapisan salju yang tebal seperti di sekitar khatulistiwa, lapisan salju biasanya setebal 5.500 m di puncak ketinggiannya. Jadi tinggi gunung dapat mencapai 7.000 m, jelas Egholm. Dia menggunakan peta radar dataran bumi yang diciptakan oleh NASA pada 2001, untuk mengukur ketinggian gunung yang ada di bumi dalam satu waktu.global


Kaldera Gunung Bromo

Lembah yang indah dari pegunungan sekitar Bromo merupakan area yang sangat luas. Saya pernah menyusuri lembah tersebut dari Ranu Pane ke Bromo memakan waktu 6 jam perjalanan dengan berjalan kaki. Timbul sebuah pertanyaan, apakah mungkin lembah ini adalah kaldera gunung api yang lebih besar ? Sedangkan gunung Bromo hanyalah salah satu kawah tempat keluarnya magma (sekarang hanya uap) ?. Berikut ini ada penjealsan dari sisi geologi yang saya kutip dari tulisan Pak Awang H.S. Semoga dapat memberi pencerahan.

Van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend struktur Jawa yang barat-timur. Transverse fault ini menjadi lokasi semua gunungapi aktif maupun mati di wilayah ini, sehingga lineament gunungapi ini menyimpang dari lineament gunungapi Jawa pada umumnya (barat-timur). Di sini, kompleks Tengger-Semeru berarah utara-selatan. Bahkan, wilayah Grati dan Semokrong di tepi pantai utara eastern spur Jawa Timur ini, atau di sebelah selatan Selat Madura, menurut van Bemmelen (1949) masih merupakan bukit-bukit yang terjadi oleh aktivitas volcano-tectonic akibat runtuhnya kaldera Tengger.
Collapse kaldera di puncak yang menyebabkan gravity sliding di kaki gunungapi membentuk ridges, adalah teori khas van Bemmelen. Ia pun menerangkan asal Gendol highs di Menoreh, Jawa Tengah dengan mekanisme yang sama sebagai akibat gravity sliding oleh runtuhnya kaldera Merapi. Van Bemmelen pun menerangkan asal Antiklinorium Samarinda di Kalimantan Timur sebagai akibat gravity sliding saat Kuching High terangkat -teorinya kemudian dikembangkan oleh Rose dan Hartono (1976) dan Hank Ott (1987). Sebuah teori yang sangat menarik dan saya cukup meyakininya. Kini, di sistem deepwater perkembangan toe thrusting juga erat kaitannya dengan gravity sliding di shelf areanya. Contoh-contoh di Kutei, Tarakan, dan Sarawak deepwater sangat khas membuktikan ini.
Meminjam transverse fault Tengger-Semeru van Bemmelen ini untuk menerangkan terjadinya Depresi Lumajang ke sebelah timurnya, dengan menggunakan juga transverse fault pasangannya di wilayah Jember, yaitu Iyang (Yang)-Argopuro Fault . Kedua transverse fault ini mengapit wilayah Lumajang yang tenggelam, sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua transverse fault tersebut merupakan block faulting yang besar dengan block terbannya (downblock) ditempati oleh Depresi Lumajang. Bahwa Lumajang tenggelam bisa dengan segera dilihat apabila kita mengamati garis pantai selatan Lumajang yang terindentasi ke dalam dan Pegunungan Selatannya yang hilang.
Kembali ke Bromo, ia merupakan salah satu gunungapi cinder cone yang muncul dari kaldera lautan pasir Tengger yang terkenal itu. Di kaldera Tengger yang berdiameter 10 km itu muncul beberapa gunungapi kecil. Walaupun kini kita hanya bisa temukan tiga gunungapi di kaldera ini (Batok-Bromo-Kursi yang berjajar utara-selatan mengikuti transverse fault itu), vulkanoloog Belanda Neumann van Padang (1951 – catalogue of the active volcanoes of the world, p. 146-147) menyebutkan bahwa ada tujuh buah pusat letusan di kaldera Tengger ini.
Gunungapi aktif di kaldera Tengger tinggal Bromo saja dengan kepundan ditutupi danau sejak 1838. Menurut Hadian dan Kusumadinata (1979 : Data Dasar Gunungapi Indonesia), undak-undak di Gunung Bromo menunjukkan bahwa pusat letusannya bergerak ke arah utara. Transverse Fault Tengger-Semeru dari van Bemmelen (1949) mungkin ada betulnya sebab semua gunungapi mati dan giat di wilayah ini membentuk kelurusan utara-selatan,mulai dari sebelah utara ke selatan : Gunung Pananjakan, Batok, Bromo, Kursi, Ranu Pani, Ranu Kumbolo (ini bekas-bekas kawah gunungapi) dan paling selatan adalah gunung Semeru -puncak tertinggi di Jawa (3676 m).

sejarah krakatau dan Kesaksian Pribumi atas Kengerian Letusan Krakatau


 sejarah krakatau


Pada mulanya Pulau Krakatau besar yang biasa kita sebut dengan nama Gunung Krakatau adalah sebuah gunung (Gunung Krakatau purba) yang memiliki ketinggian sekitar 2000 mdpl dengan lingkaran pantainya sekitar 11 km dan radius sekitar 9 km2.

Namun ledakan dahsyat yang terjadi sekitar 416 M ini telah menghancurkan tiga perempat tubuh gunung tersebut dan menyisakan tiga pulau besar, yaitu Pulau Sertung, Pulau Rakata, dan Pulau Panjang, serta sebuah kaldera di tengah ketiga pulau tersebut. sebelum tahun 1883 muncullah dua buah gugusan gunung yang bernama Gunung danan dan gunung Perbuatan yang kemudian lam-kelamaan bersatu dengan Pulau rakata dan biasa disebut dengan Gunung Krakatau saja.

Pada tahun 1880, yang disebut masa strombolian, aktivitas vulkanis berlangsung selama beberapa bulan, dan Gunung Perbuatan aktif mengeluarkan lava. Setelah periode itu, tidak ada aktivitas vulkanis hingga akhirnya muncul tanda akan adanya letusan pada bulan Mei 1883.
Lalu pada tanggal 27 Agustus 1883 Gunung Krakatau meletus. Menurut catatan sejarah yang hingga kini selalu dipromosikan jajaran pariwisata Lampung, Gunung Krakatau meletus sangat dahsyat, menggemparkan dunia. semburan lahar dan abunya mencapai ketinggian 80 km. Sementara abunya mengelilingi bumi selama beberapa tahun. dilihat daru Amerika Utara dan Eropa, saat itu cahaya matahari tampak berwarna biru dan bulan tampak jingga (oranye).
Letusan gunung ini menghasilkan debu hebat yang mampu menembus jarak hingga 90 km. Letusan itu pun berdampak terjadinya gelombang laut sampai 40 m vertikal dan telah memakan korban sekitar 36.000 jiwa pada 165 desa baik di Lampung Selatan ataupun pada barat Jawa Barat. Dan karena letusannya itu telah melenyapkan Gunung Danan dan Perbuatan dari muka bumi dan menyisakan tiga pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata besar serta sebuahkaldera yang terletak di tengah ketiga pulau tersebut yang berdiameter 7 km.
Empat puluh tahun kemudian lahir keajaiban baru. Sekitar tahun 1927 para nelayan yang tengah melaut di Selat Sunda tiba-tiba terkejut. Kepulan asap hitam di permukaan laut menyembul seketika di antara tiga pulau yang ada, yaitu di kaldera bekas letusan sebelumnya yang dahsyat itu. Kemudian pada tanggal 29 desember 1929 sebuah dinding kawah muncul ke permukaan laut yang juga sebagai sumber erupsi. Hanya dua tahun setelah misteri kepulan asap di laut itu, kemudian muncullah benda aneh. "Wajah" asli benda aneh itu makin hari makin jelas dan ternyata itulah yang belakangan disebut Gunung Anak Krakatau.
Tapi misteri Gunung Anak Krakatau tidak sampai di situ. Gunung ini memiliki keunikan tersendiri, sebab gunung ini selalu menambahkan ketinggiannya sekitar satu senti tiap harinya. Gunung Anak Krakatau yang semula hanya beberapa meter saja, sekarang sudah dapat mencapai 230 mdpl dan sejak munculnya pada tahun1927. Gunung ini tercatat telah meletus sekitar 16 kali sejak Desember 1927 sampai Agustus 1930 dan 43 kali sejak 1931-1960 dan 13 kali sejak 1961-tahun 2000.

