NEWS UPDATE :

Papua – Pulau Dengan Pegunungan Begitu Panjang


Sejarah terbentuknya pulau Papua
Papua dengan daratan yang bergunung–gunung, memiliki daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Jajaran pegunungan Papua terbentuk sebagai hasil tabrakan Lempeng Australia??? dengan Lempeng Pasifik yang begitu dahsyatnya pada akhir zaman mesozoikum. Tabrakan lempeng dengan energi yang begitu besar membentuk jajaran pegunungan yang sangat panjang, melebihi panjang Pegunungan Alpen.
Sejarah geologis Papua dimulai pada masa Eocene, sekitar 59 juta tahun yang lalu. Terdapat dua dataran yaitu Australia dan Melanesia. Menurut teori geundatory dari Van Bemmelen, naiknya daratan sekitar benua tersebut membentuk sebuah geosinklinal (circum Australian geosyncline). Proses tersebut berjalan terus, dengan mengendapkan kapur.
Pada zaman Oligo Miocene sekitar 27-39 juta tahun yang lalu, bagian tengah tersebut terangkat karena desakan magma di dalam bumi. Gerakan ini mengakibatkan terbentuknya suatu punggungan, yaitu inti dari Pegunungan Tengah. Bersamaan dengan itu, tepi dari daratan Melanesia terangkat pula hingga zaman Miocene.
Sementara kedua inti punggungan pegunungan tersebut terus terangkat, magma dari dalam bumi mencapai permukaan yang mengakibatkan proses vulkanis. Maka terlipatlah lapisan–lapisan endapan neogene dan paleogene karena gaya beratnya dan mengakibatkan terangkatnya punggungan pegunungan di sebelah utara.
Pada zaman Plio Pleistocene yaitu 13 juta tahun yang lalu, gerakan tektonis semakin kuat. Proses pengangkatan Pegunungan Tengah berjalan terus hingga ribuan meter di atas permukaan laut. Juga gerak turun dari Digul Depression berjalan terus dengan diimbangi gerak naik pengangkatan Pegunungan Tengah. Dataran Melanesia yang turun mengakibatkan goncangan–goncangan kuat di Papua. Pegunungan Cyclops dan Baugenville dapat dianggap sebagai dataran yang tertinggal dari tepi daratan Melanesia yang turun. Selain itu dataran pegunungannya pun tampak bergelombang akibat tekanan Lempeng Australia??? dan Lempeng Pasifik.
Lapisan pegunungan ini masih tergolong muda dan masih dalam tahapan pembentukan, sehingga sering menimbulkan gempa bumi yang sering kali cukup kuat. Ini disebabkan pula karena ia menjadi tempat bertemunya dua sistem deretan pegunungan dunia, yang keduanya masih dalam taraf pembentukan.  Dengan begitu pegunungan di Papua secara geologis termasuk pegunungan yang muda dan tanahnya pun tergolong labil. Namun Papua merupakan pulau dengan batuan tertua di Indonesia.

Pulau misterius
Hasil dari tabrakan lempengan tersebut membentuk Kordilera Tengah (Central Cordillera) yang dilapisi salju di puncak–puncaknya. Terlihatnya salju ini pertama kali dilaporkan oleh Jan Carstensz ketika melintasi pulau ini. Ia heran melihat dataran salju di Papua mengingat letaknya di katulistiwa yang hangat. Banyak orang tidak percaya dengan hasil temuannya tersebut. Namun berita tersebut tersebar luas hingga menarik para petualang untuk berkunjung ke sana.
Salju katulistiwa hanya ada di tiga tempat saja di dunia. Salah satunya adalah Papua.
Papua merupakan pulau misterius. Dengan wilayah terbagi dua (bagian barat menjadi wilayah Indonesia dan bagian timur menjadi negara sendiri, Papua New Guinea), Papua merupakan salah satu daerah yang sangat terasing. Masih sedikitnya data–data tentang pulau ini membuat semakin besar keingintahuan orang.
J.L. Gresit yang merupakan penjelajah gunung di banyak kawasan di Papua pun menulis bahwa Papua merupakan sebuah pulau yang fantastis, unik dan memesona3. Hal ini tidaklah berlebihan. Dengan bermacam keanekaragaman yang dimilikinya, Papua menjadikan dirinya sebuah dataran yang luar biasa dilihat dari berbagai sisi. Mulai dari penduduk, bentang alam, flora fauna, panorama hingga batuan, semua tersaji dengan amat memesona dan menciptakan misteri bagi para ilmuwan.
Sangat mungkin ini disebabkan oleh alam Papua yang sangat liar dan juga ganas. Hingga saat ini, menembus pedalaman Papua tidaklah mudah. Hutan bakau dan rawa-rawa yang menyulitkan, hutan hujan tropis yang sangat lebat dan rapat, hingga suhu dingin pegunungan yang ekstrim menjadikannya daerah terliar di muka bumi ini. Daerah terpencil dan ganas ini memaksa penduduk aslinya terus bekerja keras untuk mendapatkan kebutuhannya.
Papua pun memiliki perubahan zona vegetasi yang ekstrim. Dari batas titik terendah hingga batas tertinggi perubahannya tergolong sangat terjal. Dari pantai yang tropis hingga pegunungan salju yang dingin hanya berjarak kurang lebih 80 km. Maka, perubahan vegetasinya pun sangat cepat. Papua merupakan daratan dengan perubahan zona vegetasi tercepat di dunia.
Daerah yang belum di jamah pun masih membentang luas. Keindahan alam pun belum sepenuhnya diketahui. Masih banyak misteri alam yang belum terjawab di pulau ini. Diperlukan semangat petualangan untuk menjelajahinya. Ini merupakan sebuah tantangan tersendiri bagaimana Papua –dengan segala keterasingan anugerah dari yang Maha Kuasa– dapat dipelajari dan telusuri.
Sampai saat ini, para petualang asing terus memelopori pencapaian prestasi di dalam pendakian dan pemanjatan gunung–gunung di Papua. Bahkan bukan hanya petualang saja, para peneliti dan ilmuwan asing pun berdatangan ke pulau ini. Sangat sayang jika pemilik Tanah Air ini tidak berbuat apa–apa. Ini merupakan ketukan dan tantangan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Pegunungan Sudirman
Banyak yang tidak mengetahui, bahkan baru mendengar nama Pegunungan Sudirman itu sendiri. Di manakah letaknya? Di pulau manakah itu? Seringkali terdengar pertanyaan reaktif orang–orang apabila ditanya mengenai pegunungan ini. Memang nama Pegunungan Sudirman ini asing dan tidaklah seterkenal Pegunungan Jayawijaya. Namun sebenarnya puncak tertinggi Indonesia berada di jajaran Pegunungan Sudirman!

