Mausia sebaai makhluk ciptaan Tuhan tentunya harus mempunyai sifat-sifat dan perilaku yang baik sesuai dengan ketetapan Tuhan yang telah ada di dalam Al-Quran. Namun sringkali manusia jauh dari sifat dan perilaku yang telah ditetapkan tersebut, banyak manusia yang jauh melenceng dari ajaran agama yang telah ada. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan kepribadian seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor tersebut berasal dari lingkungan dimana seseorang tersebut berada. Lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang, lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, pergaulan dan lain-lain. Jika lingkungan seseorang tersebut buruk maka orang tersebut cenderung akan meiliki sifat buruk, dan jika lingkungannya baik maka akan cenderung mempunyai sifat baik. Lingkungan-lingkungan tersebut disebut dengan agen pembentuk kepribadian.
Dari agen-agen pembentuk kepribadian tersebut yang paling dominan adalah keluarga dan lingkungan teman pergaulan. Keluarga sebagi tempat seorang melakukan sosialisasi untuk pertama kali diharapkan dapat membentuk kepribadian yang akan berguna bagi kehidupan barmasyarakat. Untuk itu peran orang tua disini sangatlah fital, kepribadian seseorang tergantung dari bagaimana sosialisasi dalam keluarga tersebut. Jika sosialisasi dalam keluarga berlangsung dengan baik dan sempurna maka akan membentuk kepribadian yang baik dan begitu pula sebaliknya, jika sosialisasi dalam keluarga berlangsung tidak sempurna misalnya terjadi perceraian maka akan membentuk kepribadian yang kurang baik.
Faktor yang kedua yang dapat memperngaruhi kepribadian seseorang adalah lingkungan pergaulan atau teman. Teman merupakan orang terdekat kedua setelah keluarga, sering seseorang lebih banyak bersama teman daripada bersama keluarga. Oleh karena itu teman juga merupakan agen pembentuk kepribadian yang penting. Jika sesorang bergaul dengan teman yang memiliki kepribadian baik maka ia juga akan menjadi baik, begtupula sebaliknya. Sebagai contoh seseorang yang berteman dengan seseorang pemabuk maka ia akan menjadi pemabuk.
Faktor ketiga dalam pembentukan kepribadian adalah lingkungan sekolah. Seperti yang kita tahu bahwa kadang seseorang lebih banyak mengabiskan waktu mereka di sekolah. Untuk itu lingkungan sekolah merupakan agen yang juga penting. Sesorang yang sekolah di sekolah yang baik maka akan cenderung memiliki kepribadian yang baik, karena pada umumnya sekolah yang baik akan memiliki peraturan dan larangan yang baik.
Faktor pembentuk kepribadian yang ke empat adalah lingkungan sekitar tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal meiliki peran dalam pembentukan kepribadian seseorang. Jika lingkungan tempat tinggal baik maka akan menjadi baik dan begitu sebaliknya.
Berikut ini saya akan menguraikan saya sendiri sebagai contoh dari penjelasan di atas, saya sendiri, saya lahir dan tumbuh di keluarga yang biasa atau normal seperti keluarga yang lain. Deri kecil saya telah diajari untuk mengaji di mushola. Setiap subuh dan maghrib saya diajak ke mushola untuk mrngaji di mushola sehingga saya dapat membaca Al-Quran. Selain itu saya juga diberikan ajaran mengenai sikap yang baik seperti menghormati orany yang lebih tua, sopan, jujur, membantu sesama, kerja keras, dan lain laian. Waktu SD kelas 2 saya sudah membantu orang tua yaitu dengan menggembalakan domba di sawah, dan setiap hari saya melakukan itu dengan senang hati dikarenakan banyak teman dan bisa main di sungai. Namun demikian juga terdapat sikap buruk, itu dikarenakan teman-temn sepermainan, sikap tersebut seperti lupa wakut, ngeyel dan lain-lain.