Kesaksian Pribumi atas Kengerian Letusan Krakatau


Erupsi Krakatau menimbulkan kemalangan dan kematian, tapi tidak sedikit yang memanfaatkan kesempatan mengambil harta benda orang.




Gaduhlah orang di dalam negeri
Mengatakan datang kapalnya api
Lalu berjalan berperi-peri
Nyatalah Rakata empunya bunyi
.......
Riuh bunyi di dalam perahunya
Bersahutan sama sendirinya
Seperti kiamat rupa bunyinya
Ramailah orang datang melihatnya

Demikian petikan transliterasi Inilah Syair Lampung Karam Adanya karangan Muhammad Saleh bait ke-14 dan 16. Syair ini dikumpulan oleh Suryadi dan diterbitkan dalam Syair Lampung Karam, Sebuah Dokumen Pribumi Tentang Dahsyatnya Letusan Krakatau 1883.
Gunung Krakatau (disebut Rakata dalam syair ini) meletus hebat pada 27 Agustus 1883. Nyaris semua catatan kajian ilmiah dan bibliografinya dilaporkan oleh orang asing. Tidak ada kesaksian pribumi yang ada di sekitarnya.
Sampai akhirnya ditemukan sumber tertulis pribumi yang terbit di Singapura dalam bentuk cetak batu (litografi) tahun 1883/1884. Kolofonnya mencatat 1301 Hijriah (November 1883 - Oktober 1884) dengan edisi pertama berjudul Syair Negeri Lampung yang Dinaiki oleh Air dan Hujan Abu.
Hingga muncul edisi keempat yang berjudul Inilah Syair Lampung Karam Adanya, bertarikh 10 Safar 1306 H (16 Okotober 1888). Muhammad Saleh sebagai pengarang menjelaskan kehancuran desa-desa dan kematian massal akibat letusan 27 Agustus 1883.
Daerah macam Kitambang, Talang, Lampasing, Badak, Limau, hingga Merak, luluh lantak dilanda tsunami (yang dilaporkan hingga setinggi 40 meter), lumpur, hujan abu, dan batu. Betapa memilukan dan kacau situasinya saat itu. Tapi tidak sedikit yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil harta benda orang lain.
Dalam bait kesebelas syair itu, diceritakan bahwa aktivitas gunung dimulai sejak tiga bulan sebelumnya. "Terjadilah letusan yang amat dahsyat...gumpalan abu menyembur ke udara setinggi 70 kilometer, dibarengi dengan tsunami. Ombak setinggi 40 meter menyapu habis pantai sebelah Sumatra dan Jawa di kawasan selat Sunda," demikian penggambaran Suryadi yang sejumlah penelitiannya telah dimuat di berbagai jurnal internasional.
Dalam dua bait terakhir syair ini, ungkap Suryadi, pengarang si Muhammad Saleh mengaku sakit, sedih, dan sengsara karena bencana itu. Pikiran dan perasaanya tersiksa. Akibatnya ia merasa sekarat dan hampir meninggal. 'Hati di dalam sangat siksanya...terkena demam hampir matinya,'
Namun, diingatkan bahwa bisa juga penggambaran ini dilebih-lebihkan karena adanya ruang untuk berimajinasi. Meski demikian, si pengarang nampak menggambarkan semua ini dari mata batin dan pikirannya sendiri.
Kesaksian warga asing
Kengerian letusan Gunung Krakatau juga datang dari salah satu penumpang kapal Loudon yang lepas jangkar di Teluk Lampung. Ia merasakan gelombang perdana yang datang pasca-letusan.

"Kapal [Loudon] bertemu dengan kepala gelombang, Loudon terangkat dengan kecepatan yang memusingkan," kenang penyintas yang tidak disebutkan namanya itu.
Pejabat Hindia Belanda memperkirakan korban tewas 36.417 orang, 90 persen di antaranya karena tsunami. Berbulan-bulan kemudian, Selat Sunda dipenuhi dengan batu apung tebal dan mayat-mayat. Menurut kesaksian pejalan yang mengunjungi wilayah itu dua pekan setelah letusan, masih banyak mayat manusia dan hewan yang menanti dikubur dengan bau yang tidak bisa digambarkan.
Badan Geologi Amerika Serikat menyebut bahwa erupsi pada 1883 merupakan contoh klasik pembentukan kaldera. Letusan ini juga menjadi contoh sempurna dari erupsi yang menimbulkan tsunami --yang gelombang terjauhnya dilaporkan hingga ke Semenanjung Arab.