Fakta Sejarah
Papua memiliki jajaran pegunungan yang sangat panjang di tengahnya yang disebut Central Cordillera atau Pegunungan Tengah. Jajaran pegunungan tersebut sambung menyambung dari pegunungan Weyland di sebelah barat hingga pegunungan Owen Stanley di sebelah timur.
Jajaran pegunungan tersebut melintasi dua wilayah negara, yaitu Indonesia dan Papua New Guinea (PNG). Perbatasannya berada di garis 141º Bujur Timur. Di bagian wilayah Indonesia hingga perbatasan PNG, jajaran pegunungan tersebut memiliki nama Maoke (peta nasional terbitan Ganaco Bandung)1. Sebuah nama yang kurang tepat karena ia lahir dari kesalahan lafal orang Belanda untuk kata ‘Merauke’.
Di antara jajaran Pegunungan Maoke tersebut, terdapat lembahan yang sangat besar dan seolah–olah memisahkan jajaran pegunungan ini. Lembah tersebut adalah Lembah Baliem dimana Sungai Baliem mengalir berkelok-kelok dan memotong Pegunungan Tengah. Archbold menyebutnya Grand Valley2. Tetapi pada zaman kolonial, jajaran pegunungan tersebut belumlah mendapatkan penamaan yang jelas, dikarenakan bentangan Pegunungan Tengah ini begitu panjang dan masing–masing mempunyai nama yang beraneka macam. Para penjelajah pun belum berhasil menjelajahi pegunungan tersebut. Sehingga belumlah jelas batas–batas masing–masing pegunungan ini. Namun dari beberapa referensi ada yang menyebutkan bahwa pegunungan sebelah barat Lembah Baliem diberi nama Nassau Range (dalam bahasa Belanda), dan pegunungan di sebelah timur Lembah Baliem dinamakan Star Mountains Range.
Setelah pengambilalihan kekuasaan dari pemerintahan kolonial Belanda, Indonesia melakukan perubahan nama untuk menggantikan nama–nama asing tersebut. Presiden Sukarno pun menggalang ‘Ekspedisi Tjendrawasih’ untuk menggapai puncak tertinggi di Papua (waktu itu masih disebut Irian). Tak lama kemudian Nassau Range diganti namanya menjadi Pegunungan Sudirman dan Star Mountains Range beralih nama menjadi Pegunungan Jayawijaya. Bersamaan dengan itu,  puncak tertinggi pada saat itu diberi nama Puncak Sukarno. Bahkan pada saat itu, ibukota propinsi Irian Barat pun bernama Sukarnopura!
Rentetan pergantian orde di Indonesia menimbulkan perubahan nama lagi. Sukarnopura beralih nama menjadi Jayapura, dan Puncak Sukarno berubah nama menjadi Puncak Jaya. Lama kemudian Irian kembali berganti nama menjadi Papua. Namun sejak timbulnya nama Puncak Jaya tersebut terjadilah kesalahan penyebutan lokasi. Puncak Jaya di-salahkaprah-kan berada di jajaran Pegunungan Jayawijaya. Bila melihat peta saat itu seakan terjadi dualisme penamaan. Tidak jelas di mana Pegunungan Sudirman dan dimana Pegunungan Jayawijaya berada.
Namun setelah kembali dilakukan penelusuran sejarah ditemukan bahwa pegunungan sebelah barat Lembah Baliem itu tetap bernama Pegunungan Sudirman dan sebelah timur Lembah Baliem adalah Pegunungan Jayawijaya. Maka letak Puncak Jaya (4.864 mdpl) dan Carstensz Pyramid (yang merupakan puncak tertingginya, 4.884 mdpl) berada pada jajaran Pegunungan Sudirman dan puncak tertinggi di Pegunungan Jayawijaya adalah Puncak Mandala (4.640 mdpl).
Melewati berbagai perubahan nama tersebut, Pegunungan Tengah tetap terus menarik para wisatawan petualang dunia, karena keberadaan Carstensz Pyramid yang merupakan salah satu dari tujuh puncak benua di dunia (seven summits of the seven continents, biasa disebut sebagai ‘Seven Summits’ saja).
Penjelajahan Pegunungan Sudirman
Sirkuit pendakianSeven Summits sudah menjadi milik dunia. Maka, walau terletak di pedalaman dan sulit dijangkau, Pegunungan Sudirman tetap dikunjungi oleh para wisatawan petualang, baik lokal maupun mancanegara. Untuk menjaga kelestarian dan keutuhannya, pemerintah pada tahun 1997 pun membentuk Taman Nasional Lorentz yang mencakup pula wilayah Carstensz Pyramid.
Keunikan lain dari Carstensz Pyramid adalah bahwa ia merupakan satu–satunya puncak tertinggi dari Seven Summits yang berada pada sebuah pulau. Hal ini dimungkinkan karena Papua berada di Lempeng Australia-Oceanesia (???).Maka bila Everest merupakan puncak tertinggi di dunia, Kilimanjaro  gunung tertinggi di Afrika, maka Carstensz Pyramid merupakan puncak tertinggi benua yang berada di sebuah pulau!
Namun, seiring dengan melambungnya nama Carstensz Pyramid, seolah–olah penjelajahan alam Papua berjalan hanya di sana. Berbanding terbalik dengan Carstensz yang selalu dikunjungi oleh para wisatawan petualang dunia, maka daerah sekitarnya seolah–olah terabaikan. Masih sedikit sekali wilayah lain di Pegunungan Sudirman ini yang telah terjelajahi.  Heinrich Harrer, petualang asal Austria yang melakukan ekspedisi pada tahun 1964 telah menjelajahi 31 puncak di Pegunungan Sudirman, itupun hanya area Carstensz atau Pegunungan Sudirman sebelah timur dari Grasberg. Baru satu puncak yaitu Puncak Idenburg yang didaki oleh Harrer di sebelah barat Pegunungan Sudirman dan penjelajahannya tersebut belumlah usai. Masih tersisa banyak puncak lain yang belum didaki dan daerah lain yang belum tereksplorasi.
Daerah lain di Pegunungan Sudirman sama sekali bukannya tidak menarik. Khususnya di bagian barat yang hampir tidak tersentuh oleh para penggiat alam bebas Indonesia. Padahal tidak sedikit tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Keindahan dan keunikannya sangat menakjubkan dan memberikan sensasi tersendiri. Sedikitnya data–data mengenai Pegunungan Sudirman menjadikan bagian baratnya seakan-akan tidak ada dan akhirnya luput dari penjelajahan.

Tentang Tektonik dan Geologi Struktur Indonesia

Tektonik Global merupakan suatu konsep tektonik lempeng yang merupakan gabungan dari banyak kejadian geologi yang menjelaskan adanya bukti-bukti pergerakan lempeng – lempeng tektonik. Bukti-bukti tersebut, dijelaskan dalam beberapa teori mengenai tektonik lempeng. Salah satu teori tektonik lempeng adalah teori apungan benua (continental drift), yang menyatakan bahwa benua-benua yang sekarang ada, dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi. Dan kekuatan untuk pergerakan tersebut adalah dari arus konveksi yang ada di dalam mantel bumi.  Jadi pada 200 juta tahun yang lalu, semua benua masih berkumpul menjadi satu, sekitar 160 juta tahun yang lalu, pangea terpisah menjadi dua benua besar, yaitu Laurasia dan Gondwanaland. Setelah sekian lama, kedua benua tersebut terpecah-pecah menjadi beberapa benua dengan bentuk yang terlihat sekarang. Saat ini terdapat tujuh buah lempeng tektonik yang besar dan beberapa lempeng yang kecil. Lempeng yang besar meliputi lempeng Pasifik, Lempeng North American, Lempeng Eurasia, Lempeng Antartika, Lempeng Australia dan lempeng Afrika.
Lempeng – lempeng tektonik ini dapat bergerak relative terhadap suatu tempat yang tetap pada lapisan mantel dan pergerakan relative antara satu lempeng tektonik dengan lempeng lainnya, baik divergen, konvergen dan transform. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik ini disebabkan karena adanya aliran konveksi. Lempeng India-Australia bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke Barat sedangkan Eurasia relative diam.