Pada waktu masuk sekolah SMP peran teman sepergaulan dan sekolah semakin dominan, hal ini dikarenakan waktu yang dihabiskan di sekolah dan bersama teman mengalami penigkatan intensitasnya dibandingkan waktu SD. Saya sekolah di SMP N 19 purworejo yang memiliki jarak yang cukup jauh yaitu sekitar 4 km, dan pada waktu akses transportasi dari rumah ke sekolah masih sulit, sehingga saya bersama teman-teman harus berjalan kaki menuruni gunung saat berangkat dan naik gunung saat pulang. Sepanjang jalan dari rumah sampai sekolah masih banyak berupa tegalan yang banyak ditumbuhi dan ditanami berbagai jenis tumbuhan. Peranan teman pada waktu itu sangatlah berpengaruh, hal ini dapat dilihat saat kami pulang sekolah dan harus menaiki gunung, kami sering berhenti saling menunggu teman dari sekolah lain agar dapat pulang bersama. Saat perjalanan pulang sering kami mencuri barbagai jenis buah yang ditanam di tegal, seperti nangka, salak, jeruk, sirsak, papaya, mangga, rambutan, dan lain-lain. Saya sebagai salah satu dari mereka tentunya ikut melakukan hal tersebut. Ini dikarenakan jika saya tidak ikut maka saya akan berjalan sendirian semantara temen yang lain berjalan lewat tegalan untuk mencuri. Alasan kami mencuri yaitu karena jarak yang jauh dan medan yang menanjak sehingga kami butuh energi untuk perjalanan pulang. Namun kenapa kami tidak membawa bekal? Jawabannya adalah kembali pada jarak, sehingga memaksa kami untuk berangkat pagi dan tidak sempat untuk menyiapkan bekal. Bahkan saya setiap pagi hanya makan dengan nasi+kerupuk karena saya harus berangkat jam 6 sednagkan pada jam itu yang baru matang hanyalah nasi, dan air, belum ada sayur. Disi terlihat bahwa peran keluarga juga masih berperan, namun yang berperan lebih dominan adalah teman.
Ketika saya memasuki masa SMA saya mendaoatkan sebuah lingkungan baru yang berbeda dari ketika masa SMP. Saya sekolah di salah satu SMA unggulan dan favorit di Purworejo. Sekolah tersebut berada di kota dan jauh dari rumah dan mengharuskan saya berangkat lebih pagi daripada waktu SMP, dan mengabiskan waktu lebih banyak di sekolah. Disini berarti agen pembentuk kepribadian yang lebih dominan adalah sekolah dan teman di sekolahan. Berhubung sekolah yang saya masuki adalah salah satu sekolah unggulan maka meiliki peraturan yang tegas, hal ini menyebabkan saya lebih disiplin dan rajin. Faktor teman lebih cenderung pada teman yang berada yang ada di sekolah dan teman di lingkungan tempat tinggal menjadi sedikit berpengaruh, karena setiap hari saya berangkat sebelum jam 6 dan pulang sampai rumah jam 4 lebih. Sehingga waktu yang dihabiskan dirumah untuk bersosialisasi dengan lingkungan rumah menjadi sedikit. Ini menimbulkan nilai-nilai yang dari sekolah cendrung lebih berpengaruh dibandingkan dengan dengan nilai-nilai yang ada di rumah. Namun demikian nilai-nilai yang diterima di sekolah juga nilai-nilai yang baik.
Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di UNY yang mana tempatnya sangat jauh dari rumah dan mengharuskan saya untuk ngekos, hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap kepribadian. Lingkungan tempat tinggal (kos) dan teman sagatlah berpengaruh terhadap kepribadian saya. Pertama disini saya kos di karang malang, lingkungan disana sangat ramah sehingga memudahkan saya untuk bersosialisasi dan bergaul. Dalam lingkungan tersebut saya dan teman di kos sering saling membantu dalam mengerjakan tugas dan lain-lain. Sementara itu teman di kelas juga berpengaruh, disini saya berada di lingkungan kelas yang aktif dan menyenangkan sehingga saya merasa nyaman dan sesuai dengan diri saya yang riang. Ini membuat saya terhindar dari “kegalauan” dikarenakan teman-teman yang seru. Semester 3 saya pindah kos, di lingkungan kos yang baru orang-orangnya cenderung lebih tertutup dan individualism, sehingga sayapun sulit untuk bersosialisasi dan mengembangkan sikap seperti di kos lama, dan cenderung lebih dekat dengan teman. Dalam masa sekarang ini yang paling dominan adalah lingkungan tempat tinggal dan teman.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang dapat naik dan turun sesua dengan pergaulan. Dan semakin lama seseorang dituntut untuk harus lebih bijak dalam meilih dan meilah mana yang baik dan mana yang buruk.