LETUSAN KRAKATAU PURBA

Saat ini, di Selat Sunda ada Gunung Anak Krakatau (lahir Desember 1927,  44 tahun setelah letusan Krakatau 1883 terjadi), yang dikelilingi tiga pulau : Sertung (Verlaten Eiland, Escher 1919), Rakata Kecil (Lang Eiland, Escher, 1919) dan Rakata. Berdasarkan penelitian geologi, ketiga pulau ini adalah tepi-tepi kawah/kaldera hasil letusan Gunung Krakatau (Purba, 400-an/500-an AD). Escher kemudian melakukan rekonstruksi berdasarkan penelitian geologi batuan2 di ketiga pulau itu dan  karakteristik letusan Krakatau 1883, maka keluarlah evolusi erupsi Krakatau yang menakjubkan (skema evolusi Krakatau dari Escher ini bisa dilihat di buku van Bemmelen, 1949, 1972, atau di semua buku moderen tentang Krakatau).
B.G. Escher berkisah, dulu ada sebuah gunungapi besar di tengah Selat Sunda, kita namakan saja Krakatau yang disusun oleh batuan andesitik. Lalu, gunungapi ini meletus hebat (kapan ? ada dokumen2 sejarah tentang ini, ditulis di bawah) dan membuat kawah yang besar di Selat Sunda yang tepi-tepinya menjadi pulau Sertung, Rakata Kecil dan Rakata. Lalu sebuah kerucut gunungapi tumbuh berasal dari pinggir kawah dari pulau Rakata, sebut saja gunungapi Rakata, terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunungapi muncul di tengah kawah, bernama gunungapi Danan dan gunungapi Perbuwatan. Kedua gunungapi ini kemudian menyatu dengan gunungapi di Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunungapi inilah yang disebut Krakatau. Tahun 1680, gunung Krakatau meletus menghasilkan lava andesitik asam. Tanggal 20 Mei 1883, setelah 200 tahun tertidur, sebuah erupsi besar terjadi, dan terus-menerus sampai puncak erupsi terjadi antara 26-28 Agustus 1883 (Inilah letusan Krakatau 1883 yang terkenal itu). Erupsi ini telah melemparkan 18 km3 batuapung dan abu volkanik. Gunungapi Danan dan Perbuwatan hilang karena erupsi dan runtuh, dan setengah kerucut gunungapi Rakata hilang karena runtuh, membuat cekungan kaldera selebar 7 km sedalam 250 meter. Desember 1927, Anak Krakatau muncul di tengah-tengah kaldera.
Seberapa besar dan kapan erupsi Krakatau terjadi ? Inilah tujuan utama tulisan saya kali ini. Tulisan2 yang berhasil dikumpulkan (buku2 dan paper2 lepas) menunjuk ke dua angka tahun : 416 AD atau 535 AD. Angka 416 AD adalah berasal dari sebuah teks Jawa kuno berjudul ”Pustaka Raja Purwa” yang bila diterjemahkan bertuliskan : ”Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra” . Di tempat lain, seorang bishop Siria, John dari Efesus, menulis sebuah chronicle di antara tahun 535 – 536 AD, “ Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung sampai 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi” . Dokumen di Dinasti Cina mencatat : ”suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina”. (Semua kutipan diambil dari buku Keys, 1999 : Catastrophe : A Quest for the Origins of the Modern Worls, Ballentine Books, New York).
Itu catatan2 dokumen sejarah yang bisa benar atau diragukan. Tetapi, penelitian selanjutnya menemukan banyak jejak-jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang volkanik di temukan di contoh-contoh batuan inti (core) di lapisan es Antarktika dan Greenland, ketika ditera umurnya : 535-540 AD. Jejak2 belerang volkanik tersebar ke kedua belahan Bumi : selatan dan utara.  Dari mana lagi kalau bukan berasal dari sebuah gunungapi di wilayah Equator ? Kumpul-kumpul data, sana-sini, maka semua data menunjuk ke satu titik di Selat Sunda : Krakatau ! Adalah letusan Krakatau penyebab semua itu.
Letusan Krakatau begitu dahsyat, sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan telah mengurangi jumlah penduduk di seluruh dunia. Kota-kota super dunia segera berakhir, abad kejayaan Persia purba berakhir, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium terjadi, peradaban South Arabian selesai, berakhirnya rival Katolik terbesar (Arian Crhistianity), runtuhnya peradaban2 purba di Dunia baru – berakhirnya negara metropolis Teotihuacan, punahnya kota besar Maya Tikal, dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Kata Keys (1999), semua peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang mahabesar, yang sangat mengurangi cahaya dan panas Matahari selama 18 bulan, menyebabkan iklim global mendingin.
K. Wohletz, seorang ahli volkanologi di Los Alamos National Laboratory, mendukung penelitian David Keys, melalui serangkaian simulasi erupsi Krakatau yang terjadi pada abad keenam Masehi tersebut. Artikelnya (Wohletz, 2000 : Were the Dark Ages Triggered by Volcano-Related Climate Changes in the Sixth Century ? – If So, Was Krakatau Volcano the Culprit ? EOS Trans American Geophys Union 48/81, F1305) menunjukkan simulasi betapa dahsyatnya erupsi ini. Inilah beberapa petikannya. Erupsi sebesar itu telah melontarkan 200 km3 magma (bandingkan dengan Krakatau 1883 yang 18 km3), membuat kawah 40-60 km, letusan hebat terjadi selama 34 jam, tetapi terus terjadi selama 10 hari dengan mass discharge 1 miliar kg/detik. Eruption plume telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Begitulah, Escher dan Verbeek menyelidiki ada erupsi Krakatau;  dokumen2 sejarah dari Indonesia (Pustaka Raja), Siria, dan Cina mencatat sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di abad 5 atau 6 Masehi; ice cores di Antarktika dan Greenland mencatat jejak2 ion sulfate volkanik dengan umur 535-540 AD, peristiwa2 Abad Kegelapan d seluruh dunia terjadi pada abad ke-6, dan simulasi volkanologi erupsi Krakatau : semuanya kelihatannya bisa saling mendukung untuk a Super Collosal Eruption of proto-Krakatau 535 AD.
Kalau benar, gunungapi itu hanya di Selat Sunda, tak jauh dari kita, semoga kita mengenalnya dengan lebih baik, dan makin banyak ahli2 Indonesia yang meneliti serta menuliskannya (sebab kini sedikit sekali bilangan ahli kita yang mempelajari dan menuliskannya – cukup dihitung dengan jari-jari di satu tangan !).

Informasi Gunung Kilimanjaro - Profil, Lokasi, Tinggi, Dsb

Gunung Kilimanjaro adalah sebuah Gunung yang terletak di negara Tanzania yang memiliki ketinggian 5895 meter, atau setara dengan 19341 kaki.  Dataran tinggi berbentuk Gunung yang bernama Gunung Kilimanjaro ini berada di wilayah Afrika.  Apabila anda memiliki uang serta keberanian yang cukup anda bisa mengunjungi Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Afrika untuk melakukan pendakian maupun sekedar menikmati pemandangan alamnya (selama diijinkan oleh pemerintah setempat).  Gunung Kilimanjaro merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna, kokoh dan indah yang harus kita syukuri dan kita pelihara.

Informasi Lebih Rinci (Detil) Gunung Kilimanjaro :

Nama : Gunung Kilimanjaro
Nama Internasional  : Mount Kilimanjaro
Bentuk / Nama Lain : -
Ketinggian : 5895 meter / 19341 kaki
Negara : Tanzania
Wilayah / Benua : Afrika
Keterangan Wilayah : -
Huruf Awal Nama : K
Tipe / Jenis : Gunung
Peringkat Ketinggian (Dunia) : Belum Tersedia
Koordinat Peta : Belum Tersedia
Penonjolan (meter) : Belum Tersedia
Informasi Tambahan : Gunung tertinggi di Afrika
Keterangan : -
Sumber Data :  Wikipedia, dan sumber internet lainnya

Poin Penting / Kesimpulan dari Gunung Kilimanjaro :

Kesimpulan 1 :  Gunung Kilimanjaro berada di negara Tanzania di daerah Afrika
Kesimpulan 2 :  Tinggi / Ketinggian Gunung Kilimanjaro adalah 5895 meter atau 19341 kaki
Kesimpulan 3 :  Gunung Kilimanjaro adalah merupakan dataran tinggi berupa Gunung
Kesimpulan 4 :  Secara internasional Gunung Kilimanjaro bernama Mount Kilimanjaro

Kami minta maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan maupun kekurangan pada informasi Gunung Kilimanjaro ini.  Semoga info singkat tentang Gunung Kilimanjaro ini membawa manfaat untuk semua.  Apabila anda memiliki komentar, tambahan, pengalaman, koreksi dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Gunung Kilimanjaro dipersilahkan menuangkannya lewat isian komentar di bawah ini.  Terima kasih.

Tahun 2030 Tak akan Ada Lagi Salju di Gunung Kilimanjaro

TRIBUNNEWS.COM - Gletser di Gunung Kilimanjaro yang telah berusia sekitar 10.000 tahun diprediksi akan habis pada tahun 2030.
"Seluruh bidang es, yang memegang sebagian besar sisa es glasial Kilimanjaro, mengalami penyusutan lebih dari 140 juta kaki kubik (4 juta meter kubik) es dalam 13 tahun terakhir," kata Pascal Sirguey, seorang ilmuwan penelitian di University of Otago di New Zealand. Bidang itu berbentuk kubus berukuran sekitar 520 kaki (158 meter) di setiap sisi.
Hilangnya volume ini sekitar 29 persen terjadi sejak tahun 2000, sedangkan total luas permukaan yang hilang adalah 32 persen. Demikian kata Sirguey. Tahun lalu, padang es terbelah dua, memunculkan lava kuno yang mungkin tidak pernah melihat matahari selama ribuan tahun.
Credner Glacier, yang mungkin mendapatkan lebih banyak sinar matahari di titik barat lautnya, menyumbang hampir setengah (43 persen) dari kehilangan es dalam kurun waktu dekade terakhir, menurut temuan peneliti.
Jika gletser utara Kilimanjaro terus menyusut seperti dalam 12 tahun terakhir, Credner benar-benar akan hilang pada tahun 2030. Demikian kata Sirguey. Ia menambahkan, sisa es akan bertahan 30 tahun lagi dari sekarang. Sekitar 700 juta kaki kubik (20 juta meter kubik) es tersisa di gletser utara, 71 persennya terdapat di Drygalski dan Great Penck Glaciers.
Sirguey dan rekannya melacak perubahan yang sedang berlangsung di Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika, dengan model elevasi digital rinci dikembangkan dari satelit GeoEye-1.
Tim peneliti juga berencana untuk menggunakan model ini untuk lebih memahami alasan es menyusut.

