Bila kita mengamati matahari pada siang hari serta bulan dan bintang pada malam hari, kita melihat bahwa semua benda langit tersebut seolah-olah tampak bergerak mengelilingi bumi. Sulit membayangkan bahwa bumi sebenarnya bukan pusat alam semesta, tetapi hanya merupakan salah satu satelit yang menglilingi benda langit yang lain yakni Matahari.
Oleh karena itu, wajarlah kalau pada awal perkembangan ilmu astronomi, hipotesis yang paling banyak diterima tentang kedudukan bumi di alam semesta, adalahn hipotesis GEOSENTRIS, yakni, bumi sebagai PUSAT Tata Surya.
Kepler mempunyai pandangan yang berbeda mengenai peredaran benda langit.
Sudah sejak lama, bangsa Mesir, Babilonia, Cina, dan Yunani secara teliti mengamati benda langit dan peredarannya Bangsa Yunani mengamati bahwa di langit ada benda yang bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka menyebutnya sebagai Planeten yang berarti pengelana. Tokoh pertama yang mengembangkan kosmologi dari Yunani adalah PYTHAGORAS yang mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat kuantitatif.
Sudah sejak lama, bangsa Mesir, Babilonia, Cina, dan Yunani secara teliti mengamati benda langit dan peredarannya Bangsa Yunani mengamati bahwa di langit ada benda yang bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka menyebutnya sebagai Planeten yang berarti pengelana. Tokoh pertama yang mengembangkan kosmologi dari Yunani adalah PYTHAGORAS yang mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat kuantitatif.
PYTHAGORAS menyatakan bahwa benda-benda langit, yakni bulan, matahari, bumi, dan planet-planet terletak pada bola-bola konsentris (sepusat) yang berputar mengitari suatu sumber api sebagai pusat alam semesta (Api Pusat). Setelah Pythagoras, tokoh lain yang berperan dalam perkembangan
kosmologi Yunani adalah PLATO, EUDOXUS, dan ARISTOTELES
kosmologi Yunani adalah PLATO, EUDOXUS, dan ARISTOTELES
PLATO berpendapat bahwa lingkaran dan bola berbentuk geometri paling sempurna. Ia berpendapat bahwa semua benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran karena mereka diciptakan oleh makhluk paling sempurna, yaitu Tuhan. Menurutnya, semua benda langit bergerak mengitari bumi yang bulat dalam lintasan berbentuk lingkaran
EUDOXUS, murid Plato, mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan benda-benda langit. Menurutnya, semua planet terletak pada bola-bola konsentris dan pergerakan planet-planet tersebut disebabkan karena ROTASI bola-bola ini. Karena laju rotasi dan kedudukan sumbu rotasi bola-bola ini berbeda, maka efeknya adalah pergerakan planet, misalnya gerak RETROGRAD atau gerak maju mundur planet Mars.
ARISTOTELES, mengembangkan gagasan Eudoxus. Ia berpendirian bahwa bumi merupakan pusat alam semesta dan menjadi titik pusat peredaran benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan planet-planet. Aristoteles yang hidup sekitar tahun 350 SM, mengatakan: bahwa alam semesta terdiri dari 55 buah bola sepusat, dan setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda langit. Bola-bola ini masing-masing berputar dengan kecepatan yang berbeda sehingga kadang-kadang ada yang kelihatan bergerak mundur untuk kemudian maju lagi seperti yang diamati pada planet Mars (gerak retrograd) yang sebenarnya diakibatkan oleh kedudukan orbit Mars yang terletak di luar orbit bumi. Bola terluar dari 55 buah bola ini merupakan tempat kedudukan bintang yang tetap diam, dan di luar sistem bola terdapat penggerak utama sistem semesta ini yang dalam bahasa Latin dinamakan PRIMUM MOBILE
Sekitar tahun 140 SM muncul teori lain tentang susunan dan struktur alam semesta. Teori ini seperti Aristoteles meletakkan bumi di pusat alam semesta. Diusulkan oleh CLAUDIUS PTOLOMEUS, yang berasal dari Alexandria Mesir. PTOLOMEUS menjelaskan teorinya dalam buku Almagest, yang mengatakan bahwa semua benda langit bergerak melingkari sebuah titik, dan lintasan benda ini disebut EPISIKEL (Epicycle). Episikel bergerak dalam lingkaran yang lebih besar yang disebut DEFERENT. Bumi bukan pusat deferent melainkan terletak tidak terlalu jauh dari pusat deferent, yakni pada titik yang disebut EQUANT
ARISTARCHUS dari Samos. Mengatakan: Pusat alam semesta bukan bumi melainkan matahari. Bumi hanyalah salah satu dari beberapa planet yang mengitari matahari dalam orbit yang berbentuk lingkaran. Namun, pendapatnya ini ditentang oleh Aristoteles dan Ptolomeus yang mengusulkan hipotesis GEOSENTRIS. Hipotesis GEOSENTRIS bertahan hingga belasan abad.
Pada abad ke-15 terjadi revolusi besar dalam teori tentang tata surya. Diusulkan oleh NICOLAUS COPERNICUS (1473-1543). COPERNICUS, sebagaimana Aristarchus mengusulkan bahwa semua benda langit termasuk bumi bergerak mengitari matahari dalam orbit berbentuk lingkaran. Teori HELIOSENTRIS ini dituangkan dalam buku berjudul De Revolutionibus Orbium Coelesticum. Copernicus beranggapan bahwa teori Ptolomeus terlalu mengada-ada dan rumit.
Sekitar tahun 140 SM muncul teori lain tentang susunan dan struktur alam semesta. Teori ini seperti Aristoteles meletakkan bumi di pusat alam semesta. Diusulkan oleh CLAUDIUS PTOLOMEUS, yang berasal dari Alexandria Mesir.
Teori Heliosentris Copernicus, kemudian dikembangkan antara lain oleh beberapa ilmuwan Eropa, seperti TYCHO BRAHE, JOHANNES KEPLER, GALILEO GALILEI, dan GIORDANO BRUNO. Tycho Brahe adalah bangsawan Denmark yang memiliki Observatorium yang bekerja dibantu oleh asistennya Johannes Kepler. hasil pengamatan Tycho Brahe digunakan oleh Kepler untuk merumuskan hukum empiris tentang pergerakan planet