A. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, penelitian tindakan didefinisikan sebagai studi sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut (Hopkin dalam Emzir, 2008:234). Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran secara sistematik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
PTK menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti yang diungkapkan Mills dalam Creswell (2011:577), yaitu action research designs are systematic procedures done by teachers (or other individuals in an educational setting) to gather information about, and subsequently improve, the ways their particular educational setting operates, their teaching, and their student learning. Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran di kelas.
B. Tipe Penelitian Tindakan Kelas
Dalam buku Educational Research yang dibuat oleh Cresswell (2012), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Research Design terbagi menjadi dua jenis yaitu penelitian tindakan praktis (action research practical) dan penelitian tindakan partisipan (action research partisipatory). Dalam pembagian ini Penelitian Tindakan Kelas yang kita kenal merupakan action research practical. Menurut Schumuk dalam Cresswell penelitian tindakan praktis bertujuan untuk meneliti keadaan sekolah tertentu untuk lebih meningkatkan keahlian. Penelitian ini terfokus untuk meningkatkan kemampuan guru dan meningkatkan wawasan atau pembelajaran siswa.
C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fraenkel, dkk (2012:596) menyebutkan sekurang-kurangnya lima manfaat penelitian tindakan kelas, yaitu:
- PTK dapat dilakukan oleh hampir semua ahli di semua tipe sekolah, semua level, guru kelas baik secara individu maupun berkelompok, ataupun pimpinan sekolah.
- PTK dapat memperbaiki praktik pendidikan; membantu praktisi pendidikan (guru, pimpinan sekolah) dalam meningkatkan kompetensi terhadap apa yang mereka lakukan.
- PTK memberi ruang kepada guru atau praktisi lain untuk mengadakan penelitian mereka sendiri sehingga dapat mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mempraktikkan keahlian-keahlian mereka sendiri.
- PTK membantu guru mengidentifkasi masalah-masalah dan isu-isu secara sistematis.
- PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi penelitian ilmiah di dalam sekolah itu sendiri
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut (Muslich, 2010:12-13)
1. Masalah PTK berawal dari guru: Masalah yang ditemukan guru di dalam kelas sebagai pelaku pembelajaran dapat menjadi topik utama dalam melakukan penelitian
2.Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran: Implikasi dari tujuan ini adalah guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena sedang melakukan PTK.
3. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif: Seorang guru dapat berkolaborasi dengan dosen tenaga ahli ataupun teman sejawat dalam melaksanakan PTK, sehingga dapat saling memberikan masukan tentang prosedur pelaksanaan PTK dengan benar
4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas: Tindakan-tindakan ini dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran, pemakaian media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau hal-hal inovatif lainnya.
5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan: Hal ini terjadi karena dengan melakukan PTK berarti seorang guru dapat membuktikan apakah sebuah teori pembelajaran dapat diterapkan secara efektif atau tidak di kelasnya, sehingga ia dapat memperoleh balikan yang bagus untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Sementara itu, Ary (2010:514) menyebutkan tiga karakteristik utama dari Penelitian tindakan, yaitu:
- The research is situated in a local context and focused on a local issue. (Penelitian tindakan digunakan dalam konteks lokal dan difokuskan pada sebuah isu lokal)
- The research is conducted by and for the practitioner (Penelitian tindakan dilaksanakan oleh dan untuk praktisi).
- The research results in an action or a change implemented by the practitioner in the context (Hasil penelitian tindakan adalah sebuah tindakan atau sebuah perubahan yang diimplementasikan oleh praktisi dalam konteks tertentu).
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas meliputi (Arikunto, S: 2006) :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
2.Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai
3. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur S-Strength(kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat(ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
4. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut.
5. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Kata SMART yang artinya cerdas mempunyai makna dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah : S–specific, khusus, tidak terlalu umum, M–Managable, dapat dikelola, dilaksanakan, A-Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau, R-Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan. T-Time-bond, diikat oleh waktu, terencana.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus a)Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik b)Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya. c)Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya d)Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan.
