Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.
Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki bermacam macam rumah adat yang unik yaitu Mbaru Niang dan rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara.
Dan berikut penjelasan dari setiap rumah adat yang sudah disebutkan :
Mbaru Niang
Mbaru Niang adalah rumah adat yang memiliki 5 tingkat yang ada di Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. Keunikan rumah adat ini karena bentuknya yang tak biasa, yaitu mengerucut di bagian atap hingga hampir menyentuh tanah. Biasanya, atap Mbaru Niang terbuat dari daun lontar yang sudah kering.
Tingkat satu merupakan tingkat yang langsung kita temui didalam rumah atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua adalah ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lobo.
Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar, Anda bisa melihat banyak benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat 4 juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil. Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang disebut hekang kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur
SAO RIA TENDA BEWA MONI
Selain Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur masih memiliki rumah adat lain yang tak kalah unik, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara namanya. Rumah ini cukup unik karena memiliki atap ilalang kering dan hampir mencapai tanah.
Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara terdapat di Desa Koanara, Kelimutu, NTT. Rumah adat ini cukup unik dan menarik perhatian karena atapnya yang khas. Atap rumah adat ini terbuat dari ilalang dan mencapai tanah.
Ada tiga jenis rumah Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, yaitu rumah baku, rumah tinggal dan lumbung padi. Rumah baku adalah rumah yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang milik leluhur. Sudah ada 13 keturunan yang tulangnya di simpan di rumah ini. Salah satu rumah ada yang memiliki atap hingga menyentuh tanah, inilah rumah penyimpanan hasil panen sawah.
Jika melihat ada kepala kerbau terpampang di depan pintu rumah, itu tandanya Anda telah berada di rumah tinggal.
Secara umum, pengertian rumah menurut kamus Oxford, house is as building for people to live in, ussually for one family (rumah adalah bangunan tempat tinggal orang, biasannya untuk tinggal satu keluarga). Dari definisi rumah tersebut maka akan jelas fungsi vital sebuah rumah bagi suatu keluarga, yakni sebagai tempat tinggal. Jadi, sangat tergantung dari penghuni masing-masing. Rumah adat atau sa'o ria sesungguhnya bukan sekadar tempat tinggal saja melainkan mempunyai makna filosofi yang teramat dalam. Rumah adat sa'o ria adalah tempat hidup dan berinteraksi komunitas masyarakat Lio karena hidup pada prinsipnya keseimbangan antar manusia dengan manusia, serta keseimbangan antar manusia dengan alam semesta, yang mana Sang Pencipta adalah equilirium hidup manusia. Rumah adat bukan sekedar tempat tinggal anggota keluarga saja, melainkan juga "berkumpulnya" nilai-nilai estetika, religi, norma dan budaya. Setiap detail rumah adat selalu mengandung filosofi dan cerminan perilaku arif suku Lio.
Berikut ini, macam-macam rumah adat beserta fungsinya yang dapat ditemui diwilayah Lio (Flores tengah);
1. Sao Ria.
Tiga mosalaki tinggal di rumah ini dan mereka memiliki tugas dan peran yang berbeda, seperti:
-Laki Puu; tugas menjadi Tokoh Adat (Pemimpin Adat), mempertahankan adat reservoir beras itu, terlibat dalam membangun pilar Rumah Adat, pertama untuk penanaman dalam satu hari, menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.
-Laki Turu Tena Nata Ae; tugas untuk menyambut tamu, menjaga dan pisau mengiris kayu mulai program adat upacara adat, dll.
-Laki RUU Tuu jaga tau Rara; bertugas saat ada upacara adat yang akan diadakan dan setelah itu, mosalaki ini akan mengumumkan aturan yang ada dilarang dan tugas adat lainnya.
2. Sao Labo.
Ini merupakan rumah tinggal oleh Mosalaki / Laki Puu. Dia memiliki tugas untuk memberkati Tokoh Adat, menggali dan menanam pilar adat Rumah, menyediakan air untuk pemadam kebakaran, dll.
3. Sao Meko
Ini merupakan rumah tinggal Laki Koe Uwi. Tugasnya adalah untuk mengeluarkan singkong (uwi) dari tanah, memberikan penawaran pada tempat suci atau Kanga, untuk mematahkan leher ayam untuk peramalan panen, penanaman dalam satu hari dll.
4. Sao Tua.
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Nua Ulu. tugas-Nya untuk menjaga pintu gerbang masuk, tanam dalam hari pertama, yang menyatakan dilarang peraturan, dll.
5. Sao Ndoja
Rumah ini hidup dengan: Laki Tunu Nasu. Tugasnya adalah untuk memasak daging ketika adat ceremonials, mendistribusikan daging, tanam di hari ketiga, dll.
6. Sao Leke Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ria Bewa. tugas-Nya untuk menjadi hakim adat, penanaman pada hari kedua, dll.