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relative litosfer samudra dan karakter astenosfer yang relative lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energy yang menggerakkan lempeng tektonik. Pada waktu pembentukannya di mid oceanic ridge, litosfer samudra pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat  seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan astenosfer dibawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan pergerakan-pergerakan lempeng.  Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah menuju kearah zona subduksi meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng.
Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya pergerakan lempeng-lempeng tektonik ini adalah teori seafloor spreading yang menjelaskan bahwa daerah di punggung tengah samudera terjadi pembumbungan arus konveksi (upwelling) dan sekaligus membentuk kerak benua dan kerak samudra. Kerak samudra yang baru terbentuk tersebut selanjutnya bergerak secara lateral menjauh dari pusat erupsi. Di daerah palung, kerak samudra selanjutnya kembali tenggelam atau masuk kedalam mantel sejalan dengan tenggelamnya arus konveksi (down welling). Arus konveksi bergerak ke mantel atas melalui bagian tengah dari kerak benua dan lama-kelamaan membentuk zona pemekaran antar benua.
Pada dasarnya, geologi struktur Indonesia merupakan suatu usaha untuk mengenal pola struktur dari kepulauan Indonesia, dan mencoba untuk menganalisa sejarah pembentukannya yang dilandasi oleh teori tektonik lempeng.
Indonesia termasuk sebagai salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi yang rumit. Hal ini dikarenakan letak Indonesia yang terdapat diantara tiga pertemuan lempeng besar yaitu: Hindia-Australia di selatan, Pasifik disebelah barat dan lempeng Asia d sebelah utara. Ketiga lempeng tersebut bergeser dari sumbernya di pematang-pematang tengah samudera (mid oceanic ridge), dengan arah dan kecepatan yang berubah-ubah, satu terhadap lainnya sejak Mesozoik hingga kini.  Sebagai akibat dari gerak lempeng tersebut yang rumit, maka sifat dari wilayah Indonesia dicirikan oleh perubahan-perubahan yang menerus dari susunan lempeng, jalur-jalur tumbukan, sesar “transform” dan busur-busur yang bergeser.
eia, ada yang menarik nih,,ternyata yah,, di pulau jawa, kenapa bentuk pulau jawa (di jawa tengahnya) seakan masuk kedalam atay menyempit di utara dan selatannya, itu ternyata karena ada akibat dari proses tektonik lho. jadi ceritanya teh ada trend yang menarik jadi seperti ada pertemuan trend dari barat dan timur. terdapat dua strike slip fault yang besar yang mengangkat jawa tengah bagian utara dan menenggelamkan bagian selatan. gitu singkatnya.
pokoknya bentuk-bentuk pulau-pulau di Indonesia yang menarik lainnya itu, semua karena adanya proses tektonik.
Jadi bingung mau nulis apalagi, ia tulis jawaban tugas tentang geologi struktur Indonesia aja deh ya..
#  tektonik asia tenggara
Tektonik di Asia Tenggara dikontrol oleh interaksi empat lempeng utama, yaitu lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan, lempeng Filipina dan lempeng Pasifik di sebelah timur, dan lempeng Eurasia di sebelah barat laut.
*Pada awal Cretaceous, lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan lempeng Pasifik bergerak ke barat yang menabrak (subduksi) masuk ke bawah lempeng Eurasia. Tumbukan mikro daratan lolotoi dengan dataran sunda bagian tenggara menghasilkan konplek batuan melange dengan pola arah timur laut memotong laut jawa saat ini. pada cretaceous akhir, terbentuk basin yang teregang secara lokal dan dipengaruhi suatu komponen wrench yang meluas secara lateral pada tumbukan tersebut. pada saat ini juga tarikan di Gondwana makin intensif yang menyebabkan Jalur subduksi barat makin ke barat sehingga menyebabkan daratan sunda semakin luas.
*Pada masa Paleo-eocene belakang busur terbentuk suatu rangkaian struktur halus yang berarah timur barat.  dan mikroplate sunda mengalami rotasi ke kanan (searah jarum jam) sehingga sebagian besar laut China Selatan semakin tertutup. Pada eocene tengah, lempeng india menumbuk lempeng Eurasia, mulai terbentuk pegunungan Himalaya dan sesar-sesar mendatar di Asia Tenggara. Pada saat bersamaan posisi jalur subduksi bergeser ke arah Samudera.
*Pada oligosen awal, kecepatan gerak lempeng mengalami penurunan, yang mengakibatkan terjadinya penurunan muka air laut dan cekungan muka busur semakin melebar sehingga laut china melebar seiring dengan adanya rotasi searah jarum jam. sedangkan pada oligosen akhir, kecepatan gerak lempeng meningkat lagi yang mengakibatkan terjadinya sistem tegasan ekstensional dan kompresional. pengangkatan (uplift) bukit barisan terjadi akibat tektonik kompresional yang disertai pula oleh adanya desakan aktivitas vulkanisme secara besar-besaran.
*Pada awal pertengahan miosen, beberapa bagian zona ini mengalami pengangkatan menghasilkan suatu bentukan yang disebut dengan central high. pada miosen akhir, terjadi kompresi utara-selatan yang disebabkan pengangkatan dan pembalikan di sepanjang patahan dari half graben sehingga membentuk struktur antiklin muda. pengangkatan berlanjut sampai saat ini dengan terbentuknya rangkaian pulau yang memotong dari timur ke barat.
Seiring berjalannya waktu, zona subduksi diyakini mengalami perubahan arah, pada masa cretaceous awal dan eocene mengarah ke selatan dan timur dan saat ini subduksi berjalan paralel timur barat menembus zona wrench yang aktif pada periode neogen.

#  tektonik di Asia Tenggara begitu rumit?
Tektonik di Asia Tenggara begitu rumit karena dikontrol oleh interaksi empat lempeng utama, yaitu lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan, Lempeng Filipina&Lempeng Pasifik di sebelah timur, dan lempeng Eurasia di sebelah barat laut. keempat lempeng utama tersebut merupakan lempeng yang sangat aktif bergerak yang mengakibatkan kawasan ini menjadi kawasan tektonik aktif sehingga banyak menimbulkan peristiwa tektonik atau peristiwa geologi sebelum dan sesudah lempeng India menabrak lempeng asia sampai sekarang.  dan juga karena kawasan ini merupakan kawasan busur kepulauan yang aktif secara tektonik serta diantara pulau-pulaunya merupakan cekungan laut dalam.