Fakta-Fakta Menarik Tentang Gunung Kelud



Gunung Kelud yang saat ini sedang mengalami erupsi dan menimbulkan hujan abu ternyata telah meletus sebanyak beberapa kali. Erupsi-erupsi yang dialami oleh gunung ini telah tercatat dalam sejarah. Selain itu, ternyata gunung yang terletak di provinsi Jawa Timur ini memiliki beberapa fakta unik dan menarik.

Berikut ini adalah beberapa fakta menarik tentang Gunung Kelud :
1.Memiliki Danau Kawah pada Puncaknya
Pada awalnya, Gunung Kelud memiliki kawah pada puncaknya. Kawah ini bisa menampung air hingga 40 juta meter kubik, jumlah air yang sangat banyak, bahkan untuk penduduk yang terdapat di daerah tersebut. Dan ketika gunung ini meletus makan air akan menggelontorkan pasir hingga lepas dan memakan banyak korban jiwa.
Untuk menghindari hal itu, Pemerintah Belanda membangun sistem terowongan pada tahun 1902 untuk mengurangi jumlah air di danau. Dan ternyata proyek tersebut berhasil mengurangi jumlah air kawah hingga 4,3 juta meter kubik. Tetapi terowongan tersebut jebol sehingga Pemerintah Belanda kembali membangun 7 buah terowongan pada tahun 1923 dan berhasil mengurangi air kawah hingga 1,8 juta meter kubik.
Tetapi setelah erupsi di tahun 2007, kubah lava semakin besar sehingga air di kawah semakin menurun dan akhirnya tinggal sedikit.
2.Terletak di Tiga Kabupaten
Gunung yang berada di Provinsi Jawa Timur ini memiliki ketinggian 1717 m dpl. Gunung ini terletak di perbatasan Kab. Malang, Kab. Kediri dan Kab. Belitar. Puncaknya sendiri berada di Kec. Ngancar, Kediri.
3.Telah Mengalami Erupsi Sebanyak 40 kali
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Smithsonian di Washington DC, Amerika Serikat mengatakan bahwa Gunung Kelud telah mengalami erupsi sebanyak 40 kali dalam jangka waktu 100 tahun. Hal inilah yang membuatnya menjadi salah satu gunung teraktif di Jawa Timur.
4.Terjadinya Letusan Terbesar
Sejarah mencatat, letusan terbesar gunung ini terjadi pada tahun 1586. Letusan tersebut menelan korban sebanyak 10.000, jumlah yang sangat banyak saat itu.

Dari buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia, para ahli memperkirakan letusan tersebut memiliki kekuatan Volcanic Explosivity Index (VEI): 5. Letusan ini setara dengan letusan Gunung Pinnatubo di Filipina yang terjadi pada tahun 1991

Daftar 10 Gunung berapi aktif paling berbahaya di dunia



Gunung berapai memang bisa diibaratkan sebagai sebuah mata uang, mata uang yang mempunyai dua sisi yang masing-masing berlawanan, Di satu sisi, gunung berapai bisa membuat tanah disekitarnya menjadi sangat subur, tapi di sisi lain, gunung berapai bisa membuat sebuah bencana maha dahsyat.

Letusan gunung berapi memang salah satu bencana yang paling mengerikan, sekali meletus bisa menimbukkan korban meninggal ratusan bahkan ribuan, masih ingatkan kalian pada letusan maha dahsyat gunung krakatau yang terjadi pada tahun 1883, yang menimbulkan kerusakan besar serta korban jiwa yang mencapai ribuan. Sangat mengerikan bukan.

Dan di dunia ini, masih banyak tersisa gunung berapi yang masih aktif yang bisa meletus kapan saja dan merenggut kembali ribuan nyawa manusia. Dan menurut Smashinglist, ada 10 gunung berapi aktif yang dianggap paling berbahaya di dunia.

berikut adalah daftar 10 gunung berapi aktif yang paling berbahaya di dunia :

10. Mauna Loa, Hawaii
Mauna Loa adalah gunung berapi terbesar di dunia (volume dan area), dengan volume lava mencapai sekitar 18.000 mil kubik. Mauna Loa adalah salah satu dari 5 gunung berapai yang membentuk Pulau Hawaii. Walaupun Mauna Loa bukanlah gunung yang tertinggi, namun ledakanya adalah yang paling berbahaya, hal ini karena kandungan lava gunung ini mengangdung banyak fluida yang bisa menyebabkan kebakaran parah. Gunung ini terakhir kali meletus pada tanggal 15 April 1984.

9. Taal Volcano, Filipina
Taal Volcano adalah gunung berapi kompleks di pulau Luzon di Filipina. Gunung Ini terdiri dari sebuah pulau di Danau Taal, yang terletak dalam kaldera yang terbentuk oleh letusan sebelumnya yang sangat kuat (prosesnya hampir sama dengan danau Toba). Taal Volcano terletak sekitar 50 km (31 Mil) dari ibukota, Manila. Gunung berapi ini telah meletus keras beberapa kali, tercatat salah satu yang paling kuat adalah letusan di tahun 1991 yang menewaskan lebih dari seribu jiwa.

8. Ulawun, Papua New Guinea
Ulawun adalah salah satu gunung berapi yang paling aktif di Papua New Guinea dan salah satu yang paling berbahaya. Gunug ini terletak di busur Bismarck Papua new Guinea. Gunung ini tercatat sudah beberapa kali meletus, salah satu letusan terkuat adalah pada tahun 1980, dimana Ulawun mengeluarkan abu hingga setinggi 60.000 kaki dan menghasilkan aliran piroklastik yang menyapu semua sisi-sisi gunung dan menghancurkanya.

7. Gunung Nyiragongo, Kongo
adalah salah satu gunung berapi yang paling aktif di Afrika, gunung ini selalu menampakkan aktivitas keaktifanya secara signifikan. Sejak 1882, ia telah meletus sedikitnya 34 kali. Salah satu letusan terparah adalah pada tangga 17 September 2002, ketika itu lava mengalir menuruni lereng Nyiragongo hingga menutupi sekitar 40% dari kota Goma dan menyebabkan hampir 120.000 orang kehilangan tempat tinggal.

6. Gunung Merapi, Indonesia
Dan inilah gunung produk lokal, yang kebetulan letaknya tak terlalu jauh dari kota kelahiran saya, Magelang. Gunung Merapi adalah gunung berapi berbentuk kerucut yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia. Ini adalah gunung berapi yang paling aktif di Indonesia dan telah meletus secara berkala sejak 1548. Gunung ini telah aktif sejak 10.000 tahun yang lalu. Sebagian besar letusan Merapi melibatkan runtuhnya kubah lava yang terus mengalir ka bawah. Dan kadang sering disertai dengan turunya asap panas (wedhus Gembel) yang kecepatanya bisa mencapai 120 km per jam.