7. Sao Ndoka Ame
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. tugas-Nya adalah untuk membawa / menyalakan api, mendistribusikan daging mentah, penanaman dalam tiga hari, dll.
8. Sao Pemo Roja
Rumah ini hidup dengan: Laki Pama Nggo Lamba. Tugasnya adalah untuk menjaga alat musik, penanaman dalam tiga hari, dll.
9. Sao Gamba Jati
Rumah ini hidup dengan: Laki Gao Lo Kaka Taga. Tugasnya adalah untuk menyentuh nasi adat, membuat ketan, tanam di hari ketiga, dll.
10. Sao Wewa Mesa
Rumah ini hidup dengan: Laki Dai Enga Ae Ulu Nanga Mau. Tugasnya adalah untuk menyimpan air dan danau, rasa jagung, tanam di hari ketiga, dll.
11. Sao Bewa
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk menyampaikan berita atau pesan, mendistribusikan daging ke Sao Ria, penanaman dalam dua hari, dll.
12. Sao Watu Gana
Rumah ini hidup dengan: Laki Bei Nggo Lamba Wangga. tugas-Nya adalah untuk membawa alat musik, mencari udang, pengukuran hutan ketika membuat rumah (Sao Ria).
13. Sao Embu Laka
Rumah ini hidup dengan: Laki Ndeto Au. Tugasnya adalah untuk menjaga garis perbatasan desa, tanam di hari kedua, memutar musik adat, mendistribusikan daging mentah, dll.
14. Sao Tana Tombu
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani.
15. Sao Mberi Dala
Rumah ini hidup dengan: Laki Laki Tau Sani. Tugasnya adalah untuk memberikan sirih dan pinang bila ada tarian adat atau Gawi untuk penari dan tamu.
Dari macam-macam jenis rumah adat ini, Jhon mansford Prior akhirnya memberikan gambaran pandangan mistik yang mencoba menujukan unsur keseluruhan berdasarkan tafsiran realitas:
-Sepasang batu, di mana yang lebih tinggi melambangkan pria sang penghubung langit dan bumi sedangkan yang agak rendah melambangkan perempuan, tempat persembahan kepada para leluhur.
-Atap, terbuat dari alang-alang, menjulang dari langit ke bumi dan tanpa jendela, menghubungkan liru dan tana sekaligus membagi dunia luar dan dunia dalam serta terang dari kegelapan.
-Keduabelas tiang, tingginya lebih kurang satu meter dari tanah, tiap tiang berdiri di atas tanah yang diratakan.
-Ruangan manusia, ditempatkan di atas tiang-tiang dasar. Balok-balok tidak bersambungan dengan tiang-tiang dasar di bawahnya atau dengan balok-balok atap. Pada bagian bawahnya (kolong rumah) menjadi tempat hewan khususnya babi dan ayam. Babi melambangkan dimensi kehidupan manusia yang mengikatnya dengan bumi, tanah; unsur makhluk dunia, kesuburannya, perjuangannya untuk hidup makmur.
-Ruangan langit, berada di bawah loteng, di atasnya ditempatkan dua tiang panjang, mangu tempat diletakkannya bubungan atap sebagai simbol sumber kehidupan yang mengalir dari generasi ke generasi melalui para ibu dan anak perempuan.
-Tiga ruangan vertikal, yaitu terdiri dari ruangan bumi, ruangan manusia, dan ruangan langit. Masing-masing berdiri sendiri namun terbuka (‘sadar’ bahwa ada yang lain).
-Tiga ruangan horisontal, terbagi dari depan ke belakang rumah yaitu bale-bale (maga-lo’o), tempat untuk istirahat sejenak dan menarik napas; ruang tengah (maga-ria), tempat untuk menerima tamu, pembicaraan keluarga, dan berbagai ritus berhubungan dengan pertanian, penentuan belis, dan perundingan sesudah kematian; dan one’ adalah ruangan paling belakang dan gelap sebagai rahim rumah. Masing-masing bagian diletakkan pada sepasang tiang dasar.
Para leluhur menetapkan adat yang ditafsirkan secara kreatif oleh keturunananya pada setiap generasi. Setiap kejadian seperti penyakit, peristiwa alam disebabkan tingkah laku dan ulah manusia, baik yang masih hidup, roh leluhur, dll memainkan peranan dalam kehidupan anak-cucunya. Jadi kalau manusia mau hidup aman, makmur, atau hendak mencapai tujuan hidupnya mesti hidup selaras dengan alam yang ditatanya sendiri melalui adat kebiasaannya. Maka yang menjadi penekanannya di sini adalah manusia sebagai pelaku yang aktif dan kreatif, di mana seluruh kosmos dipengaruhi oleh tingkah lakunya harus selalu melestarikan budaya yang telah terwariskan.