F. Kategori Masalah-Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Ary, dkk (2010:520) menyebutkan lima kategori masalah yang dapat diangkat dalam penelitian tindakan, yaitu:
- Masalah yang timbul dari keinginan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bisa berputar di sekitar kebutuhan yang dirasakan perlu, seperti meningkatkan perbaikan lingkungan kelas untuk belajar, meningkatkan interaksi interpersonal di antara siswa, atau peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan refleksi diri.
- Masalah yang muncul akibat keinginan untuk memperbaiki kurikulum. Pertanyaan yang bisa diajukan peneliti seperti bagaimana mengintegrasikan antar mata pelajaran, atau seperti bagaimana menggunakan teknologi dalam kurikulum pembelajaran.
- Masalah yang muncul dari keinginan untuk mengadaptasi strategi-strategi pengajaran atau penilaian (asesmen). Pertanyan-pertanyaan yang ada seperti bagaimana mendorong pembelajaran aktif, membimbing siswa dalam mengevaluasi diri, atau mengimplementasikan sebuah pendekatan pembelajaran khusus.
- Masalah yang muncul dari keinginan seseorang untuk mencari hubungan antara keyakinan dan praktik dalam kelas atau untuk menguji keterkaitan cara mengajar dengan apa atau siapa yang mempengaruhi cara mengajar terebut.
- Masalah yang timbul dari isu-isu dalam konteks sekolah yang lebih besar atau masyarakat. Pertanyaan mungkin berurusan dengan program pengembangan sekolah, implementasi, atau evaluasi; cara untuk melibatkan keluarga dan anggota-anggota komunitas di sekolah; atau pendekatan untuk menyelesaikan ketegangan antara kelompok-kelompok di sekolah atau masyarakat yang mempengaruhi fungsi sekolah.
G. Model Penelitian Tindakan Kelas
Pada umumnya, tiap-tiap siklus penelitian tindakan berisi kegiatan: perencanaan →tindakan→observasi→evaluasi/refleksi. Berikut ini dipaparkan model-model penelitian tindakan yang telah dikembangkan beberapa ahli.
Model Kurt Lewin
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai sikulus yang dapat digambarkan sebagai berikut
Model Kemmis dan Mc Taggart
Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi–refleksi. Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan. Model Kemmis dan Taggart dapat disimak pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar. Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.
Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil.
Model Riel
Model Riel (dalam Mulyatiningsih, 2007) membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: (1) studi dan perencanaan; (2) pengambilan tindakan; (3) pengumpulan dan analisis kejadian; (3) refleksi. Kemajuan pemecahan masalah melalui tindakan penelitian diilustrasikan pada Gambar 3 berikut ini.
Riel (dalam Mulyatiningsih, 2012) mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung tindakan (media,RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai disusun dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil analisis tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Putaran tindakan ini berlangsung terus, sampai masalah dapat diatasi.
Model DDAER
Beberapa model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection) dapat disimak pada gambar 4 berikut ini.
Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain.
H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar dari beberapa model PTK yang telah dijelaskan di atas, terdapat 4 tahapan yang biasa dilalui pada PTK yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Adapun perincian dari tiap tahap adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti, kemudian membuat perangkat pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data dan fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Secara rinci tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Masalah tersebut harus diangkat dari permasalah di lapangan, masalahnya harus penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran.
2)Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan menjadi latar belakang PTK Merumuskan masalah secara jelas, berupa kalimat pertanyaan.
3) Menentukan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah dan memilih tindakan yang paling tepat.
4) Membuat intrumen pengumpul data dan menentukan indikator keberhasilan tindakan.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, strategi dan rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prentasi, nilai tugas dll) atau data kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu diskusi yang dilakukan, kreatifitas siswa dll).
Refleksi
Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.