NEWS UPDATE :
Tampilkan postingan dengan label kartografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kartografi. Tampilkan semua postingan

Kompas Geologi dan Cara Menggunakannya

A.1 Kompas Geologi
Kompas, klinometer, dan “hand level” merupakan alat-alat yang dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek.

A.2 Bagian-Bagian utama kompas geologi

Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam. Yang terpenting diantaranya adalah :

     1. Jarum magnet

Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus diputar.

Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).

2. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)

Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W).

3. Klinometer

Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala . Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.

B. Menyesuaikan Inklinasi dan Deklinasi

Sebelum kompas digunakan di lapangan, hendaknya diperiksa dahulu apakah inklinasi dan deklinasinya telah disesuaikan dengan keadaan tempat pekerjaan.

B.1. Inklinasi

Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang disebabkan oleh perbedaan letak geografi suatu daerah terhadap kutub bumi. Sudut kecondongan akan hampir 0 (horizontal) apabila kita berada di dekat/di sekitar equator, dan semakin bertambah besar apabila mendekati kutub-kutub bumi. Dengan demikian, maka tiap tempat di atas bumi ini akan mempunyai sudut inklinasi yang berbeda-beda.

Pada dasarnya, sebelum kompas geologi itu dapat digunakan dengan baik, kedudukan jarum harus horizontal. Untuk itu bisa digunakan beban (biasanya ada) yang dapat digeser sepanjang jarum kompas .

B.2. Deklinasi

Deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara jarum kompas dan arah utara sebenarnya (Utara geografi), sebagai akibat dari tidak berimpitnya titik utara magnit dan titik utara geografi.

Besarnya deklinasi di suatu daerah umumnya ditunjukkan pada peta topografi daerah tersebut. Untuk menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukkan arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus digeser dengan cara memutar “adjusting screw” yang terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi yang disebutkan  contoh :

Deklinasi di suatu daerah adalah 15o West.

Artinya, utara magnetik berada 15o sebelah barat dari utara geografi. Dalam hal ini lingkaran derajat harus diputar, sehingga index akan menunjuk pada angka 15o sebelah barat titik 0o.

C. Penggunaan Kompas Geologi


Kompas geologi selain digunakan untuk menentukan arah, juga dapat dipakai untuk mengukur besarnya sudut lereng.

C.1. Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi

Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukti, patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :

1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang

2. Kompas dibuat horizontal  dan dipertahankan demikian selama pengamatan.

3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan dan sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan

4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting diingat bahwa : bukan hanya tangan dengan kompas yang berputar tetapi seluruh badan.

5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan adalah arah yang dimaksud.

Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat dilakukan ke beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di peta (biasanya tiga obyek) kemudian arah-arah tersebut ditarik pada peta dengan menggunakan busur derajat dan segitiga. Titik potong ketiganya, yang bila pembacaannya tepat, akan hanya berpotongan di satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana pengamat berdiri .

Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkan kompas pada posisi mata .

Kompas dipegang horizontal dengan cermin dilipat 45o dan menghadap ke mata . Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena tangan penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah ujung selatan jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung dari kebiasaan kita dan keadaan medan.

E.2 Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian suatu titik

Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan ujungnya di tekuk 90o.

2. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan dalam Skala klinometer harus di sebelah bawah.

3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang dituju. Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.

4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di bagian belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam “clinometer level” berada tepat di tengah

5. Baca skala yang ditunjukkan klinometer seperti yang ditunjukkan dalam Satuan kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun dalam persen.

Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui, misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui dengan cara ikutilah prosedur sebagai berikut

1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala.

2. Pegang kompas , gerakan dalam arah vertikal sedemikian rupa sehingga gelembung udara berada di tengah

3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip dan garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus. Perpanjangan dari garis lurus tersebut akan “menembus” permukaan tanah di depan pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah titik “tembus” ini.

4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama dengan tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata.

5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan 3 di atas sampai daerah yang akan anda ukur selesai.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan sudut lereng, dapat digunakan kaki –tiga (tripod)

D. Mengukur kedudukan unsur struktur

Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur, yaitu struktur bidang dan struktur garis.