#  tektonik ekstrusi?
Konsep tektonik ekstrusi berhubungan dengan hukum Newton: aksi-reaksi. yaitu, Ada aksi benturan yang kompresif maka ada aksi reaksi pelepasannya yang sifatnya ekstensi/ strike-slip. jadi, gerak lepas (ekstrusi) ini untuk mengkompensasi penumpukan massa akibat benturan.
Arah pelepasan blok selalu menjauhi pusat-pusat kompresi, hanya saja tidak harus tegak lurus terhadap jalur kompresinya tetapi bisa sejajar relatif terhadap jalur kompresi, tetapi menjauhi, bisa tegak lurus relatif terhadap jalur kompresi tetapi menjauh, bisa miring relatif terhadap jalur kompresi tetapi menjauhi. pengatur utamanya adalah bila ada free ocenanic edge disekitar wilayah kompresi benturan itu, kesitulah tektonik ekstrusi akan mengarah.
Konsep escape tectonics (extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh Molnar dan Tapponnier (1975), Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan Sengör (1986) dicoba diterapkan di Indonesia (Satyana, 2006).
Escape tectonics adalah konsep tektonik yang membicarakan terjadinya gerak lateral suatu blok geologi menjauhi suatu wilayah benturan di benua dan bergerak menuju wilayah bebas di samudra. Karena itu, peneyebutan konsep tektonik ini lebih sesuai bila disebut : post-collisional tectonic escape (gerak lateral menjauh pascabenturan).  Eksplorasi hidrokarbon di wilayah Indonesia membantu menunjukkan bukti-bukti bahwa telah  terjadi escape tectonics di Indonesia. Secara singkat bisa dikatakan, zone benturan dicirikan oleh jalur sesar-lipatan yang ketat, sementara hasil escape tectonics dicirikan oleh sesar-sesar mendatar regional, sesar-sesar normal, dan retakan-retakan atau pemekaran kerak Bumi.
Terdapat lima peristiwa benturan di Indonesia yang membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang Kenozoikum. Benturan pertama adalah benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah). Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga merupakan suture Indus. Benturan ini segera diikuti oleh gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan menggiatkan kembali garis-garis suture akresi batuandasar berumur Mesozoikum di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics ini adalah : Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-Sap-Mekong (Mae Ping),  Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar-Adang, dan Sesar Sumatra.
Benturan kedua terjadi pada sekitar 25 Ma (Oligosen akhir) ketika sebuah busur kepulauan samudra yang terbangun di tepi selatan Lempeng Laut Filipina berbenturan dengan tepi utara Benua Australia di tengah Papua sekarang. Benturan ini menghasilkan jalur lipatan dan sesar Pegunungan Tengah Papua dan segera diikuti oleh escape tectonics berupa sesar-sesar mendatar besar dan pembentukan cekungan akibat runtuhan (collapse) di depan zone benturan. Sesar-sesar besar tersebut adalah Sesar Sorong-Yapen (bagian awalnya), Sesar Waipoga, Sesar Gauttier, dan Sesar Apauwar-Nawa. Pembukaan daerah cekungan (basinal area) Papua Utara (termasuk di dalamnya Cekungan Waipoga, Waropen, Biak, Jayapura) dan Cekungan Akimeugah di selatan zone benturan Pegunungan Tengah Papua, terbentuk akibat runtuhan untuk mengkompensasi tinggian akibat benturan. Sesar-sesar mendatar yang terbentuk juga mempengaruhi pembentukan cekungan-cekungan ini.
Benturan ketiga adalah benturan antara mikro-kontinen Kepala Burung dengan badan Papua pada sekitar 10 Ma (Miosen akhir). Jalur lipatan dan sesar Lengguru menandai benturan ini. Sesar-sesar mendatar yang menjauh dari zone benturan ini seperti Tarera-Aiduna, Sorong, Waipoga, dan Ransiki menunjukkan escape tectonics pascabenturan. Cekungan Bintuni yang terletak di sebelah barat Jalur Lengguru merupakan foreland basin yang terbentuk sebagai akibat  post-collision extensional structure.
Benturan keempat terjadi dari 11-5 Ma (Miosen akhir-Pliosen paling awal) ketika mikro-kontinen Buton-Tukang Besi dan Banggai-Sula membentur ofiolit Sulawesi Timur. Kedua mikro-kontinen ini terlepas dari Kepala Burung Papua dan bergerak ke barat oleh Sesar Sorong. Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar Buton di selatan Sulawesi Timur dan Jalur Batui di daerah benturan Banggai dan Sulawesi Timur. Kedua benturan ini telah diikuti tectonic escapes pascabenturan dalam bentuk-bentuk  rotasi lengan-lengan Sulawesi, pembentukan sesar-sesar menndatar besar Palu-Koro, Kolaka, Lawanopo, Hamilton, Matano, dan Balantak, dan pembukaan Teluk Bone. Gerak sesar-sesar mendatar ini di beberapa tempat telah membuka cekungan-cekungan koyakan  (pull-apart basin) akibat mekanisme trans-tensional seperti danau-danau Poso, Matano, Towuti juga  Depresi Palu.
Benturan terakhir mulai terjadi pada sekitar 3 Ma (pertengahan-Pliosen) ketika tepi utara Benua Australia berbenturan dengan busur Kepulauan Banda. Benturan ini telah membentuk jalur lipatan dan sesar foreland sepanjang Timor, Tanimbar sampai Seram. Di wilaya Seram, jalur ini juga banyak dipengaruhi oleh benturan busur Seram dengan mikro-kontinen Kepala Burung. Pembukaan lateral juga terjadi mengikuti benturan busur-benua ini, pembukaan ini adalah manifestasi tectonic escape. Sesar-sesar mendatar besar terbentuk hampir sejajar dengan orientasi Pulau Timor. Pengalihan tempat mikro-kontinen Sumba dan pembentukan serta pembukaan Cekungan Weber, Sawu, dan Laut Banda dapat berhubungan dengan escape tectonics pascabenturan ini melalui mekanisme extensional structure atau collapse yang mengikuti  arc-continent collision.
Kasus-kasus di Indonesia ini menunjukkan bahwa tectonic escapes adalah gejala dan proses yang penting dalam evolusi wilayah konvergen seperti Indonesia. Konsep escape tectonics memberikan kontribusi penting untuk pemahaman bagaimana benua terbangun dan  terpotong-potong.

#Pola Tektonik Indonesia
Tektonik di Indonesia terbagi menjadi dua karena terdapat adanya perbedaan lempeng penyusun. Indonesia bagian timur tersusun oleh lempeng-lempeng mikro kecuali daerah Nusa Tenggara, Irian Utara Timur dan Sulawesi Utara yang berbenturan dengan lempeng makro. Sedangkan Indonesia bagian barat merupakan daerah interaksi antara lempeng makro. Karena perbedaan tersebut maka pola atau tatanan tektoniknya pun akan berbeda pula. Pada wilayah Indonesia bagian barat, tatanan tektoniknya lebih sederhana daripada tatanan tektonik wilayah Indonesia bagian timur yang lebih rumit.

 #Sundaland
Sundaland merupakan sebuah massa daratan (landmass) di Asia Tenggara yang timbul sebagai massa daratan diatas muka air laut pada kala Plistosen. Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah paparan ini. muka air laut naik dan turun sesuai dengan periode deglasisasi dan glasiasi. Pada 170.000 tahun yang lalu, muka laut 200 meter lebih rendah daripada yang sekarang. Itulah saat eksistensi daratan sunda. muka laut seperti sekarang dicapainya pada 1000 taun lampau.
Konsep modern menyatakan bahwa Sundaland bukan satu massa benua yang koheren, tetapi merupakan gabungan (amalgamasi) dari banyak benua-mikro atau terrane yang berasal dari Gondwana pada sebutan Mesozoikum. Benua-benua kecil ini terpisah dari Gondwana, hanyut ke utara, kemudian saling berbentur satu sama lain dan bergabung membentuk Sundaland.
Ketika pada kala Holosen terjadi deglasiasi, saat lapisan-lapisan es mencair maka tenggelamlah Daratan SUnda (Sundaland) oleh transgresi marin, dan kini kita mengenalnya sebagai Paparan Sunda, sebuah laut dangkal hasil penenggelaman Daratan Sunda. Wilayah Paparan Sunda dan Sundaland ini terletak diantara Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Malaka.


#Struktur Geologi di Wilayah Indonesia Bagian Barat didominasi oleh Strike-Slip
Indonesia bagian barat merupakan pencerminan dari interaksi antara lempeng samudera hindia-australia yang bergerak ke utara, dengan lempeng asia (lempeng mikro sunda).
Pada eosen awal, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, dibawah P.Sumba dan Sulawesi Barat dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan selatan Sumatera berupa zona strike-slip tangensional.
Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep escape tectonic atau tektonik ekstrusi. Tektonik ekstrusi merupakan collision-related strike slip motion dimana sebagian kerak kontinen atau busur kepulauan bergerak karena buoyancy nya menuju kerak samudera (palung) setelah terjadinya collision continent vs continent atau continent vs island arc. Regional strike-slip fault mengakomodasi pergerakan ini. ciri lain tectonic ekstrusi adalah juga pembentukan rift basins akibat penipisan kerak dan localized compressional mpuntains dan related foreland-through basins.
Berdasarkan konsep tektonik ekstrusi tersebut dari benua asia, perkembangan tektonik dari wilayah asia tenggara (termasuk Indonesia bagian Barat), sangat dipengaruhi oleh gerak-gerak “fragmen benua asia” (Cina Timur dan Indo China) yang melejit ke timur dan tenggara sebagai akibat daripada tumbukan antara kerak benua India dan Asia. Dengan gerak-gerak fragmen benua Asia ke tenggara dan timur, maka mekanisme ini akan diiimbangi oleh gerak rotasi dari IndoChina dan Paparan Sunda searah dengan putaran jarum jam melalui strike slip fault sinistral. Pengamatan di lapangan justru menunjukkan gerak dextral. Hal ini hanya dapat diterangkan apabila Indochina dan Paparan Sunda telah mengalami rotasi kearah yang berlawanan dengan gerak jarum jam. Terhambatnya gerak rotasi kea rah jarum jam itu ada hubungannya dengan menyentuhnya Benua Australia dengan Indonesia dalam interaksi lempeng Samudera Hindia-Australia dengan lempeng Asia.

#Trench di Indonesia bagian Barat dinamakan juga sebagai oblique subduction

Tectonic setting daerah Indonesia bagian barat didominasi oleh pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam dibawah lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia menunjam dari palung Sunda yang berada di Samudera Indonesia. Di sebelah selatan pulau Jawa lempeng Indo-Australia menunjam pada posisi tegak lurus sedangkan disebelah barat Sumatera, lempeng Indo Australia menunjam lempeng Sunda pada posisi oblique. Maka dari itu, trench (palung) di Inonesia bagian barat dapat dikatakan juga sebagai oblique subduction karena trench tersebut merupakan hasil dari subduksi yang berbentuk/berarah oblique.

