A. Bahasa
Bahasa yang digunakan di kabupaten purworejo adalah bahasa jawa seperti daerah jawa yang lain. Namun secara khusus bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa khas Kedu (meliputi wilayah Magelang, Wonosobo, Temanggung, dan Purworejo). Bahasa kedu sendiri merupakan bahasa peralihan antara bahasa jawa bandhek (Yogyakarta-solo) dan bahasa jawa Ngapak. Peralihan bahasa ini sangat terlihat di Purworejo, dimana wilayah Purworejo yang berbatasan dengan Yogyakarta (bagelen, purwodadi, kaligesing, dll) baahasanya cenderung menggunakan bahasa bandhek, sedangkan wilayah Purworejo yang berbatasan dengan Kebumen (grabag, butuh, pituruh dan kemiri) ikut terpengaruh bahasa ngapak. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan di Purworejo merupakan bahasa peralihan yaitu dari bahasa bandhek meuju bahasa ngapak.
B. Sistem Teknologi
Secara umum sistem teknologi yang ada di purworejo tidak jauh berbeda dengan daerah lain di sekitarnya. Mulai dari pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata, hamper sama. Untuk alat produksi sendiri di purworejo terdapat berbagai jenis tergantung daerahnya. Misal untuk daerah dataran rendah mereka terfokus untuk alat-alat produksi pertanian padi, sedangkan di daerah tengah alat produksi seperti tekstil, dan untuk daerah perbukitan di sebelah timur dan utara jenis alat produksi lebih terfokus pada alat produksi hasil perladanagan. Untuk bidang transportasi sendiri, sejak jaman penjajahan belanda, di Purworejo telah ada kereta dan stasiun sebagai salah satu transportasi hingga saat ini.
Selain itu bentuk pusat kota yang masih tradisional yaitu tata kota macapat juga terlihat, dimana alun-alun berada di tengah sebelah barat alun-alun adalah masjid, sebelah timur gereja, utara dan selatan yaitu pusat pemerintahan dan pendopo kabupaten, tidak jauh dari sana juga terdapat Lembaga Pemasyarakatan atau penjara, kantor pos dan bank. Di purworejo juga terdapat masjid agaung dimana didalamnya terdapat bedug raksasa, dan terdapat juga gereja tua yang berdiri sejak tahun 1990.
C. Sisitem Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian di kabupaten Purworejo disetiap wilayahnya berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor geografis di wilayah tersebut. Wilyah Purworejo bagian pesisir bermatapencaharian sebagai nelayan, agak ke utara di daerah dataran rendah bermata pencaharian sebagai petani, ini dikarenakan di daerah dataran rendah wilayahnya dimanfaatkan sebagai area persawahan dengan sumber irigasi berasal dari sungai-sungai yang melintas disana. Untuk wilayah purworejo sebelah timur, utara, dan, barat laut, dimana daerah ini merupakan daerah perbukitan, wilayahnya dimanfaatkan sebagai perladangan dan ditanami pohon buah musiman seperti durian, cengkeh, manggis dan lain-lain. Sedangkan untuk purworejo daerah perkotaan sebagian penduduknya bermatapencaharian sebagai pedaganag, pegawai negeri dan lain-lain.
D. Sistem Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan terdiri dari berbagai unsur, yaitu kekerabatan, organisasi politik, hukum dan perkawinan. Untuk di wilayah Purworejo sendiri masyarakatnya masing menjunjung tinggi budaya gotong royong dan saling menolong, antar warga Purworejo terdapat satu ikatan khusus yaitu ikatan daerah, ini terlihat dari pemuda dan pemudi purworejo yang merantau dan mereka mendirikan paguyuban CPP “Cah Purworejo Perantauan”, selain ikatan kekerabatan daerah terdapat juga kekerabatan karna ikatan darah, misal dalam satu tahun sekali, biasanya selepas hari raya idul fitri, masyarakat sering mengadakan pengajian keluarga besar, mereka yang dating adalah masayarakat yang masih mempunyai garis keturunan dari orang tertentu. Sedangkan untuk politik dan hukum, masyarakat di Purworejo juga masih menerapkan hukum-hukum setempat, semisal di daerah sepanjang sungai bogowonto, mereka dilarang menagkap ikan menggunakan racun, setrum, dan jarring. Untuk perkawinan sendiri hamper sama dengan wilayah jawa yang lain.
E. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan di purworejo sudah berkembang sejak jaman dahulu dimana purworejo masih terkenal dengan nama bagelen. Pada jaman dahulu sudah banyak terdapat pesantren di bagelen. Pesantren-pesantren ini menunjukkan bahwa sistem pengetahuan di purworejo sudah berkembang sejak jaman dahulu. Pada jaman penjajahan belanda berdiri sekolah yang sekarang menjadi SMAN 7 PURWOREJO, bangunan ini berdiri sejak tahun 1915 dimana pada zaman itu digunakan sebagai Pendidikan Guru HKS Tahun 1915 – 1928, Pendidikan umum MULO tahun 1928 – 1942, Pendidikan SMP Negeri Jaman Belanda Tahun 1942 – 1945, Pendidikan SMP Negeri Jaman Jepang Tahun 1945 – 1949. Sistem pendidikan bentuk pesantren masih ada hingga sekarang, selain itu berkembang juga pesantren yang bercampur dengan sekolah formal, dimana pesantren juga mendirikan sekolah formal bagi santrinya seperti yang ada di daerah bulus.
F. Kesenian
Kesenian di Pueworejo pada umumnya sama seperti daerah jawa yang lain, dimana di purworejo berkembang juga berbagai jenis kesenian tari, seperti kuda lumping, jatilan, lengger, wayang dan lain-lain. Selain itu Purworejo memiliki tarian khas sendiri, yaitu tarian Dolalak, tarian ini dahulunya dimainkan oleh para laki-laki dengan mengguanakan pakaian mirip perajurit belanda. Dalam tarian ini juga mengandung unsure magis, seperti kesurupan, makan kembang dan lain-lain. Namun seiring berjalannya waktu, tarian dolalak laki-laki kurang diminati, maka kemudian diciptakanlah tari dolalak putri, tarian dolalak putrid ini sama dengan tarian dolalak yang dilakonkan oleh laki-laki perbedaanya hanya pada pemain dan geraknya yang lebih disesuaikan dengan perempuan. Tari dolalak ini biasanya diiringi dengan lagu-lagu bersajak seperti lagu jarum-jarum, sekar wawar, ikan cucut dan lain-lain
G. Sistem Kepercayaan
Sisitem kepercayaan di purworejo sendiri telah berkembang sejak jaman dahulu, pada jaman dahulu telah berkembang agama kristen kerasulan yang berpusat di desa Karangjoso, kecamatan Butuh kabupaten Purworejo berkembang dan berpengaruh di sejumlah tempat di pulau jawa pada abad XIX. Selain itu berkembang juga agama islam melalui islamisasi di jawa. Meski demikian di purworejo juga masih berkembang kepercayaan jawa, percaya pada hal ghaib dan lain lain. Seringkali antar sistem kepercayaan masih bercampur, misal kebudayaan islam atau Kristen bercampur dengan kebudayaan jawa, ini terlihat dari diadakannya Kirab Bagelen untuk memperingati berdirinya gereja tertua di purworejo yang berdiri sejak tahun 1900.