D.1 Mengukur kedudukan bidang

Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan, kekar, sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat dinyatakan dengan jurus dan kemiringan atau dengan arah kemiringan dan kemiringan.

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengukur kedudukan struktur demikian di lapangan, dan cara mana yang paling baik tergantung dari selera masing-masing atau telah ditetapkan dan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh instansi tempat kita bekerja. Di sini hanya akan dikemukakan 3 (tiga) cara saja yang paling lazim dilakukan dan dapat dimengerti oleh setiap pemeta atau geologiawan.

D.2 Dengan kompas azimuth

Mengukur jurus dan kemiringan dengan kompas azimuth, ikutilah prosedur sebagai berikut

1. Bukalah cermin kompas > 90o

2. Letakkan salah satu sisi kompas yang bertanda E atau W (bukan N atau S) pada bidang yang akan diukur.

3. Aturlah posisi kompas sedemikian rupa sampai horizontal dengan bantuan “mata lembu”. Tetapi harus dijaga agar sisi kompas tetap menempel pada bidang yang diukur (bila bidangnya renjul, lakukanlah itu dengan bantuan clipboard atau yang semacamnya).

4. Bacalah jarum utara dan segera catat agar tidak lupa (bila kompas diangkat, jarum akan bergerak). Angka yang anda baca adalah jurus bidang yang diukur.

5. Tandailah garis potong antara : bidang yang diukur dengan bidang dasar kompas (= bidang horizontal). Biasanya dengan menekan angka keras atau menggeser agak keras.

6. Ubahlan posisi kompas sehingga bidang dasar komp;as tegak lurus terhadap garis potong (= jurus) pada nomor 5.

7. Aturlah klinometer sehingga gelembung pengatur horizontal terletak di tengah. Kemudian bacalah angka yang ditunjukkan (dalam hal ini kompas dapat diangkat). Hasil yang diperoleh adalah besarnya kemiringan.

8. Putarlah kompas sedemikian rupa . Buatlah horizontal dan bacalah arah yang ditunjukkan jarum utara : misalnya N, NE, E, SE, S, SW, W, NW. Angkanya tidak perlu dicatat.
D.3 Dengan kompas kwadran

Untuk mengukur jurus, lekatkan sisi kompas yang bertanda E atau W, letakkan horizontal dan baca salah satu ujung jarum. Dianjurkan agar selalu membaca angka pada belahan utara kompas (atau bagian dengan tanda N). Dengan demikian kita akan mempunyai bacaan-bacaan sebagai berikut N …E atau N….W (tidak akan terjadi S…E atau S…..W).

Untuk mendapatkan kemiringan prosedurnya sama seperti pada kompas azimuth, dan harus dinyatakan kemana arah kemiringannya. Untuk arah kemiringan hanya jarum utara yang dibaca.

D.4 Membaca arah dan besarnya kemiringan

Cara ini dapat diterapkan baik untuk kompas azimuth maupun kwadran. Pada dasarnya cara ini adalah mengukur arah dan besarnya kemiringan bidang. Artinya kemana arah kemiringannya dan berapa besarnya. Jurusnya tidak diukur, tetapi dapat diketahui dengan sendirinya yaitu tegak lurus pada arah kemiringan. Perbedaannya dengan kedua cara terdahulu adalah pencatatan dan plotting dalam peta.
a. Pengukuran jurus

b. Pengukuran kemiringan

c. Pengukuran arah kemiringan

Prosedur mengukurnya adalah sebagai berikut :

a. Letakkan sisi kompas dengan cermin sejajar bidang yang diukur (atau sama dengan mendekatkan sisi kompas dengan tanda S

b. Angka yang ditunjuk jarum utara adalah arah kemiringan bidang.

c. Besarnya kemiringan diketahui dengan prosedur-prosedur yang sama seperti pada cara pertama dan kedua

d. Hasil bacaanyna akan ditulis : 20o N 45o E artinya : bidang itu miring 20o ke arah timur laut.

Cara ini lebih cepat (karena hanya satu kali menentukan arah) dan tidak mungkin terjadi kekeliruan dalam menentukan arah kemiringan bidang (kesalahan hanya akan terjadi apabila kita salah membaca jarum kompas) cara ini juga banyak diterapkan terutama di Eropa (Inggris) dan perusahaan-perusahaan minyak.