#Paparan Sahul

Paparan Sahul merupakan lempeng bumi yang bergerak dari kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Paparan Sahul merupakan bagian dari lempeng landas kontinen benua Sahul (Benua Australia-Papua) yang terletak di lepas pantai utara Australia dan lautan selatan pulau Papua. Paparan sahul membentang dari Australia Utara, meliputi laut Timor menyambung ke Timur di laut Arafura yang menyambung dengan pualu Papua. Kepulauan Aru menon jol diatas paparan Sahul. Paparan Sahul juga mencakup Paparan Rowley yang terletak disisi Samudera Hindia di Barat Laut Australia membentang hingga tanjung di Barat LAut Australia.


#Struktur Geologi di Wilayah Indonesia Bagian TImur lebih rumit dibandingkan wilayah Indonesia di bagian barat

Tatanan tektonik Indonesia di bagian barat menunjukkan pola tektonik yang relative lebih sederhana dibandingkan Indonesia bagian timur. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relative stabil. Pergerakan dinamis mencolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan serta peregangan selat makassar. Hal ini terlihat pada pola sebaran jalur subduksi Indonesia Barat. Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena dipisahkan oleh banyak system sasar sangat mempengaruhi bentuk kerumitan tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi, Banda, Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur sangat rumit juga karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat terbentuknya system busur kepulauan yang unuk dengan asosiasi palung samudera, zona akresi, busur gunung api, dan cekungan busur belakang. Selain itu yang membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang dibatasi oleh lautan dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam yang terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam.
Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Pertumbukan ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya. Pergerakan Lempeng Pasifik dari timur ke arah barat mengakibatkan terbentuknya Patahan Sorong yang berupa patahan geser memanjang sepanjang pantai utara Irian Jaya, utara Serui dan Biak, bercabang di wilayah Kepala Burung, Irian Jaya kemudian bercabang lagi di sekitar Kepulauan Banggai dan Sula di Maluku.
Semua hal ini berpengaruh pada kondisi struktur geologinya.

#Pulau di wilayah Indonesia bagian timur relative berukuran lebih kecil dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat
Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur diketahui sebagai zona interaksi antara lempeng Eurasia – Hindia, Australia, dan Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan zona-zona penunjaman aktif dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya palung-palung di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang agak melintang. Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang sifatnya lemah terhadap akumulasi energy dan mudah melepaskan energy dalam wujud gempa.
Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, lempeng pasifik menabrak sisi barat dan selatan Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar bumi: Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik ini menyebabkan interior lempeng bumi dari kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Sedangkan wilayah Indonesia bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia bagian timur, maka dari itu pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang berada di wilayah bagian Indonesia timur.

Kelahiran Himalaya

PUNCAK EVEREST. Puncak gunung tertinggi di dunia ini berada di Pegunungan Himalaya. Dengan ketinggian sekitar 8848 meter dari permukaan laut, setiap petualang berkeinginan menaklukkan puncak yang udaranya mengandung sedikit oksigen itu. Tapi bagaimana kejadiannya hingga puncak Everest bisa memiliki ketinggian spektakuler tersebut?

Gambar-1: Peta Geografis Himalaya (dari:
Lebih dari 250 juta tahun yang lalu, India, Afrika, Australia dan Amerika Selatan berada dalam satu kesatuan sebagai sebuah benua yang disebut Pangea. Beberapa juta tahun setelahnya, benua raksasa ini mulai pecah, dan pada akhirnya membentuk benua-benua yang kita kenal saat ini. Pangea terpecah dan sisi-sisi dari benua yang lama menjadi zona tabrakan antar benua-benua yang baru. Afrika, Amerika Selatan, dan Antartika mulai terbentuk.
Gunung Everest terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu akibat gerakan India ke arah Utara dan menabrak Benua EuroAsia. India bergerak menyeberangi equator dengan kecepatan 15 cm/tahun, dimana pada saat yang bersamaan lautan bernama Tethys yang memisahkan bagian-bagian benua Pangea berangsur-angsur menghilang. Lautan Tethys ini tidak ada lagi di masa sekarang, akan tetapi sedimen batuan yang ada di dasar lautnya dan penyelidikan  gunung yang terletak di sisi lautan telah memberikan bukti yang sangat jelas mengenai keberadaanya dahulu kala.

Gambar-2: Proses Pergerakan Lempeng India ke Arah Utara dan menabrak Benua Euro Asia.  
Bukti keberadaan Tethys terlihat pada sebuah daerah yang jauhnya lima puluh kilometer di utara Lhasa (ibu kota Tibet). Ilmuwan telah menemukan lapisan batu pasir merah muda yang mengandung butiran mineral magnetit yang telah merekam  arah magnet bumi. Batu pasir ini mengandung fosil tumbuhan dan binatang yang terkubur di daerah ini ketika Lautan Tethys secara periodik membanjiri daerah tersebut.
Studi fosil tersebut tidak hanya memberikan informasi umur geologi akan tetapi juga memberi informasi lingkungan dan iklim dimana mereka terbentuk. Sebagai contoh, studi ini memberi informasi bahwa fosil tersebut dahulunya hidup pada sebuah lingkungan sejuk dan basah. Waktunya setelah dilacak sekitar 150 juta tahun lalu. Itu berarti dataran Tibet pada masa itu dekat dengan ekuator. Iklim Tibet saat ini lebih kering dan gersang. Perubahan ini terjadi karena naiknya dataran dan telah bergesernya dataran tersebut sekitar 2000 km dari ekuator. Fosil tersebut telah menunjukkan perubahan iklim yang terjadi di daerah Tibet akibat pergerakan lempeng pada masa 100 juta tahun ini.

Mekanisme Pembentukan Pegunungan.

Untuk memahami mekanisme tabrakan yang luar biasa antara India dan Asia kita harus terlebih dahulu melihat ke bawah permukaan bumi. Benua-benua ditopang oleh lempeng-lempeng tektonik bumi seperti orang-orang di atas eskalator. Ada sekitar tujuh lempeng raksasa dan beberapa lempeng kecil yang bergerak di atas permukaan bumi.
Di masa lalu jumlah lempeng-lempeng ini mungkin saja lebih banyak atau mungkin  lebih sedikit.  Saat ini lempeng-lempeng ini terus bergerak, saling tabrak, dan saling menjauhi satu sama lain dengan kecepatan 1-20 cm/tahun.  Gerakan ini diakibatkan oleh panas yang berasal dari kedalaman interior bumi yang energinya hanya bisa terlepas melalui sebuah proses konveksi. Konveksi adalah sebuah proses yang mengakibatkan gas cair panas yang tidak padat mengalir naik ke atas dan menjadi dingin dan padat sehingga kemudian bergerak turun lagi.

Lempeng Benua

Bisa dikatakan bahwa benua terbentuk dan merupakan akumulasi dari butiran-butiran batuan yang berada di atas lempeng tektonik. Benua seperti ‘buih bumi’, yang mengandung mineral ringan seperti kuarsa yang tidak tenggelam ke dalam mantel padat bumi.
Tidak kurang selama 80 juta tahun, lempeng laut India terus-menerus menabrak Asia bagian selatan, termasuk Tibet. Dasar laut  lempeng India yang berat berfungsi sebagai angkur raksasa, menujam dengan cepat ke dalam mantel bumi yaitu ke bawah lempeng Asia  dan menarik lempeng benua India ke arah Utara yaitu ke arah Tibet.

Gambar-3: Proses Tabrakan India dengan Asia yang Mengangkat Dataran Tinggi Tibet (sumber:
Ketika lempeng bertubrukan, dasar lautan yang tenggelam melahirkan pegunungan di selatan Tibet. Friksi dan tekanan yang besar  mengakibatkan bebatuan yang ada di atas lempeng yang menujam melebur. Lebih kurang 25 juta tahun yang lalu lautan yang ada di antara dua lempeng yang bertabrakan semakin mengecil dan benar-benar hilang akibat benua India terus menekan dan menekan sedimen di atas dasar lautan. Dikarenakan sedimen adalah sedimen ringan, alih-alih ikut tenggelam dengan lempeng India, sedimen tersebut menekuk menjadi rangkaian pegunungan, yakni Pegunungan Himalaya.
Sepuluh juta tahun yang lalu akhirnya kedua lempeng atau kerak benua akhirnya bertubrukan secara langsung. Dikarenakan Benua India secara dominan terbentuk dari batuan kuarsa ringan, maka penujaman  ke bawah mengikuti lempeng India tidak bisa terjadi lagi. Akhirnya pengangkuran yang mengakibatkan penujaman retak. Kemungkinannya, lempeng  India yang menujam sudah jatuh dan terbenam ke dalam mantel bumi.