5. Galeras, Kolombia
Galeras telah menjadi gunung berapi aktif selama setidaknya satu juta tahun. Terletak di Kolombia selatan dekat perbatasan dengan Ekuador. Gunung ini merupakan gunung berapi yang paling aktif di Kolombia. Gunung ini telah meletus hampir setiap tahun sejak tahun 2000. Hal ini berbahaya karena frekuensi letusan tak terduga. Letusan gunung ini bisa menyebabkan turunya lava panas hingga 3,5 km ke arah lereng gunung Galeras. Letusan terakhir terkadi pada tanggal 3 Januari 2010, dan memaksa pemerintah untuk mengevakuasi 8.000 orang.

4. Sakurajima, Jepang
Sakurajima adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Jepang, Gunung ini terletak di Pulau Kyushu Jepang. Intensitas letusan gunung ini adalah salah satu yang paling tinggi di Jepang bahkan dunia. bahkan 7.300 letusan tercatat dalam 45 tahun terakhir ini. Salah satu letusan terdahsyat terjadi pada tanggal 10 Maret 2009 dimana gunung ini melemparkan batuan dan komposisi gunung lainya hingga 2 kilometer jauhnya.

3. Popocatepetl, Meksiko
Popocatepetl adalah gunung berapi yang aktif yang terletak pada ketinggian 5.426 meter dari permukaan laut. tercatat sudah ada 20 letusan sejak 1519. Letusan gunung ini sangat dahsyat, karena bisa mengeluarkan abu vulkanik dalam radius yang cukup jauh. Bahkan sejak Desember 1994 terjadi aktivitas membahayakan pada gunung ini secara terus-menerus, hingga akhirnya sebuah letusan hebat terjadi pada tahun 2000 yang merupakan letusan terbesar sepanjang sejarah gunung Popocatepetl yang pernah diabadikan.

2. Gunung Vesuvius, Italia
Gunung Vesuvius adalah sebuah stratovolcano di teluk Napoli, Italia, sekitar 9 kilometer sebelah timur Napoli. Gunung Vesuvius adalah satu-satunya gunung berapi di daratan Eropa telah meletus dalam seratus tahun terakhir. Gunung Vesuvius terkenal karena letusan di tahun 79 yang menyebabkan penghancuran kota-kota Romawi Pompeii dan Herculaneum. Gunung ini bisa saja meletus kapan saja, dan parahnya ada sekitar 3 juta orang yang tinggal di sekitar gunug vesuvius. Letusan gunug ini bisa menimbulkan semburan lava yang sangat tinggi, bahkan pada 22 Maret 1994, tinggi semburan lava mencapai 1000 meter.

1. Yellowstone Supervolcano, Amerika serikat
kalian tentunya masih ingat dengan film 2012 yang menceritakan tentang kejadian alam hebat yang memusnahkan hampir seluruh populasi di bumi ini. Salah satu kejadian alam hebat tersebut adalah meletusnya Yellowstone Supervolcano. Dan usut punya usut, ternyata Yellowstone Supervolcano memanggunug berapai paling berbahaya di dunia. Ledakan Yellowstone Supervolcano bisa menyemburkan batuan dan komposisi gunug lainya hingga 1.000 kilometer kubik. lava dan abu vulkanik letusan gunug ini cukup untuk mengancam kepunahan spesies dan bahkan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana massal, karena sekali gunung ini meletus, maka akan menyebabkan semua gunung berapi lainnya mengalami kegiatan getaran tektonis besar-besaran dan bisa memicu letusan-letusan lainya.

Fakta gunung tertinggi jika di ukur dari bawah laut



Mauna Kea Gunung Tertinggi Sebenarnya





Dalam pelajaran geografi di sekolah kita sering mendapat informasi bahwa gunung tertinggi di dunia adalah gunung Everest atau Mount Everest di Nepal. Benarkah demikian? Ternyata ini tidaklah sepenuhnya benar! Apa alasannya? Kalau tidak benar, so gunung mana yang lebih tinggi dibandingkan Everest?



Sebelum kita menjawab benar atau salah, terlebih dahulu kita telaah dulu beberapa cara mengukur dan menentukan gunung tertinggi di dunia. Cara-cara tersebut adalah sbb:

1. Pengukuran dilakukan dari atas permukaan laut (from above sea level).
2. Pengukuran dilakukan dari dasar gunung (from its bottom/base).
3. Pengukuran dilakukan dari pusat bumi (from the center of the earth).



Apabila cara pertama dilakukan, maka benarlah adanya bahwa Mount Everest adalah gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian dari permukaan laut adalah 8.848 meter, disusul kemudian gunung K2 di Kashmir/Xinjiang (8.611 meter) dan tertinggi ke-3 adalah Gunung Kangchenjunga di Nepal/India (8.586 meter).



Apabila cara kedua dilakukan, maka Gunung Mauna Kea di Hawaii/USA merupakan yang tertinggi. Gunung ini menjulang dari dasar kedalaman Samudera Pasifik sepanjang 10,203 meter tetapi hanya setinggi 4.205 meter di atas permukaan laut.



Dengan metode pengukuran ke dua ini Gunung Everest hanya berada di posisi ke-3 di bawah Gunung Denali (Mount McKinley) di Alaska dengan ketinggian antara 5,300-5,900 meters. Denali lebih tinggi dari Everest karena Everest berdiri di atas dataran tinggi Tibetan Plateau dengan ketinggian 5.200 meter, sehingga ketinggian dari dasar hanya 3.650 meter saja (total 8.848 meter).

Cartenz, Puncak Jayawijaya Dulunya Adalah Dasar Laut


Bagi pendaki gunung, mendaki jajaran Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah impian. Betapa tidak, pada salah satu puncak pegunungan itu terdapat titik tertinggi di Indonesia, yakni Carstensz Pyramide dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Jangan heran jika pendaki gunung papan atas kelas dunia selalu berlomba untuk mendaki salah satu titik yang masuk dalam deretan tujuh puncak benua tersebut. Apalagi dengan keberadaan salju abadi yang selalu menyelimuti puncak itu, membuat hasrat kian menggebu untuk menggapainya.
Tetapi, siapa yang menyangka jika puncak bersalju itu dahulunya adalah bagian dari dasar lautan yang sangat dalam!.Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia.
Keberadaan Pulau Papua saat ini, tidak bisa dilepaskan dari teori geologi yang menyebutkan bahwa dunia ini hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Pada kurun waktu 240 juta hingga 65 juta tahun yang lalu, benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia, yang menjadi cikal bakal pembentukan benua dan pegunungan yang saat ini ada di seluruh dunia.
Pada kurun waktu itu juga, benua Eurasia yang berada di belahan bumi bagian selatan pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.
Saat itu, benua Australia dengan benua – benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan bagian utara itulah batuan Pulau Papua mengendap yang menjadi bagian dari Australia akan muncul di kemudian hari. Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru ini, akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas permukaan laut. Tentu saja proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi dengan kecepatan 2,5 km per juta tahun.
Proses ini masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.
Akhirnya proses pengangkatan yang terus-menerus akibat sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.
Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal dari berakhirnya zaman es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua Australia.
Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua ini masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru.
Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya, diyakininya akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki oleh pegunungan di Indonesia itu disebabkan oleh perubahan iklim secara global yang terjadi di daerah tropis.

SEJARAH LRTUSAN GUNUNG MERAPI

Tentunya menghindari bahayanya serta memanfaatkan faedahnya tidak hanya diperlukan ketika sedang membutuhkan saja. Cerita sejarah gunung Merapi juga menarik utk diketahui sebagai pengetahuan bagi kita yang awam volkanologi. Dibawah ini tulisan dari Badan Geologi mengenai sejarah Gunung Merapi yang bulan Oktober 2010 ini sedang bergolak.

SEJARAH GEOLOGI

Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas 4 bagian :

PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)

Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

MERAPI TUA (60.000 – 8000 tahun lalu)

Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

MERAPI PERTENGAHAN (8000 – 2000 tahun lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan “de¬bris-avalanche” ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.