D.5 Mengukur kedudukan struktur garis

Struktur garis yang dimaksud disini dapat berupa : poros lipatan, Perpotongan 2 bidang, liniasi mineral, garis-garis pada cermin sesar, liniasi fragmen pada breaksi dan sebagainya.

Kedudukannya dinyatakan dengan arah dan besarnya penunjaman atau (“plunge”) dan “pitch”. Yang dimaksud dengan arah disini adalah sama dengan yang dibahas pada C.1 (menentukan azimuth), jadi cara mengukurnya juga sama. Letakkan atau arahkan kompas dalam posisi horizontal sedemikian rupa sehingga salah satu sisinya berimpit dengan liniasi yang akan diukur dan “sighting arm” sejajar dengan arah garis, kemudian dibaca jarum utara. Cara mengukurnya, dapat dilakukan dengan meletakkan langsung kompas itu pada struktur yang diukur, atau sambil berdiri seperti pada gambar. Adapun penunjaman atau “plunge” adalah besarnya sudut yang dibuat oleh struktur garis tersebut dengan bidang horizontal diukur pada bidang vertikal melalui garis tersebut

Cara menentukan besarnya penunjaman atau “plunge” (dibaca plans), adalah dengan membaca klinometer pada saat kedudukan kompas vertikal dan sisinya diletakkan seluruhnya (jangan hanya ujungnya) pada garis yang diukur.

E. Membaca kompas dan cara “plotting”

E.1 Membaca arah

Perlu diingat bahwa untuk membaca arah, baik kompas azimuth maupun kwadran, jarum yang diperhatikan hanyalah jarum utara. 

E.2 Membaca jurus

Membaca jurus lapisan sama persis dengan membaca arah oleh karena jurus tidak lain dari pada arah garis potong antara bidang lapisan dengan bidang horizontal.

Telah dianjurkan dalam C.1 bahwa membaca jurus pada kompas kwadran sebaiknya diamati jarum yang berada di setengah lingkaran kompas yang bertanda N. Oleh karena itu dapat terjadi bahwa yang berada di bagian yang bertanda N adalah jarum selatan.

E.3 Membaca sudut lereng, kemiringan lapisan atau penunjaman liniasi

Untuk membaca ketiga parameter di atas dipergunakan klinometer. Pada umumnya yang dibaca adalah skala “derajat”, tetapi khusus untuk sudut lereng kadang-kadang juga skala persentase (%).

Untuk skala “derajat”, pembacaan dapat dilakukan sampai “menit” yaitu dengan memperhatikan nonius yang tertera pada klinometer.

KOMPAS DAN MACAMNYA

A.Pengertian Kompas

Kompas adalah alat penunjuk arah yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada kompas selalu terdapat sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut biasanya berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada dalam keadaan bebas, maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang dijadikan dasar dalam pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan magnet yang lain.
Umumnya kompas terdiri dari 3 komponen kompas, yaitu badan kompas, jarum magnet, dan skala arah mata angin. Badan kompas berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung komponen utama kompas. Jarum magnet dipasang sedemikian rupa agar bisa berputar bebas secara horizontal. Skala penunjuk umumnya berupa lingkaran 360° dan arah mata angin.


B. Macam-Macam Kompas

1. Kompas Bidik
Kompas bidik adalah kompas yang berfungsi untuk mengetahui besar sudut suatu objek medan terhadap arah utara magnetis bumi secara akurat. Kompas bidik dilengkapi dengan jarum pisir yang berfungsi sebagai titik bidik sejajar terhadap objek di lapangan. Lensa bidik pada kompas ini juga memungkinkan kita dapat langsung membaca hasil bidikan.
Sebelum mengetahui cara pemakaian Kompas Bidik sebaiknya kita pelajari dahulu bagian-bagian kompas bidik ini terlebih dahulu. Berikut ini komponen kompas bidik:

a. Kawat Pisir, berfungsi sebagai garis pemandu ketepatan ke arah objek bidikan

b. Piringan skala derajat, sebagai penunjuk derajat hasil bidikan dan arah mata angin

c. Jarum kompas, magnet sebagai penunjuk arah utara-selatan magnetis bumi, sekaligus sebagai pemutar piringan skala derajat secara otomatis

d. Rumah kompas, berfungsi sebagai pelindung komponen utama kompas (skala, jarum, tanda arah mata angin)

e. Lensa pembidik, sebagai alat bantu untuk membaca hasil derajat bidikan dan mensejajarkan kompas dengan objek bidik
Setelah kita mengetahui komponen-komponen kompas bidik sekarang kita jelaskan cara pemakaian Kompas Bidik ini, berikut langkah-langkah penggunaannya:
1. Buka kompas bidik