Masa depan Himalaya
Pada masa 5-10 juta tahun ke depan, lempeng India akan terus bergerak dengan kecepatan yang tetap.  India akan menerobos dataran Tibet hingga 180 km pada masa 10 juta tahun tersebut. Angka ini hampir sama dengan lebar Negara Nepal yang bertetangga dengan India. Karena perbatasan Nepal di satu sisi berada pada puncak-puncak gunung yang berada di dataran Tibet, dan satu sisi lagi berada di dataran India, maka secara teknis 10 juta tahun yang akan datang, Nepal akan terus mengecil dan menjadi pada akhirnya akan hilang!  Akan tetapi rangkaian Pegunungan Himalaya akan tetap ada.
Bentuk Pegunungan Himalaya tampaknya akan akan memiliki profil yang  sama dengan saat ini. Pegunungan yang tinggi di sebelah Utara dan pegunungan kecil di Selatan. Himalaya akan terus ‘berjalan’ di atas lempeng India, dan dataran tinggi Tibet akan terus bertumbuh. Bukti hal ini terlihat dari kandungan sedimen di sepanjang dataran Gangga. Biasanya bongkahan batuan besar akan kelihatan terlebih dahulu dan diikuti kerikil, dan jika terus ke selatan, butiran pasir dan akhirnya lumpur halus akan kelihatan.
Hal ini akan kelihatan jika kita berjalan dari akhir perbukitan Himalaya ke arah selatan sejauh 100 km. Rekaman sejarah geologis memang tidak terlihat karena tertanam di bawah sedimen yang ada saat ini. Akan tetapi jika dilakukan pemboran di dataran Gangga, maka batuan kasar akan terlihat lebih dahulu, diikuti kerikil dan lumpur di bawahnya. Itu merupakan bukti bahwa Himalaya terus ‘masuk’ ke wilayah india.

Terbentuknya Danau Toba

Di balik permai Danau Toba yang menghampar di wilayah Sumatra Utara, daya rusak yang mahadahsyat tersembunyi di dalamnya. Sekitar 74.000 tahun lampau, Gunung Toba meletus hebat dan nyaris menamatkan umat manusia.

Kedahsyatan letusan gunung api raksasa (supervolcano) Toba itu bersumber dari gejolak bawah bumi yang hiperaktif. Lempeng lautan Indo-Australia yang mengandung lapisan sedimen menunjam di bawah lempeng benua Eurasia, tempat duduknya Pulau Sumatera, dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun.

Gesekan dua lempeng di kedalaman sekitar 150 kilometer di bawah bumi itu menciptakan panas yang melelehkan bebatuan, lalu naik ke atas sebagai magma. Semakin banyak sedimen yang masuk ke dalam, semakin banyak sumber magmanya.

Kantong magma Toba yang meraksasa disuplai oleh banyaknya lelehan sedimen lempeng benua yang hiperaktif. Kolaborasi tiga peneliti dari German Center for Geosciences (GFZ) dengan Danny Hilman dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Fauzi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2010 menyimpulkan bahwa di bawah Kaldera Toba terdapat dua dapur magma yang terpisah.

Dapur magma ini diperkirakan memiliki volume sedikitnya 34.000 kilometer kubik yang mengonfirmasi banyaknya magma yang pernah dikeluarkan oleh gunung ini sebelumnya.

Vulkano-tektonik
Tak hanya dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dari dapur magma, Kaldera Toba ternyata juga sangat dipengaruhi oleh kegiatan tektonik yang mengimpitnya sehingga kalangan geolog menyebutnya sebagai vulkano-tektonik.

Tumbukan lempeng bumi yang sangat kuat dari lempeng Indo-Australia telah memicu terbentuknya sesar geser besar yang disebut sebagai Zona Sesar Besar Sumatera (Sumatera Fault Zone/SFZ). Sesar ini memanjang hingga 1.700 kilometer dari Teluk Lampung hingga Aceh. Hampir semua gunung berapi di Sumatera berdiri di atas sesar raksasa ini.

Uniknya, Kaldera Toba tidak berada persis di atas sesar ini. Dia menyimpang beberapa kilometer ke sebelah timur laut sesar Sumatera. ”Di antara Sungai Barumun dan Sungai Wampu, Pegunungan Barisan (yang berdiri di atas sesar) tiba-tiba melebar dan terjadi pengangkatan dari bawah yang membentuk dataran tinggi; panjangnya 275 km dan lebar 150 km yang disebut Batak Tumor,” papar Van Bemmelen, geolog Belanda yang pada 1939 untuk pertama kali mengemukakan bahwa Toba adalah gunung api.

Pengangkatan Batak Tumor ini, disebut Bemmelen, menjadi fase awal pembentukan Gunung Toba. Saat pembubungan terjadi, sebagian magma keluar melalui retakan awal membentuk tubuh gunung. Jejak awal tubuh gunung ini masih terlihat di sekitar Haranggaol, Tongging, dan Silalahi. Sementara sebagian besar lainnya telah musnah saat terjadinya letusan Toba terbaru sekitar 74.000 tahun lalu (Youngest Toba Tuff/YTT).

Danau Toba jelas terpengaruh oleh gaya sesar ini. Bentuk Danau Toba yang memanjang, bukan bulat sebagaimana lazimnya kaldera, menunjukkan dia terpengaruh dengan gaya sesar geser yang berimpit di kawasan ini. Sisi terpanjang danau, yang mencapai 90 km, sejajar dengan Zona Sesar Sumatera, yang merupakan salah satu patahan teraktif di dunia selain Patahan San Andreas di Amerika. Aktivitas gunung berapi di Sumatera, termasuk Toba, dikontrol oleh patahan ini.

Faktor Pembentuk Ras Umat Manusia dan Faktor Penghalang dan Isolasi Geografi Terhdp Ras