MERAPI BARU (2000 tahun lalu – sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi. Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Skema penampang sejarah geologi Merapi menurut Berthommier, 1990 (gambar kanan).
Peta menunjukkan sebaran endapan awanpanas Merapi 1911-2006. Hanya wilayah timur lereng yang bebas dari arah aliran awapanas dalam kurun waktu tersebut.

SEJARAH ERUPSI

Tipe erupsi Gunung Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah. Tipe lain seperti Plinian (contoh erupsi Vesuvius tahun 79) merupakan tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awanpanas (pyroclastic flow).
Merapi termasuk gunungapi yang sering meletus. Sampai Juni 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Secara rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2 – 5 tahun (periode pendek), sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5 – 7 tahun. Merapi pernah mengalami masa istirahat terpanjang selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 kegiatan Merapi mulai tercatat cukup baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu istirahat terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.
Sejarah letusan Merapi


Evolusi Gunung Merapi
Sejarah letusan gunung Merapi mulai dicatat (tertulis) sejak tahun 1768. Namun demikian sejarah kronologi letusan yang lebih rinci baru ada pada akhir abad 19. Ada kecenderungan bahwa pada abad 20 letusan lebih sering dibanding pada abad 19. Hal ini dapat terjadi karenapencatatan suatu peristiwa pada abad 20 relatif lebih rinci. Pemantauan gunungapi juga baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20. Selama abad 19 terjadi sekitar 20 letusan, yang berarti interval letusan Merapi secara rata-rata lima tahun sekali. Letusan tahun 1872 yang dianggap sebagai letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20 telah menghasilkan Kawah Mesjidanlama dengan diameter antara 480-600m. Letusan berlangsung selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awanpanas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol.
Awanpanas dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa yang berada di atas elevasi 1000m. Pada saat itu bibir kawah yang terjadi mempunyai elevasi 2814m (;bandingkan dengan saat ini puncak Merapi terletak pada elevasi 2968m). Dari peristiwa-peristiwa letusan yang telah lampau, perubahan morfologi di tubuh Gunung dibentuk oleh lidah lava dan letusan yang relatif lebih besar. Gunung Merapi merupakan gunungapi muda. Beberapa tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa sebelum ada Merapi, telah lebih dahuiu ada yaitu Gunung Bibi (2025m), lereng timurlaut gunung Merapi. Namun demikian tidak diketahui apakah saat itu aktivitas vulkanik berlangsung di gunung Bibi. Dari pengujian yang dilakukan, G. Bibi mempunyai umur sekitar 400.000 tahun artinya umur Merapi lebih muda dari 400.000 tahun. Setelah terbentuknya gunung Merapi, G. Bibi tertimbun sebagian sehingga saat ini hanya kelihatan sebagian puncaknya. Periode berikutnya yaitu pembentukan bukit Turgo dan Plawangan sebagai awal lahirnya gunung Merapi. Pengujian menunjukkan bahwa kedua bukit tersebut berumur sekitar maksimal 60.000 tahun (Berthomrnier, 1990). Kedua bukit mendominasi morfologi lereng selatan gunung Merapi.
Pada elevasi yang lebih tinggi lagi terdapat satuan-satuan lava yaitu bukit Gajahmungkur, Pusunglondon dan Batulawang yang terdapat di lereng bagian atas dari tubuh Merapi. Susunan bukit-bukit tersebut terbentuk paling lama pada, 6700 tahun yang lalu (Berthommier,1990). Data ini menunjukkan bahwa struktur tubuh gunung Merapi bagian atas baru terbentuk dalam orde ribuan tahun yang lalu. Kawah Pasarbubar adalah kawah aktif yang menjadi pusat aktivitas Merapi sebelum terbentuknya puncak.

Diperkirakan bahwa bagian puncak Merapi yang ada di atas Pasarbubar baru terbentuk mulai sekitar 2000 tahun lalu. Dengan demikian jelas bahwa tubuh gunung Merapi semakin lama semakin tinggi dan proses bertambahnya tinggi dengan cepat nampak baru beberapa ribu tahun lalu. Tubuh puncak gunung Merapi sebagai lokasi kawah aktif saat ini merupakan bagian yang paling muda dari gunung Merapi. Bukaan kawah yang terjadi pernah mengambil arah berbeda-beda dengan arah letusan yang bervariasi. Namun demikian sebagian letusan mengarah ke selatan, barat sampai utara. Pada puncak aktif ini kubah lava terbentuk dan kadangkala terhancurkan oleh letusan. Kawah aktif Merapi berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan letusan yang terjadi. Pertumbuhan kubah lava selalu mengisi zona-zona lemah yang dapat berupa celah antara lava lama dan lava sebelumnya dalam kawah aktif Tumbuhnya kubah ini ciapat diawali dengan letusan ataupun juga sesudah letusan. Bila kasus ini yang terjadi, maka pembongkaran kubah lava lama dapat terjadi dengan membentuk kawah baru dan kubah lava baru tumbuh dalam kawah hasil letusan. Selain itu pengisian atau tumbuhnya kubah dapat terjadi pada tubuh kubah lava sebelumnya atau pada perbatasan antara dinding kawah lama dengan lava sebelumnya. Sehingga tidak mengherankan kawahkawah letusan di puncak Merapi bervariasi ukuran maupun lokasinya. Sebaran hasil letusan juga berpengaruh pada perubahan bentuk morfologi, terutama pada bibir kawah dan lereng bagian atas. Pusat longsoran yang terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari terdistribusikannya tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih cukup kuat karena beban material.
Lain halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran. Apabila pengisian celah baik oleh tumbuhnya kubah masih terbatas jumlahnya, maka arah guguran lava masih dapat terkendali dalam celah yang ada di sekitarnya. Namun apabila celah-celah sudah mulai penuh maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan tumbuhnya kubah. Sehingga pertumbuhan kubah lava yang sifat menyamping (misal, periode 1994 – 1998) akan mengakibatkan perubahan arah letusan. Perubahan ini juga dapat terjadi pada jangka waktu relatif pendek dan dari kubah lava yang sama. Pertumbuhan kubah lava ini berkembang dari simetris menjadi asimetris yang berbentuk lidah lava. Apabila pertumbuhan menerus dan kecepatannya tidak sama, maka lidah lava tersebut akan mulai membentuk morfologi bergelombang yang akhirnya menjadi sejajar satu sama lain namun masih dalam satu tubuh. Alur pertumbuhannya pada suatu saat akan mencapai titik kritis dan menyimpang menimbulkan guguran atau longsoran kubah. Kronologi semacam ini teramati pada th 1943 (April sampai Mei 1943).
Penumpukan material baru di daerah puncak akibat dari pertumbuhan kubah terutama terlihat dari perubahan ketinggian maksimum dari puncak Merapi. Beberapa letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak antara lain letusan periode 18221823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600m, periode 1846 – 1848 (200m), periode 1849 (250 – 400m), periode 1865 – 1871 (250m), 1872 – 1873 (480 – 600 m), 1930, 1961.


Legenda Asal Usul Gunung Merapi

Seperti yang kita ketahui bersama, gunung merapi merupakan salah satu gunung yang sangat berbahaya karena menurut catatan modern, gunung merapi mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung merapi sudah meletus sebanyak kurang lebih 68 kali.
Hingga akhir tahun 2010 Gunung Merapi kembali meletus dan mengakibatkan ribuan warga mengungsi, ratusan rumah hancur, serta puluhan orang meninggal dunia, termasuk juru kunci gunung merapi yaitu Mbah Maridjan. Sejarah asal usul gunung merapi menurut kalangan penduduk setempat, disana masih mempercayai bahwa Gunung Merapi adalah penjelmaan dari perubahan Gunung Jamurdipo.


