Untuk memastikan, peneliti melakukan misi ke Jupiter pada tahun 2022.
VIVAnews - UK Centre Astrobiology atau Pusat Astrobiologi Inggris telah melakukan penelitian tentang kehidupan di lingkungan Bumi dan di luar Bumi, terutama di Planet Mars.
Pusat penelitian ini mendirikan sebuah laboratorium bawah tanah di kota Yorkshire, Inggris. Letak laboratorium tersebut sekitar satu kilometer di bawah permukaan tanah.
Tujuan laboratorium itu adalah untuk memeriksa bagaimana kehidupan bisa bertahan di Bumi dan membandingkannya dengan planet Mars, yang memiliki kondisi permukaan relatif sama dengan Bumi.
Profesor Charles Cockrell, Pemimpin UK Centre Astrobiology mengatakan, mencari kehidupan lain artinya juga mencari mikroorganisme lain. Semuanya dilakukan dengan memadukan kombinasi teori dan hasil laboratorium.
"Dalam hal kehidupan di luar Bumi, peran astrobiologi penting sebagai pedoman untuk memahami bagaimana Bumi bisa membuat kehidupan dan apakah planet Mars juga menciptakan kehidupan," kata Cockrell.
Namun, penelitian yang dilakukan UK Centre Astrobiology mengenai pencarian kehidupan di Planet Merah tersebut menuai perdebatan dari peneliti-peneliti terkemuka.
Sejumlah peneliti mengatakan, pencarian kehidupan lain harus diperluas ke planet Jupiter dan Saturnus ketimbang hanya berfokus pada Mars.
Pendapat yang sama juga terlontar dari mulut Dr Robert Pappalardo, peneliti senior dari Planetary Science NASA. Ia mengatakan, selama ini NASA menghabiskan waktu 50 tahun untuk meneliti kehidupan di Mars, dan belum bisa memastikan adanya kehidupan di Planet Merah itu.
"Mungkin selama ini kita telah menjelajahi tempat yang salah dalam mencari kehidupan. Siapa tahu sebenarnya 'alien' berada di Jupiter dan Saturnus," kata Pappalardo.
Misi ke Jupiter
European Space Agency atau Badan Antariksa Eropa pun berencana menyelidiki kemungkinan adanya kehidupan di Planet Jupiter.
Misi yang diberi nama Jupiter Icy moons Explorer (JUICE) akan meneliti planet Jupiter selama tiga bulan, dan dimulai pada tahun 2022.
"Kita harus mencari tahu, apakah Jupiter memiliki lingkungan yang mendukung untuk kehidupan," kata Profesor Michelle Docherty, peneliti magnetometer dari Imperial College, Inggris.
Pusat penelitian ini mendirikan sebuah laboratorium bawah tanah di kota Yorkshire, Inggris. Letak laboratorium tersebut sekitar satu kilometer di bawah permukaan tanah.
Tujuan laboratorium itu adalah untuk memeriksa bagaimana kehidupan bisa bertahan di Bumi dan membandingkannya dengan planet Mars, yang memiliki kondisi permukaan relatif sama dengan Bumi.
Profesor Charles Cockrell, Pemimpin UK Centre Astrobiology mengatakan, mencari kehidupan lain artinya juga mencari mikroorganisme lain. Semuanya dilakukan dengan memadukan kombinasi teori dan hasil laboratorium.
"Dalam hal kehidupan di luar Bumi, peran astrobiologi penting sebagai pedoman untuk memahami bagaimana Bumi bisa membuat kehidupan dan apakah planet Mars juga menciptakan kehidupan," kata Cockrell.
Namun, penelitian yang dilakukan UK Centre Astrobiology mengenai pencarian kehidupan di Planet Merah tersebut menuai perdebatan dari peneliti-peneliti terkemuka.
Sejumlah peneliti mengatakan, pencarian kehidupan lain harus diperluas ke planet Jupiter dan Saturnus ketimbang hanya berfokus pada Mars.
Pendapat yang sama juga terlontar dari mulut Dr Robert Pappalardo, peneliti senior dari Planetary Science NASA. Ia mengatakan, selama ini NASA menghabiskan waktu 50 tahun untuk meneliti kehidupan di Mars, dan belum bisa memastikan adanya kehidupan di Planet Merah itu.
"Mungkin selama ini kita telah menjelajahi tempat yang salah dalam mencari kehidupan. Siapa tahu sebenarnya 'alien' berada di Jupiter dan Saturnus," kata Pappalardo.
Misi ke Jupiter
European Space Agency atau Badan Antariksa Eropa pun berencana menyelidiki kemungkinan adanya kehidupan di Planet Jupiter.
Misi yang diberi nama Jupiter Icy moons Explorer (JUICE) akan meneliti planet Jupiter selama tiga bulan, dan dimulai pada tahun 2022.
"Kita harus mencari tahu, apakah Jupiter memiliki lingkungan yang mendukung untuk kehidupan," kata Profesor Michelle Docherty, peneliti magnetometer dari Imperial College, Inggris.