 
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam pembedaan. Pembedaan tersebut dapat berbentuk vertikal (pelapisan sosial) dan horizontal (diferensiasi sosial). Pelapisan sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi sampai ke yang lebih rendah, misalnya kedudukan/status seseorang dalam masyarakat, kekuasaan, kekayaan, dll. Sedangkan diferensiasi sosial adalah pembedaan yang tidak menunjukkan adanya pembedaan tingkatan dalam suatu masyarakat, misalnya diferensiasi sosial menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, suku bangsa, dll.
Dalam makalah ini lebih ditekankan pada pembedaan berdasarkan diferensiasi sosial, terutama ras umat manusia. Ada banyak pemahaman tentang ras, namun pemahaman tentang ras ini masih belum menemukan titik temu yang berarti. Pemahaman tentang pengertian ras menyangkut 2 aspek, yaitu aspek biologis (ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dll) dan aspek sosial (menyangkut peran dan kebiasaan yang dilakukan). Tetapi dalam pembahasan makalah, lebih ditekankan pada aspek biologis. Namun hal ini hendaknya tidak menjadi masalah dalam pemahaman tentang ras tersebut. 
. Rumusan Masalah
. Apa saja faktor pembentuk ras umat manusia ?
. Bagaimana pengaruh, penghalang, dan isolasi geografi terhadap persebaran ras umat manusia ?
. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui macam-macam ras dan distribusi ras yang ada di dunia; Untuk mengetahui faktor pembentuk ras umat manusia; dan · Untuk mengetahui bagaimana pengaruh, penghalang, dan isolasi geografi terhadap persebaran ras umat manusia.
BAB II
PEMBAHASAN 
Pengertian dan Pengenalan Ras
Ras adalah kategori untuk sekelompok individu/manusia yang secara turun-temurun memiliki ciri fisik dan ciri biologis yang sama. Dalam klasifikasi mahluk hidup, sekelompok manusia merupakan satu spesies, yaitu homo sapiens. Kelompok manusia yang satu spesies tersebut secara biologis dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok yang lebih kecil (genus), inilah yang disebut ras.
Dibawah ini macam-macam pengertian ras menurut para ahli : 
) Banton (1967), ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda. Pengertian ras ini menyangkut aspek biologis (ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dll) dan aspek social (menyangkut peran dan kebiasaan yang dilakukan).
) Grosse, ras adalah segolongan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang di turunkan, sehingga dapat di bedakan dari kesatuan yang lain.
) Kohlbrugge, ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani karena diturunkan, sedangkan cirri-ciri kerohaniannya tidak diperhitungkan.
) Haldane, ras adalah “a group which shares in comman a certain set of innate physical characters and a geographical origin within a certain area’s.
) Dunn dan Dobzhansky, ras bukanlah pengklasifikasian manusia berdasarkan budaya atau komunitas tempat berkembangbiak melainkan atas dasar biologis. Ilmu yang mempelajari ciri-ciri morfologis manusia untuk kepentingan pengklasifikasian ras di kenal dengan antropometri. Ciri biologis atau morfologis, meliputi ciri kuantitatif (ukuran badan, bentuk kepala, dan bentuk hidung) dan kualitatif (warna kulit, jenis rambut, dan warna mata).
Berdasarkan Konferensi Umum UNESCO pada tahun 1978 Pernyataan tetang Ras, disusun di paris , Juli 1950 :
  1. Para ahli ilmu pengetahuan telah mencapai kesepakatan umum dalam mengakui bahwa umat manusia adalah satu; bahwa semua orang berasal dari spesies yang sama, homo Sapiens. Disetujui secara umum diantara para ahli ilmu pengetahuan bahwa seluruh manusia mungkin berasal dari benih yang sama; dan perbedaan yang muncul antara kelompok umat manusia yang berbeda karena berjalannya faktor evolusioner dari diferensiasi seperti isolasi, arus pandangan acak dari partikel materi mengontrol keturunan (gen), perubahan dalam strukur partikel–partikel ini, hibridasi, dan seleksi alam. Dengan cara ini kelompok telah muncul dalam perbedaan stabilitas dan tingkat yang beragam yang telah di golongkan dengan cara yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.
  2. Dari sudut pandang biologi, spesies homo sapiens dibentuk dari sejumlah populasi, setiap populasi berbeda dari yang lain dalam frekuensi satu atau dua gen. Gen tersebut, bertanggungjawab akan perbedaan keturunan manusia, selalu sedikit ketika dibandingkan dengan seluruh pembentuk genetik umat manusia terhadap sejumlah besar gen umum bagi seluruh umat manusia terlepas dari populasi asal mereka. Hal ini berarti persamaan antara manusia lebih besar daripada perbedaan mereka.
  3. Ras, dari sudut pandang biologi, untuk itu dapat didefinisikan sebagai satu kelompok populasi yang merupakan spesies Homo Sapiens. Populasi ini mampu saling memelihara satu sama lain tapi, berkenaan dengan hambatan isolasi yang pada masa lalu bertahan atau kurang terpisahkan, menunjukan perbedaan fisik tertentu sebagai hasil dari sedikit perbedaan sejarah biologis. Hal ini mewakili variasi, seperti, pada pemikiran yang sama.
  4. Kata “ras”merujuk sebuah kelompok atau populasi dengan ciri beberapa konsentrasi, hubungan keluarga seperti tingkat dan distribusi, partikel keturunan (gen) atau karakter fisik, yang muncul, fluktiatif, dan sering menghilang dalam waktu tertentu dengan alasan isolasi geografis dan budaya. Beragam manifesto ciri dalam populasi berbeda diakui dengan cara yang berbeda oleh setiap kelompok, sehingga setiap kelompok tersebut secara semena – mena cenderung salah mengartikan keragaman yang muncul sebagai perbedaan dasar yang memisahkan kelompok ini dari yang lain.
  5. Bukti–bukti ini adalah bukti ilmiah. Walaupun, ketika kebanyakan orang menggunakan kata “ras” mereka tidak menyatakannya dalam arti yang didefinisikan diatas. Bagi sebagian besar orang, satu ras adalah setiap kelompok orang yang mereka pilih untuk digambarkan sebagai ras. Karena itu, banyak kelompok–kelompok bangsa, agama, geografi, agama, bahasa atau budaya telah, menggunakan secara longgar, apa yang disebut sebagai ‘ras’ ketika tentunya orang Amerika bukan ras, atau orang Inggris, juga prancis, tidak juga kelompok bangsa lainnya. Katolik, Protestan, Muslim, Yahudi, bukanlah ras, ras juga bukan kelompok yang bicara bahasa Inggris atau bahasa lain yang kemudian di dapat didefinisikan sebagai ras; orang yang hidup di Islandia atau Inggris atau India bukanlah ras; bukan juga orang secara budaya Turki atau Cina atau dengan cara apapun dapat digambarkan sebagai ras.
  6. kelompok bangsa, agama, geografis, bahasa, dan budaya tidak patut tepat dengan kelompok ras; dan ciri budaya dari kelompok tertentu tidak menunjukan hubungan genetik dengan ciri ras. Karena kesalahan serius kebiasaan mengangap istilah “ras” digunakan dalam bahasa popular, akan jauh lebih baik untuk menghentikan istilah “ras’ secara keseluruhan dan bicara kelompok etnis.
  7. Banyak sub–kelompok atau kelompok suku bangsa masuk dalam pembagian kelompok yang digambarkan diatas. Tidak ada kesepakatan umum terhadap jumlah mereka, dan dalam setiap kesempatan sebagain besar kelompok suku bangsa belum dikaji atau dideskripsikan oleh ahli antropologis fisik.
Berdasarkan ciri-ciri biologis Menurut Dunn dan Dobzhansky, A. L. Kroeber membagi klasifikasi ras manusia di dunia kedalam 5 bagian umum, sebagai berikut : 
) Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Asia dan Afrika. Ras ini dibagi lagi menjadi subras, antara lain : 
 Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik); 
 Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur); 
 Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dan Iran); Indic (Pakistan, India, Banglades, dan Srilangka)
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid. 
) Ras Mongoloid
Ras Mongoloid yaitu penduduk asli wilayah Asia, dan Amerika, Ras ini dibagi lagi menjadi subras, antara lain :  Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur);
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Tengah); 
American Mongoloid (Penduduk Asli Amerika).
Nama ras Mongoloid diambil dari nama negara Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena kontak mereka dengan anggota ras ini terutama berkaitan dengan orang Mongolia. Namun ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar orang-orang Mongolia ternyata orang-orang Mongolia adalah anggota ras yang memiliki ciri-ciri khas utama ras ini yang paling sedikit.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid. 
) Ras Negroid
Ras Negroid adalah penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian wilayah Asia, Ras ini dibagi lagi menjadi subras, antara lain :
Afrikan Negroid (Benua Afrika)
Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang di kenal dengan orang Semang, Filipina ) Melanesia (Papua, Melanesia)
Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini. 
) Ras Australoid
Ras Australoid adalah nama ras manusia yang tinggal di bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia.
Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
Suku yang termasuk dalam ras Australoid :
) Ras-ras Khusus
Ras-ras khusus merupakan ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras diatas, ras khusus ini antara lain : 
 Bushman (penduduk asli Gurun Kalahari-Afrika Selatan)
Weddoid (penduduk asli pedalaman Srilangka, dan Sulawesi Selatan)
Australoid (suku Aborigin-Penduduk asli Australia)
Polynesia (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia)
Ainu (penduduk asli Pulau Karafuto dan Hokkaido-Jepang)
Dari warna kulit, kita orang Indonesia di kenal sebagai penduduk yang memiliki warna kulit saw matang. Sebenarnya berdasar warna kulit, penduduk Indonesia dapat di rinci dalam beberapa bagian, yaitu :  Papua Melanozoid : berkulit hitam dan berbibir tebal. Orang kulit hitam di Indonesia disetai ciri khas rambut gimbal dan ikal bergelombang kecil, misalnya penduduk asli Irian Jaya (Papua), Pulau Aru dan Pulau Kai.  Negroid : berkulit hitam, bentuk tubuh kecil dan berambut keriting. Perbedaan dengan Papua Melanozoid, yaitu bahwa orang Negroid berbadan relatif lebih kecil. Mereka kebanyakan tinggal di wilayah Semenanjung Malaka (Suku Semang). Weddoid : berkulit sawo matang, bentuk tubuhnya kecil, dan rambutnya bergelombang. Sifat mereka mempunyai kesamaan dengan Bangsa Weda di Srilanka. Mereka ada beberapa suku seperti; Suku Sakai (di Siak- Riau), Suku Kubu (Jambi), Suku Tomuna (Sulawesi). Melayu Mongoloid : berkulit hitam sampai kekuning-kuningan, berambut lurus atau ikal, dan muka agak bulat. Golongan terakhir adalah golongan terbesar dari seluruh penduduk Indonesia. Dan mereka di anggap sebagai cikal-bakal yang melahirkan generasi bangsa Indonesia. Golongan ini di bagi menjadi dua, yaitu : Melayu Tua, dan Melayu Muda. Melayu Tua, (Protro Melayu), Seperti; Suku Batak, Toraja, Dayak, dan sebagainya. Sedangkan Melayu Muda (Deutro Melayu), seperti; suku Jawa, Sunda, Bali, Madura, Bugis dan sebagainya.
. Faktor Pembentuk Ras
a) Mutasi, yaitu perubahan secara cepat yang terjadi di dalam gen-gen manusia, misalnya : jika orang tua berambut lurus, maka anak-anaknya berambut bargelombang.
b) Seleksi disebut juga Natural Scening atau natural Selection yang artinya penyaringan. Misalnya di Benua Eropa warna kulit putih yang dominan sehingga setiap kali terjadi mutasi yaitu lahir anak berkulit agak gelap (Darkish), ia akan mati/lenyap dan dikatakan karena seleksi alam.
c) Adaptasi, yaitu menyesuaikan diri dengan keadaan alam disekelilingnya. Pengaruh lingkungan ini akan menimbulkan faktor yang penting terhadap pertumbuhan badan manusia. Unsur-unsur dari lingkungan alam terutama iklim, tumbuhan, dan hewan.
d) Isolasi merupakan pemencilan. Bila sifat-sifat ras yang diperoleh melalui mutasi, seleksi, dan adaptasi yang diturunkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya ini disebabkan karena isolasi.
e) Migrasi adalah perpindahan. Banyak ras yang meninggalkan wilayah asalnya, kemudian ras tersebut bertemu dengan ras-ras lain/lingkungan alam baik yang sama maupun berbeda dengan lingkungan asal. Percampuran dengan ras-ras lain/lingkungan baru tersebut dapat menimbulkan sifat-sifat atau ciri-ciri jasmani baru, sehingga akhirnya akan terbentuk ras yang baru.