Menurut cerita yang beredar di sana, sebagaimana diungkapkan Lucas Sasongko Triyoga dalam bukunya, Manusia Jawa dan Gunung Merapi (Gadjah Mada University Press, 1991), sewaktu Pulau Jawa diciptakan para desa, keadaannya tidak seimbang. Karena miring ke barat. Ini disebabkan di ujung barat terdapat Gunung Jamurdipo.
Atas prakarsa Dewa Krincingwesi, gunung tersebut dipindahkan ke bagian tengah agar terjadi keseimbangan. Pada saat yang bersamaan, di tengah Pulau Jawa terdapat dua empu kakak beradik, yakni Empu Rama dan Permadi. Keduanya tengah membuat keris pusaka Tanah Jawa. Mereka oleh para dewa telah diperingatkan untuk memindahkan kegiatannya tetapi keduanya bersikeras. Mereka tetap akan membuat pusaka di tengah Pulau Jawa. Maka, Dewa Krincingwesi murka. Gunung Jamurdipo kemudian diangkat dan dijatuhkan tepat di lokasi kedua empu itu membuat keris pusaka. Kedua empu itu, akhirnya meninggal. Terkubur hidup-hidup karena kejatuhan Gunung Jamurdipo. Untuk memperingati peristiwa tersebut, Gunung Jamurdipo kemudian diubah menjadi Gunung Merapi. Artinya, tempat perapian Empu Rama dan Permadi. Roh kedua empu itu kemudian menguasai dan menjabat sebagai raja dari segala makhluk halus yang menempati Gunung Merapi.
Mitos tentang asal-usul Gunung Merapi ini ternyata juga muncul dengan versi lain di Korijaya. Menurut cerita yang terjadi di sana, ketika di dunia ini belum terdapat kehidupan manusia kecuali para dewa di Kahyangan, keadaan dunia pada saat itu tidak stabil, miring dan tidak seimbang. Batara Guru lantas memerintahkan para dewa untuk memindahkan Gunung Jamurdipo yang semula terletak di Laut Selatan, agar Pulau Jawa menjadi seimbang. Gunung itulah yang kemudian dijadikan batas utara Jogyakarta. Sebelum Batara Guru memerintahkan para dewa untuk memindahkan gunung itu, Empu Rama dan Permadi diutus membuat keris pusaka Tanah Jawa. Padahal gunung itu akan dipindahkan di tempat kegiatannya. Karena kedua empu itu diperintah Batara Guru, tak maulah mereka pindah dari situ. Sebab, ada sabda pandhita ratu, datan kenging wola-wali. Artinya, perkataan ratu tidak boleh berubah-ubah atau plin-plan.
Maka, terjadilah pertempuran. Empu Rama dan Permadi menang atas dewa-dewa. Mendengar hal itu, Betara Guru lantas memerintahkan Batara Bayu agar kedua empu itu dihukum. Dikubur hidup-hidup karena membangkang Jamurdipo. Akhirnya, menurut mitos itu, Jamurdipo ditiup dari Laut Selatan oleh Batara Bayu dan terbang kemudian jatuh tepat di atas perapian. Kejadian ini akhirnya mengubur mati kedua empu yang dinilai pembangkang itu. Karena dipindahkan ke perapian, maka Gunung Jamurdipo akhirnya dinamakan Gunung Merapi. Kedua empu itu akhirnya menjadi penguasa makhluk halus yang tinggal di Merapi.
Sesudah peristiwa itu, Barata Narada diutus Batara Guru untuk memeriksa Gunung Merapi. Ternyata ia menemukan ular naga yang belum menghadap para dewa karena terhalang air mata gunung yang bernama Cupumanik. Narada kemudian membawa Cupumanik menghadap para dewa. Cupumanik yang menyebabkan semuanya jadi terlambat, akhirnya dihukum mati. Tetapi Batara Guru murka melihat kenyataan, bahwa Cupumanik menggunakan kesaktiannya sehingga hukuman mati itu tak membawa hasil.
Oleh Batara Guru tubuh Cupumanik kemudian diangkat dan dibanting di atas tanduk lembu Andini. Andini adalah kendaraan pribadi Batara Guru. Tubuh Cupumanik hancur lebur, berantakan dan dari tubuhnya muncul seorang putrid cantik. Namanya Dewi Luhwati. Akibat bantingan yang luar biasa itu, salah satu tanduk Andini patah menjadi dua. Sedang kecantikan Dewi Luhwati membuat Batara Guru terpesona dan jatuh cinta.

Tentang asal usul nama Merapi ini, menurut Lucas, terdapat versi lain yang beredar di kalangan abdi dalem khususnya yang melaksanakan upacara Labuhan ke Merapi. Konon, di bumi telah berdiri beberapa kerajaan yang saling berperang. Salah satu kerajaan itu, yakni Mamenang, merupakan kerajaan pemenangnya. Kerajaan itu berada di bawah pimpinan Maharaja Kusumawicitra.
Waktu itu Resi Sengkala atau Jaka Sengkala atau Jitsaka— kalangan umum menyebutnya Ajisaka— telah memberikan nama-nama gunung di seluruh Jawa. Sebelum datang ke Pulau Jawa, sang resi adalah raja yang bertahta di Kerajaan Sumatri. Karena kemenangan Maharaja Kusumawicitra itu, maka segala sesuatu yang berada di bawah kekuasaannya diganti namanya disesuaikan dengan kebudayaan Mamenang.
Misalnya nama Gunung Candrageni, yang semua diberi nama Ajisaka, lantas diganti menjadi Gunung Merapi. Begitu pula dengan Gunung Candramuka, diubah menjadi Gunung Merbabu. Sehingga kita mengenal nama Gunung Merapi dan Merbabu. Begitu pula dengan Gunung Wilis, Gunung Sumbing, Gunung Lawu, Gunung Arjuna yang kita kenal sekarang itu adalah nama-nama yang diberikan oleh Maharaja Kusumawicitra.

10 Hal Yang Perlu Anda Tahu Tentang Mount Everest

Hal apa saja yang Anda ketahui tentang Gunung Everest? Gunung tertinggi di dunia? Ah itu sudah biasa. Terus apa lagi? Masih banyak lo fakta-fakta menarik tentang Gunung Everest yang jarang sekali diketahui oleh orang dan mungkin termasuk Anda. Nah, berikut 10 fakta-fakta tersebut!


10. Laba-laba Gunung
Laba-laba bernama latin Euophrys omnisuperstes lebih dikenal dengan sebutan laba-laba lompat Himalaya. Biasanya mereka bersembunyi di sudut atau celah-celah gunung Everest dan menjadi salah satu makhluk hidup yang menetap di tempat tertinggi di bumi itu. Pendaki melaporkan bahwa mereka tinggal di ketinggian 6700m atu setara 22.000 kaki.

9. Dua Orang yang Sudah Mendaki Sebanyak 21 Kali
Dua orang suku Sherpa bernama Apa Sherpa dan Phurba Tashi ini berhasil memecahkan rekor dunia karena telah mendaki gunung Everest sebanyak 21 kali. Phurba mencapai puncak dunia ini sebanyak tiga kali pada tahun 2007 saja, dan Apa telah berhasil mencapai puncak gunung tersebut hampir setiap tahun antara tahun 1990 hingga 2011. Apa mengatakan bahwa ia telah melihat perubahan yang jelas pada Everest disebabkan oleh pemanasan global selama bertahun-tahun. Karena itu, Apa telah mendedikasikan beberapa pendakian Everest tersebut untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim.

