NEWS UPDATE :

Sensor dan Cara Kerjanya

Alat utama untuk dapat mengenali dan memahami berbagai kenampakan/objek di bermukaan bumi melalui penginderaan jauh adalah citra. Citra dihasilkan melalui proses perekaman dengan bantuan sensor. Sensor secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sensor fotografi (kamera) dan sensor non fotografik. sensor fotografik dapat dirinci sebagai sensor pemindai
(pelarik atau penyiam atau scanner) dan sensor radar atau gelombang mikro. Masing-masing jenis sensor ini bekerja dengan cara yang berbeda, sehingga menghasilkan citra dengan karakteristik yang berbeda pula.

Sensor berupa kamera “menangkap” kenampakan obyek melalui perekam besarnya pantulan sinar (gelombang elektromagnetik) dari obyek yang masuk dari susunan lensa pada kamera dan kemudian mengenali lapisan film yang peka cahaya. Variasi warna yang muncul tergantung pada sistem lensa, diafragma dan filter yang digunakan, serta spectrum panjang gelombang yang diizinkan masuk dalam sistem kamera. Cahaya masuk kedalam sistem kamera, dan secara serentak tingkat pembakaran yang ada pada film dan meninggalkan jejak kekuatan energi paparan pada tingkat pembakaran yang ada pada film tersebut. Film kemudian diproses secara kimiawi di laboratorium da dicetak menjadi foto udara. Kamera pada film ini hanya mampu bekerja pada spectrum tampak (0,4 – 0,7 µm) dan perluasannya yaitu spectrum inframerah dekat (hingga sekitar 0,9 µm). Penggunaan film dan percetakan yang berbeda pun dapat menghasilkan foto berwarna maupun foto hitam putih.

Sensor non fotografik berupa scanner menerima pantulan dari suatu wilayah sangat sempit pada permukaan bumi (instaneous filed of view/IFOV = media panjang sesaat) yang masuk kedalam sistem lensa, dan kemudan mendeteksi besarnya pantulan tersebut dengan detector kenampakan gelombang dari wilayah yang sangat sempit ini diulang untuk wilayah disebelahnya, dengan menggeser sistem lensa (teleskop) menyilang arah gerak wahana. Sapuan menyilang yang disertai dengan gerak maju ini menghasilkan himpunan informasi pantulan pada setiap titik obyek. Data ini disimpan secara digital, yaitu disimpan dalam kode biner dengan tingkat kecerahan 0-63, 0-127, atau 0-255. Angka-angka digital yang mewakili variasi nilai pantulan ini kemudian dibaca oleh program computer, dan setiap titik obyek dengan nilai digital tertentu diubah menjadi sel-sel penyusun gambar pada layar monitor yang disebut piksel. Susunan piksel-piksel ini secara visual dikenal sebagai citra non-foto. Perbesaran citra non-foto pada tahap tertentu akan memunculkan kenampakan piksel-piksel ini, dan member kesan ‘pecah’nya kenampakan obyek. 

Cara Kerja Sensor
Pada penginderaan jauh sistem termal, suhu pancaran yang bersal dari objek di permukaan bumi dan mencapai sensor termal di rekam oleh sensor tersebut. Hasil rekamannya setelah diproses dapat berupa citra maupun noncitra. Yang dimaksud dengan citra adalah citra inframerah termal yang berupa gambaran dua dimensional atau gambaran piktoral. Hasil non citra berupa garis atau kurva spektral, satu angka atau serangkaian angka tg mencerminkan objek yang terekam oleh sensor termal (Agus Suryantoro, 2013). 

Sensor Pada Citra
Berbagai macam sensor yang telah diuraikan diatas dapat dipasang pada wahana yang berbeda-beda, mulai dari balon udara, pesawat udara, pesawat ulang-alik dan satelit. Tinggi terbang yang berbeda akan menghasilkan citra dengan skala yang berbeda-beda pula. Dengan demikian, pembedaan jenis-jenis citra pun menjadi semakin komplek, karena dapat dilakukan berdasarkan jenis sensor, spectrum yang digunakan, proses percetakan, format penyimpanan, dan skala yang digunakan. Disamping itu, citra yang format aslinya digital pun mempunyai cirri pengenalan lain, yaitu resolusi spasial. Resolusi spasial secara langsung terkait dengan kerincian informasi spasial citra (seberapa rinci citra itu mampu menyajikan ukuran obyek terkecil).




Daftar Pustaka

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis. Informatika Bandung: Bandung.
Suryantoro, Agus. 2013. Penginderaan Jauh untuk Geografi. Penerbit Ombak:
Yogyakarta
Soenarno, Sri Hartati. 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi     
Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. Penerbit ITB: Bandung.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Share On:
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

- Harap Komentar Sesuai dg Judul Bacaan
- Tidak diperbolehkan Untuk Mempromosikan Barang ato Berjualan
- Bagi Komentar Yg Menautkan Link Aktif di anggap Spam
Selamat Berkomentar dn Salam persahabatan

SahabatQ

Like Facebokk Friends

ProfilQ

VERDA CANTIKA.PSH

Masih Sekolah di SMPN 1 ploso Jombang dr keluarga 3 bersaudara :adik Rindu masih kelas 4 SDN Kedungrejo dn adik Livi masih kecil umur 2,5 th kami keluarga bahagia yg saling menyayangi dn mengasihi sekian Trimksh Lihat Lengkap ProfilQ