 2. Masukkan jempol kanan ke handle pengait
3. Arahkan posisi kita ke objek yang akan dibidik
4. Dekatkan mata kita pada lensa kompas untuk mempermudah bidikan objek
5. Arahkan kompas (kawat pisir) pada objek yang akan dibidik setepat mungkin. Lensa pembidik, kawat pisir, dan objek bidik harus satu garis lurus atau sejajar

6. Setelah dipastikan sejajar, pertahankan bidikan sambil melihat (membaca) hasil yang ditunjukkan pada skala derajat. Hasil penunjukan tersebut merupakan sudut objek bidik (Azimut) yang digunakan sebagai dasar perhitungan untuk mengetahui posisi kita dan objek itu sendiri.

2. Kompas Geologi
Kompas geologi digunakan untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik ataupun kelurusan struktur, mengukur kemiringan lereng,maupun mengukur jurus ataupun kedudukan perlapisan dan kemiringan lapisan batuan.

3. Kompas Silva
Kompas ini sudah dilengkapi busur drajat dan penggaris. Dalam penggunaannya akan sangat mudah karena kompas ini tidak dilengkapi alat bidik. Kecermatan bidik kompas ini agak kurang.



Peta Mental (Mental Map)


Secara sederhana, peta mental (mental map) dapat diartikan sebagai pengetahuan seseorang terhadap lingkungan disekitarnya. Definisi dan teori mengenai peta mental kali pertama dirintis oleh seorang ahli geografi bernama Roger Downs yang bekerja sama dengan seorang ahli psikologi bernama David Sea pada tahun 1973. Mereka berdua memberikan definisi bahwa peta mental (mental map) merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali informasi mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis.

1. Faktor Pembeda Peta Mental
Setiap orang akan memiliki peta mental yang berbeda-beda. hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang akan berpengaruh terhadap peta mental yang dimilikinya.
Pengaruhnya terhadap tempat-tempat yang pernah diketahui atau didatanginya.
Misalnya, teman kamu yang selalu diantar jemput kesekolah tidak akan mengetahui rute
angkutan yang menuju kesekolahnya.
b. Keakraban dengan Lingkungan
Jika kamu mengenal lingkungan sekitarmu dengan baik, akan semakin luas, semakin kaya,
dan semakin rinci peta mentalmu.
c. Keakraban Sosial
Semakin pandai kamu bergaul, semakin banyak tempat baru yang akan kamu kunjungi.
hal ini berarti, kamu akan semakin mengenal wilayah-wilayah lain diluar lingkunganmu
sendiri.
2. Cara Mengukur Peta Mental
Peta mental seseorang dapat diukur melalui aspek-aspek sebagai berikut.
a. Tanda-tanda yang mencolok (landmarks), yaitu bangunan atau benda-benda alam yang
dapat dibedakan dari sekelilingnya dan dapat dilihat dari jauh. Misalnya, gedung, patung,
tugu, jembatan, jalan layang, pohon, penunjuk jalan, sungai dan lampu lalu lintas.

b. Jalur-jalur jalan (paths) yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain.
c. Titik temu antar jalu (nodes) misalnya pertigaan atau perempatan.
d. Batas-batas wilayah (edges) yang membedakan satu wilayah dn wilayah lainnya.
Misalnya, kompleks perumaan dibatasi oleh sungai.
e. Distrik, yaitu wilayah-wilayah homogen yang berbeda dari wilayah-wilayah lain.
Misalnya, pusat perdagangan ditandai oleh bangunan bertingkat dengan lalu lintas yang
padat.