8. Pertikaian Tertinggi di Dunia
Pada 2013, pendaki Ueli Steck, Simone Moro, dan Jonathan Griffith mengalami pertikaian dengan penduduk lereng gunung Everest, suku Sherpa, setelah diduga mengabaikan perintah untuk menghentikan pendakian mereka. Para Sherpa menuduh mereka adalah penyebab longsor yang mengenai Sherpa lain. Para pendaki membantah tuduhan itu, dan konfrontasi berubah menjadi kekerasan. Para Sherpa menendang, meninju, dan memukul mereka dengan batu, dan Moro mengatakan salah satu Sherpa marah bahkan sempat mengancam akan membunuhnya.
Seorang pendaki asal Amerika, Melissa Arnot, memperingatkan ketiga orang tersebut untuk melarikan diri ke basecamp sebelum orang-orang Sherpa tersebut membentuk massa dan akan melempari mereke dengan batu sampai mati. Setelah kejadian itu, seorang pejabat tentara Nepal menjadi saksi atas kedua belah pihak untuk menandatangani perjanjian damai demi menyelesaikan perselisihan tersebut.

7. Sejarah 450 Juta Tahun Lalu
Meskipun Pegunungan Himalaya terbentuk 60 juta tahun yang lalu, batu kapur dan batu pasir di puncak gunung Everest tersbut pernah menjadi bagian dari lapisan sedimen di bawah permukaan laut 450 juta tahun yang lalu. Seiring waktu, batu-batu tersebut terdorong ke atas dengan kecepatan 11 cm per tahun hingga mencapai titik saat ini. Formasi teratas gunung Everest sekarang mengandung fosil laut dari makhluk laut dan kerang yang pernah berada dii laut sebelumnya. Penjelajah Noel Odell pertama kali menemukan fosil tertanam dalam batuan Everest pada tahun 1924, membuktikan bahwa gunung dulunya di bawah permukaan laut. Pengujian batu gunung Everest pertama kali dilakukan oleh pendaki Swiss pada tahun 1956 dan oleh tim pendaki Amerika pada tahun 1963.

6. Perdebatan Tentang Tinggi Gunung Everest
Berapa tinggi gunung Everest? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, China dan Nepal memiliki jawaban yang berbeda. China mengatakan bahwa tinggi gunung Everest adalah 8844 meter (29.016 kaki), sedangkan Nepal mengatakan 8.848 meter (29.029 kaki). Hal tersebut bisa terjadi karena China berpendapat bahwa gunung harus murni diukur dari ketinggian batu, tidak termasuk ketinggian salju di bagian paling atasnya. Sedangkan masyarakat internasional menghitung ketinggian gunung dengan mengikutsertakan salju yang terdapat di gunung tersebut. Setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya kedua negara tersebut mencapai kesepakatan pada tahun 2010 dengan menetapkan ketinggian resmi yaitu 8.848 meter.

5. Gunung Everest Telah Bertambah Tinggi
Sebuah tim peneliti telah menemukan pada tahun 1994 bahwa gunung Everest terus tumbuh sekitar 4 milimeter (0,16 inchi) setiap tahunnya. Daratan Hindia awalnya merupakan daratan independen yang bertabrakan dengan Asia, membentuk Himalaya, dan lempengan benua tersebut masih bergerak hingga mendorong pegunungan untuk lebih tinggi. Peneliti dari Amerika Millennium Ekspedisi pada tahun 1999 menempatkan perangkat satelit global positioning bawah puncak untuk mengukur pertumbuhan
Peneliti dari Amerika bernama American Millennium Expedition pada tahun 1999 meletakkan sebuah perangkat satelit global yang diletakkan di bawah puncak untuk mengukur pertumbuhan gunung tersebut. Temuan tersebut dianggap lebih akurat karena telah menggunakan teknologi modern dan menyebabkan ketinggian gunung Everest diresmikan telah berubah menjadi 8.850 meter (29.035 kaki).

4. Memiliki Beberapa Nama
Meskipun kita tahu bahwa gunung tersebut bernama u2018Everestu2019, masyarakat Tibet menyebutnya dengan nama lain yaitu "Chomolungma" (juga dieja "Qomolangma") selama berabad-abad. Nama tersebut memiliki arti u201cDewi Dari Segala Gunungu201d. Selain itu masyarakat Nepal juga memiliki sebutan sendiri yaitu u201cSagarmathau201d yang berarti u201cKening Langitu201d, sehingga sampai saat ini gunung tersebut termasuk dalam u201cSagarmatha National Park" milik Nepal. Sedangkan nama u201cEverestu201d sendiri dibuat oleh inspektur asal Inggris bernama Andrew Waugh. Kata u201cEverestu201d diambil dari nama seorang Inspekstur Jenderal India George Everest, kepala tim Inggris yang pertama kali menyurvei pegunungan Himalaya.

3. Kemacetan Lalu Lintas Manusia
Meski membutuhkan biaya hingga ribuan dollar, tidak sedikit pendaki yang ingin menaklukan puncak gunung Everest. Pada tahun 2012, pendaki asal Jerman, Ralf Dujmovits, menangkap gambar mengejutkan yang menunjukkan ratusan pendaki antri untuk mencapai puncak. Pada tanggal 19 Mei 2012, pendaki berkerumun di satu landmark dekat puncak untuk mengantri selama dua jam. Dalam perjalanan yang memakan waktu hanya setengah hari itu, 234 orang berhasil mencapai puncak, dan empat orang dikabarkan meninggal. Pemerintah Nepal diminta untuk menambah tali baru untuk mengurangi kemacetan tersebut dan beberapa mendengan bahkan akan dibuat sebuah tangga permanen.

2. Gunung Paling Kotor di Dunia
Di balik keindahan dari gunung Everest, ternyata disana juga merupakan gunung paling kotor dunia. Benyaknya sampah yang mengotori disebabkan oleh pendaki yang tidak menbawa turun kembali kaleng-kaleng minuman dan makanan yang mereka bawa sebagi persediaan ketika mendaki. Tidak hanya itu, gunung Everest juga dikotori dengan botol oksigen, peralatan pendakian, kotoran manusia hingga mayat-mayat pendaki.
The Eco Everest Expedition telah menangani masalah gunung tersebut hingga saat ini sejak tahun 2008, dan mereka telah mengumpulkan lebih dari 13 ton sampah sejauh ini. Pemerintah Nepal juga telah diberlakukan aturan baru mulai tahun 2014 yaitu masing-masing pendaki harus membawa turun 8 kilogram (18 pon) sampah ketika mereka selesai mendaki, bila tidak mereka akan didenda sebesar 4000 $.

1. Bukan Gunung Tertinggi di Dunia
Seperti yang Anda tahu bahwa gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia. Namun hal itu tidak berlaku bila tinggi gunung dihitung dari tinggi secara keseluruhan atau tidak hanya dihitung dari permukaan laut saja. Mauna Kea, sebuah gunung berapi Hawaii tidak aktif, memegang rekor sebagai gunung tertinggi di dunia.
Mauna Kea hanya dapat mencapai ketinggian 4.205 meter (13.796 kaki) di atas permukaan laut dan memiliki kaki 6.000 meter (20.000 kaki) di bawah permukaan laut. Jadi bila diukur mulai dasar laut, Mauna Kea memiliki tinggi 10.200 meter (33.465 kaki) sehingga hampir satu mil lebih tinggi bahwa gunung Everest. Selain itu yang membuktikan bahwa Everest bukanlah gunung tertinggi di dunia adalah adanya gunung Chimborazo, di Ekuador. Meski tingginya hanya mencapai 6.267 meter (20.661 kaki) di atas permukaan laut, tetapi gunung tersebut terletak di titik tertinggi dari pusat yang tepat dari bumi. Hal ini karena Chimborazo terletak hanya satu derajat sebelah selatan khatulistiwa.

TIPE LETUSAN GUNUNG API

MACAM-MACAM INTRUSI MAGMA

SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