. Pengaruh, Penghalang, dan Isolasi Geografi terhadap Persebaran Ras 
Pengaruh Geografi Terhadap Ras
Geografi memberikan pengaruh yang penting terhadap seluk-beluk persebaran makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia). Boyd, dalam bukunya menjelaskan bahwa pengaruh geografi terhadap persebaran ras manusia melalui 3 cara, yaitu :
1) Pengaruh dari penghalang geografis (geographical barriers), seperti deretan pegunungan, samudera, kawasan gurun dan wilayah kutub.
) Pengaruh geografis secara tidak langsung melalui berkerjanya iklim. Iklim berpengaruh terhadap proses evolusi manusia di kawasan tertentu.
) Pengaruh geografis melalui unsur-unsur kimiawi yanag dominan dalam tanah, dan adanya berbagai variasi lahan.
 Penghalang dan Isolasi Geografi terhadap Persebaran Ras
1) Penghalang Geografis (geographical barriers)
Hukley menjelaskan bahwa penghalang dapat menimbulkan isolasi atau pemisah geografis yang sekaligus mengakibatkan pemencilan secara ekologis. Penghalang geografis yang kecil/sempit sudah cukup mampu untuk mengatasi spesies tertentu, hal ini nampak pada dunia hewan dan tumbuhan di wilayah yang bersangkutan.
Efek lain dari barriers adalah melemahnya tekanan seleksi alam. Bila suatu dari dua kelompok jumlah individunya kecil sehingga tidak mampu bersaing melawan kelompok lain yang jumlah individunya lebih besar, maka tekanannya seleksinya tidak intensif.
Dalam sejarah umat manusia, pada mulanya manusia sulit mengatasi penghalang yang dihadapi, namun akhirnya mampu mengatasi. Hal ini berkaitan dengan ditemukannya berturut-turut api, pakaian, busur dan panah, kano (perahu kecil), perahu, kapal, dan akhirnya kapal terbang.
Cara Menembus Suatu Barriers : 
 Jika penghalangnya berupa perairan yang luas, maka titik penembus untuk memasuki wilayah diseberangnya tidak teratur/acakan/sulit sekali. Maka dapat dilakukan pendaratan dilokasi-lokasi yang aman, misalnya : teluk, pelabuhan, dsb. Pada umumnya orang cenderung menyukai pendaratan yang tempatnya tidak jauh dari tempat pemberangkatan.
 Jika barriernya berupa pegunungan, maka tempat penerobosan masuknya lewat suatu lembah atau sela dari pegunungan tersebut. 
Jika barriernya berupa gurun, maka lokasi penembusnya dipilih didekat persediaan air/jalan yang dilalui kafilah.
2) Pengaruh Iklim
Hukum Bergman, menyatakan bahwa semakin panasnya wilayah geografisnya maka semakin kecil bentuk ras-ras dari suatu spesies, sebaliknya diwilayah geografis yang lebih dingin ras-ras yang ada lebih besar ukuran tubuhnya.
Hukum Allen, menyatakan bahwa adanya korelasi positif antara panjang anggota badan dengan suhu wilayah. Sedangkan berdasarkan Hukum Gloger, hadirnya melanin diwilayah beriklim panas adalah yang terbesar. Adapun phaemelanin yang kemerah-merahan dan kuning kecoklatan terdapat diwilayah arid/kering sedang di situ eumelanin yang kehitam-hitaman paling jarang. Hukumnya adalah semakin dingin iklim suatu wilayah semakin berkurang phaemelanin, dan di wilayah yang iklimnya ekstrim dingin phaemelanin habis sehingga nampak keputih-putihan.
3) Pengaruh Tanah
Tanah berpengaruh terhadap warna kulit, ada kecenderungan spesies dari ras-ras tertentu yang menghuni tanah bekas aliran lava, berkulit lebih gelap jika dibandingkan dengan spesies yang menempati wilayah yang bertopografi bukit-bukit pasir. Melalui kandungan mineral pada tanah, yaitu dari kenampakan tanaman tertentu dapat diketahui kaya atau miskinnya tanah dibawahnya akan unsur kalsium.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ras umat manusia di dunia beranekaragam, misalnya ras Mongoloid, Kaukasoid, Australoid, Negroid, dan Ras-ras Khusus (Bushman, Weddoid, Australoid, dll), meskipun ras-ras ini telah dikelompokkan/diklasifikasikan, tetapi dalam kenyataan hal ini tidak lagi sepenuhnya sesuai, karena pengaruh, penghalang dan isolasi geografis terhadap ras bisa menyebabkan berbedanya warna kulit, jenis rambut, warna mata, bentuk badan, bentuk kepala dan bentuk hidung terhadap ras di dunia. 
2. Saran
Walaupun ras yang ada di dunia beranekaragam, tetapi hal ini hendaknya tidak menjadi penghalang untuk kita berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, karena ras bukanlah pembedaan yang mengandung tingkatan, tidak ada golongan yang lebih tinggi, atau yang lebih rendah. Untuk itu kita harus berpatokan pada Bhineka Tunggal Ika, beranekaragam budaya, bahasa, ras, agama, adat-istiadat, dsb tetapi tetap menjadi satu kesatuan.

SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