Dengan menggunakan kelima unsur tersebut, seseorang akan mudah menggambar sketsa wilayah, misalnya lokasi rumah atau sekolah. Namun, kedetailan sketsa tersebut sangat bergantung pada kekuatan peta mental yang terdapat pada setiap orang dan seberapa sering orang tersebut berinteraksi dengan lingkungan sekita

Arc View

iliki kemampuan-kemampuan untuk visualisasi, meng-explore, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap basis data (Query) baik basis data spasial maupun non-spasial, menganalisis data secara geografis.

ArcView dalam penggunaanya secara default-membaca, menggunakan, dan mengolah data spasial dengan menggunakan format Shapefile. Format ini dikembangkan dan dipublikasikan oleh ESRI
(Environmental System Research Institute) digunakan untuk menyimpan informasi-informasi atribut dan geometri non-topologi atau yang tidak menggunakan metode matematis yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan spasial dengan features spasial di dalam kumpulan data. Geometri feature ini disimpan sebagai shape yang terdiri dari sekumpulan koordinat-koordinat vektor. Shapefile dapat mendukung representasi berbagai features baik titik (point), garis (line), maupun area (polygon).
Setiap feature polygon direpresentasikan sebagai loop tertutup. Data atribut disimpan dalam format perangkat lunak DBMS (Database Management System). Shapefile ESRI terdiri dari beberapa file: file utama, file indeks, dan sebuah table Dbase. File utama merupakan directacces. File dengan panjang record yang bervariasi dimana setiap recordnya mendeskripsikan sebuah shape (feature) dengan sebuah daftar (list) pasangan koordinat (X,Y) suatu titik yang ada di sepanjang segmen
yang disebut dengan Verteks. Sesuai dengan konvensi penamaannya, file utama, file indeks, dan file table Dbase memiliki nama depan atau prefix yang sama, tetapi nama belakang atau suffix/extension berbeda. Namanama belakangnya adalah:
File utama : SHP
File Indeks : SHX
File tabel : DBF
Informasi lanjut mengenai format dan struktur data shapefile dapat dibaca pada dokumentasi technical descriptionnya. Shapefile ESRI dapat dibuat atau dihasilkan dengan menggunakan eksport, digitasi, semi pemrograman, dan bahasa pemrograman.
Keuntungan-keuntungan menggunakan data spasial shapefile ArcView diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Proses penggambaran maupun penggambaran kembali dari features petanya dapat dilakukan dengan relatif cepat, setidaknya lebih cepat daripada proses penggambaran coverage milik Arcinfo.

Arsitektur ArcView
ArcView mengorganisasikan sistem perangkat lunaknya sedemikian rupa sehingga dapat dikelompokan ke dalam komponen-komponen ArcView.
a. Project
Project adalah unit organisasi tetinggi di dalam ArcView. Project ini hampir sama dengan project yang dimiliki oleh bahasa-bahasa pemrograman computer (C/C++, Pascal/Delphi, Basic dan sebagainya) atau merupakan suatu file kerja yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengelompokan, dan mengorganisasikan semua komponen program: view, theme, table, chart, layout, dan script dalam satu kesatuan yang utuh. Sebuah project juga dikatakan sebagai kumpulan windows dan dokumen yang dapat diaktifkan dan ditampilkan selama bekerja dengan menggunakan ArcView. Project dalam ArcView ini diimplementasikan ke dalam sebuah file teks dengan nama belakang (extension) APR. sebuah project berisi pointers yang merujuk pada lokasi fisik dimana dokumen-dokumen tersebut disimpan, selain menyimpan informasi-informasi pilihan pengguna untuk projectnya baik ukuran, symbol, warna, dan sebagainya. Pilihan-pilihan yang disimpan dalam project ini hanya mengatur bagaimana cara basis data ditampilkan, tidak mempengaruhi data itu sendiri. Semua dokumen yang terdapat di dalam sebuah project dapat diaktifkan, dilihat, dan diakses melalui project window.
b. Theme
Theme adalah suatu bangunan dasar system ArcView yang merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView yang membentuk suatu tematik tertentu. Sumber data yang dapat direpresentasikan sebagai Theme adalah Shapefile, Coverage (Acinfo), dan Citra raster.




SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